ENDOMETRIOSIS
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Edometriosis adalah suatu penyakit dimana
bercak - bercak jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, padahal dalam
keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim. (Nugroho & Utama, 2014). Endometriosis merupakan
kondisi medis pada wanita yang ditandai dengan tumbuhnya sel-sel endometrium di
luar kavum uteri (L
& M., 2005)
. Endometriosis adalah suatu penyakit pada sistem reproduksi wanita di mana
jaringan dari lapisan dalam dinding rahim atau endometrium tumbuh di luar
rongga rahim. Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang
seharusnya terdapat hanya dalam uterus, tersebar juga ke dalam rongga pelvis (Baraero & dkk, 2005).
Endometriosis adalah satu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih
berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas
kelenjar-kelenjar dan stroma, terdapat di dalam miometrium ataupun di luar
uterus (Sarwono, 2005).
Endometriosis adalah adanya sel- sel endometrium diluar uterus, sel sel
endometrium berespons terhadap esterogen dan progesteron dengan melakukan
proliferasi, sekresi dan dan perdarahan selama daur haid (CNP, 2002).
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang seharusnya berada dilapisan
paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain (Walyani