SERVISITIS


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi fisiologi

A.              Vagina (liang kemaluan)
Vagina adalah penghubung antara introitis dan uterus. Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat disebut rugae, ditengah-tengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Disebelah depan dinding vagina depan bagian bawah terdapat uretra, sedangkan bagian atasnya berbatasan dengan kandung kemih samping ke forniks anterior vagina.
B.               Uterus
Berbentuk seperti buah alpokat yang sedikit gepeng ke arah muka belakang ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga, panjang uterus 7 – 7,5 cm, lebar 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Uterus terdiri atas fundus uteri, korpus uteri, dan serviks uteri.
C.               Tuba Valopi
Tuba valopi terdiri atas pars interstisialis (bagian yang terdapat di dinding uterus), pars hismika (merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya), pars ampullaris (bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi), infundibullum (bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbria).
D.              Ovarium (indung telur).
Wanita pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri, yang dengan mesovarium menggantung dibagiam belakang ligamentum latum, kiri dan kanan. Ovarium kurang lebih sebesar ibu jari dengan panjang kira-kira 4 cm, lebar kira-kira 1,5cm.

2.2 Definisi

 Servisitis adalah infeksi pada serviks uteri. Servisitis yang akut sering dijumpai pada infeksi hubungan seksual sedangkan yang bersifat menahun dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan (Manuaba, 2010). Servisitis adalah infeksi pada mulut rahim (Manuaba, 2009).
 Servisitis (peradangan serviks) pada wanita sering sekali disertai gatal atau rasa seperti terbakar sewaktu berkemih (Corwin, 2009).
 Servisitis/ Endoservisitis adalah inflamasi mukosa dan kelenjar serviks yang dapat terjadi ketika organisme mencapai akses ke kelenjar servikal setelah hubungan seksual, aborsi, manipulasi intrauterin, atau persalinan (Smeltzer, 2008).
Servisitis adalah radang dari selaput lendir kanalis servikalis. Karena epitel selaput lendir servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina (Sarwono, 2008). Pada seorang multipara dalam keadaan normal kanalis servikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman ostium uteri internum.
Walaupun begitu kanalis servikalis terlindung dari infeksi oleh adanya lendir yang kental yang merupakan barier terhadap kuman-kuman yang ada didalam vagina. Terjadinya servisitis dipermudah oleh adanya robekan serviks, terutama yang menimbulkan ectropion. (Sarwono, 2008)

2.3        Klasifikasi

  1. Servisitis Akut
 Servisitis akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di endoserviks dan ditemukan pada gonorrhoe, dan pada infeksi post-abortum atau post-partum yang disebabkan oleh Streptoccocus, Stafilococcus, dan sebagai salah satu infeksi hubungan seksual. Dalam hal ini, serviks memerah dan pembengkakan mulut rahim, dengan mengeluarkan cairan bernanah, dan adanya rasa nyeri yang menjalar ke sekitarnya. Akan tetapi, gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak di tengah gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.
  Servisitis akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual, umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan Herpes simpleks. Agen yang ditularkan secara non-seksual, seperti E. Coli dan Stafilococcus dapat pula diisolasi dari serviks yang meradang akut, tetapi perannya tidak jelas. Servisitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan pembedahan.
 Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan rasa nyeri. Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat peradangan.
 Pengobatan terhadap infeksi ini dengan memberikan antibiotika dosis tepat dan menjaga kebersihan vagina. Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau malah bisa menjadi servisitis kronis. Servisitis akut sering terjadi dan dicirikan dengan eritema, pembengkakan dan adanya cairan nanah. Endoserviks lebih sering terserang dibandingkan ektoserviks.
(memahami kesehatan reproduksi wanita 1999)
  1. Servisitis Kronik
 Infeksi ini terjadi pada wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endoserviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :      
a.         Serviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Servisitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning.         
b.         Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel portio disekitarnya, secret yang ditularkan terdiri atas mucus bercampur nanah.          
c.         Sobekan pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endosekviks lebih kelihatan dari luar. Mukosa dalam keadaan demikian mudah kena infeksi dari vagina.
Karena peradangan menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras, secret mukopurulen bertambah pendek. Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal portio uteri dengan tanda-tanda metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh kedalam stroma dibawah epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga terjadi kista kecil berisi cairan yang kadang-kadang keruh. Limfosit, sel plasma, dan histiosit terdapat dalam jumlah sedang didalam serviks semua wanita.
 Oleh karena itu, servisitis kronis sulit ditentukan secara patologis keberadaan kelainan serviks yang dapat dideteksi seperti granularitas dan penebalan seiring dengan meningkatnya jumlah sel radang kronis didalam spesimen biopsy dianggap penting untuk memastikan diagnosis servisitis kronis.
 Servisitis kronis paling sering terlihat pada ostium eksternal dan kanalis endoserviks. Hal tersebut dapat terkait dengan stenosis fibrosa saluran kelenjar, yang menyebabkan kista retensi (nabothian). Bila terdapat folikel limfoid pada pemeriksaan mikroskopik, istilah servisitis folikular terkadang digunakan. Secara klinis, servisitis kronis sering kali merupakan temuan kebetulan. Namun, servisitis tersebut dapat menimbulkan secret vaginal, dan beberapa kasus fibrosis yang terdapat pada canalis endoserviks dapat menyebabkan stenosis, yang menimbulkan inferilitas. (Prawirahardjo, 2008).
 Gejala infeksi ini adalah leukorea yang kadang sedikit atau banyak, dapat terjadi perdarahan (saat hubungan seks). Pengobatan terhadap infeksi ini dimulai dengan pemeriksaan setelah 42 hari persalinan atau sebelum hubungan seksual dimulai. Penyembuhan servisitis menahun sangat penting, karena dapat menghindari keganasan dan merupakan pintu masuk infeksi kealat kelamin bagian dalam. (Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita 1999).

2.4           Manifestasi Klinis

1. Menurut Suzanne C. Smeltzer, 2008 :
a. Keluarnya bercak darah/ pendarahan, perdarahan pascakoitus.
b. Leukorea (keputihan).
c. Serviks kemerahan
d. Sakit pinggang bagian sakral.
e. Nyeri abdomen bawah.
f.  Gatal.
g. Sering terjadi pada usia muda dan seseorang yang aktif dalam berhubungan seksual.
h. Gangguan perkemihan (disuria) dan gangguan menstruasi.
i.   Pada servisitis kronik biasanya akan terjadi erosi, suatu keadaan yang ditandai oleh hilangnya lapisan superfisial epitel skuamosa dan pertumbuhan berlebihan jaringan endoserviks.

2. Menurut Bagian Obstetri & Ginekologi, 1980 :
a.   Fluor berat biasanya kental (purulent) dan kadang-kadang berbau.
b.   Sering menimbulkan erosio (erythroplaki) pada portio, yang nampak sebagai daerah yang merah menyala.
c.   Pada pemeriksaan ini speculo kadang-kadang dapat dilihat fluor yang purulent keluar dari canalis servicalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion, maka harus diingat kemungkinan gonorrhoe.
d.   Dapat terjadi kolpitis dan vulvitis.
e.   Pada servisitis yang kronis kadang-kadang dapat dilihat bintik putih dalam selaput lendir yang merah, karena infeksi bintik-bintik ini disebut ovulo nabothii dan disebabkan oleh retensi kelenjar-kelenjar serviks karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka servik atau karena radang.


2.5    Patofisiologi
Peradangan terjadi pada serviks akibat kuman pathogen aerob dan anaerb. Peradangan ini terjadi karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena hubungan seksual. Proses peradangannya melibatkan epitel serviks dan stroma yang mendasarinya. Inflamasi serviks ini biasa menjadi akut atau kronik dan mungkin juga menjalar ke uterus dan parametrium. Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi  (peradangan) pada serviks antara lain, lender purulent dan banyak, odema dan kemerahan, serta nyeri tekan.


2.3    Etiologi
1. Sering terjadi karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi  karena hubungan seksual.(Menurut Ida Ayu Manuaba, 2010)
2. Disebabkan oleh kuman C. Trachomatis dan N. Gonorrhoeae, T. Vaginalis, C.     Albicans.(Menurut Price, 2005)
3. Di sebabkan karena Gonorroe : sediaan hapus dari fluor serviks terutama               purulen, sekunder terhadap kolpitis, tindakan intra dilatasi dll, alat-alat atau obat kontrasepsi. (Menurut Bagian Obstetri & Ginekologi, 1980)
4. Robekan serviks terutama yang menyebabkan ectroptionextropin. ada pendapat yang lain menyatakan servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomas vaginalis, kandrada dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti streptococcus, e. coli, dan stapilococus. Kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi komik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma. Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti diatas, dan lain-lain.
5. Klamidia dan gonore, klamidia dengan akuntansi untuk sekitar 40% kasus. Gonorroe, sediaan hapus dari fluor serviks terutama purulen.
6. Peran Mycoplasma genitalium dan vaginosis bakteri dalam menyebabkan servisitis masih dalam penyelidikan.



2.8  Komplikasi

a. Jika tidak diobati, infeksi tersebut dapat meluas ke dalam uterus, tuba fallopi dan rongga pelvis. Jika wanita hamil terinfeksi, maka dapat terjadi lahir mati, kematian neonatal, dan persalinan prematur. (Smeltzer, 2008)
b. Infertilitas. (Prawirahardjo, 2008)
c. Pembentukan kista nabothi. (Supriyadi, 1994)

2.9  Pemeriksaan Penunjang

a.       Pemeriksaan dengan speculum dan sediaan hapus untuk biakan dan tes kepekaan. Pemeriksaan dengan speculum dimana vagina dibuka untuk dapat melihat lebih jelas servik, kemudian ambil sedikit lendir atau cairan yang ada pada mulut servik, taruk kedalam hapus karena media hapus berfungsi untuk menaruk cairan servik yang akan diperiksa atau dibiakkan.
b.      Sitologi, dengan cara tes pap smear. Pap smear pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya serviksitis, contoh pemeriksaan lab atau biopsy untuk dapat mengetahui lebih pasti. Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan atau sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.
c.        Servikografi
d.       Pemeriksaan visual langsung
e.        Gineskopi.
f.        Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)

2.10     Pencegahan

-        Mencegah infeksi gonorea klamidia dengan menggunakan kondom
-        Menghindari hubungan seksual dengan pasangan non-monogami atau seseorang yang mempunyai rabas penis
-        Mengurangi angka kejadian endoservisitis dan penyakit hubungan seksual.

2.11  Penatalaksanaan

  1. Menurut Smeltzer, 2008 :
Pengobatan harus mencakup upaya preventif dan kuratif. Mencegah infeksi gonorea dan klamidia dengan menggunakan kondom dan spermisida dan menghindari hubungan seksual dengan pasangan non-monogami, atau seseorang yang mempunyai rabas penis, mengurangi angka kejadian endoservisitis dan penyakit hubungan seksual.
 Pengobatan ditujukan untuk menghilangkan kedua organisme, biasanya dengan amoksilin yang diikuti dengan terapi tetrasiklin. Jika klamidia saja yang diobati, terapi biasanya mencakup tetrasiklin, doksisiklin, atau azitromisin.
  1. Menurut Wiknjosastro, 2005:
Pengobatan yang baik adalah dengan jalan kauterisasi-radial dengan termokauter atau dengan krioterapi. Sesudah kauterisasi atau krioterapi terjadi nekrosis jaringan yang meradang terlepas dalam kira-kira 2 minggu dan diganti lambat laun oleh jaringan sehat. Jika radang menahun mencapai endoserviks jauh kedalam kanalis servikalis, perlu dilakukan konisasi dengan mengangkat sebagian besar mukosa endoserviks. Pada laserasi serviks yang agak luas perlu dilakukan trakhelorafia. Dan apabila terjadi sobekan dan infeksi yang sangat luas perlu dilakukan amputasi serviks. Akan tetapi pemendekan serviks dapat mengakibatkan abortus. Jika terjadi kehamilan, sehingga pembedahan yang akhir ini sebaiknya dilakukan pada wanita yang tidak ingin hamil lagi.
  1. Menurut Bagian Obstetri & Ginekologi, 1980 :
1.         Antibiotika terurama kalau dapat ditemukan gonococus dalam sekret.
2.         Kalau cerviks tidak spesifik didapat diobati dalam argentetas netrta (AgNO3) 10% dan irigasi.
3.         Servisitis kronik dapat dioperasi dengan cara konisasi. Pada servisitis yang disebabkan oleh etropion dapat dilakukan plastik atau amputasi.
4.         Erosio dapat disembuhkan dengan AgNO3 10% / albathyl yang menyebabkan nekrosis epitel silindris dengan harapan kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak.

BAB 3


ASUHAN KEPERAWATAN


       3.1       Pengkajian

a Data subyektif
1        Biodata
Cantumkan biodata klien secara lengkap yang mencakup identitas  (Nama, umur, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan)
2        Keluhan utama
Perempuan dengan servisitis pergi berobat dengan keluhan gatal yang disebabkan oleh infeksi C. albicans (Price, 2005). Keputihan banyak, kental dan berbau, perdarahan, serviks kemerahan, nyeri kencing, sakit pinggang.
3        Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke RS dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga. Apakah pasien sedang hamil, atau dalam masa menopause.
4        Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi. Serta tanyakan gaya hidup seperti merokok, alkohol, gizi buruk, stres, keletihan serta penggunaan obat-obatan, kateterisasi yang sering dan adanya cedera lahir pada vagina dapat menyebabkan servisitis
5        Riwayat Obstetri
Tanyakan dan periksa apakah pasien sedang hamil.
6        Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular lain.
7        Riwayat KB
Tanyakan apakah pasien pernah menggunakan KB AKDR seperti IUD (Prawirahardjo, 2008).
8        Riwayat psikososial
Biasanya pasien servisitis ini akan merasa cemas akan keadaan dirinya dan keadaan kesehatannya. Dan dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit radang serviks. Oleh karenanya perlu dukungan dari keluarga.

9        Data Sosial Ekonomi
Servisitis menyerang wanita dari kalangan sosial ekonomi manapun.
.b. Data Obyektif
1.   Pemeriksaan Umum
a.    Kesadaran : compos mentis
b.   TTV masih dalam keadaan normal. Suhu mengalami peningkatan selama beberapa hari kemudian turun (Bobak, 2005).
2.   Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umunya dilakukan dengan teknik head to toe. Untuk kasus servisitis pemeriksaan lebih spesifik pada :
Palpasi abdomen : nyeri abdomen bawah  (Price, 2005).
Palpasi serviks : nyeri tekan gerak serviks (CMT) pada palpasi adalah tanda klasik tidak saja untuk servisitis tetapi juga PID  (Price, 2005).
Genetalia (Price, 2005)        :
a)                                   Inspeksi  : tampak keputihan yg banyak berwarna putih kekuningan dan berbau.
b)                                  Inspekulo : dapat dilihat keputihan yg kental keluar dari kanalis  servikalis, berbau, warna putih kekuning- kuningan, Pada portio        tampak adanya erosi.
a.          Penampilan vulva
·      Eritema
·      Edema
b.         Penampilan sekret vagina
·         Sekret abu-abu.
·         Encer seperti air/kental.
c. Penampilan serviks : eritematosa dan dengaan/ sekret purulen  (Price,2005).
3.   Pemeriksaan Diagnostik/ laboratorium.
Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi RSPAD UNPAD pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada servisitis antara lain :
a.          Pemeriksaan Pap Smear /uji Pap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi dini kelainan-kelainan yang ada di leher rahim atau untuk menilai sel-sel leher rahim. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil getah serviks kemudian diperiksa di laboratorium.
b.         Biakan Serviks
Memberikan diagnosis bakteriologi spesifik bila diiduga gonore atau bila terlihat secret purulen
c.          Kolposkopi
Dilakukan bila ada kecurigaan di daerah leher rahim dengan cara diteropong. Alat koloskopi terdiri atas dua alat pembesaran optik yang ditempatkan pada penyangga yang terbuat dari besi.
Kolposkopi dilengkapi dengan layar tv. Maka pasien bisa melihat hasil peneropongan tersebut dari layar tv. Pemeriksaan ini juga disertai alat mengambil jaringan yang di curigai tersebut.  Pemeriksaan ini sering dianjurkan untuk evaluasi lesi serviks yang mencurigakan atau apusan sitologi abnormal.
d.         Biopsi Adalah pengangkatan dan pemeriksaan jaringan leher rahim untuk tujuan diagnosa. Jaringan diambil dengan semacam alat atau jepitan. Selanjutnya jaringan yang telah diambil tersebut dikirim ke laboratorium.

       3.2       Diagnosa Keperawatan

1.      Nyeri b/d inflamasi pada jaringan
2.      Disfungsi seksual b/d penurunan aktivitas seksual (penurunan libido)
3.      Gangguan rasa nyaman b/d adanya pus saat berkemih
4.      Defisit pengetahuan b/d kurang informasi
5.      Kerusakan integritas kulit b/d eritema dan edema didaerah serviks


 



DAFTAR PUSTAKA


Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unpad Bandung.1984.Obstetri Patologi.Bandung : CV. Lubuk Agung.
Bobak, Irene M.2005.Buku Ajar Keperawatan Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Dorland.1998.Kamus Saku Kedokteran. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:         Perpustakaan Nasional
NANDA Internasional.2013.Diagnosa Keperawatan 2012-2014.Jakarta : EGC.
Pearce, Evelyn C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Price, Slyvia A. dan  Lorraine M. Wilson.2005.Patofisiologi Edisi 6 Volume 2.Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3.Jakarta : EGC
Wiknjosastro, Hanifa.2005. Ilmu Kebidanan Edisi 3 Cetakan 7.Jakarta Pusat : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wilkinson. Judith M. 2002. Buku saku : Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC

Komentar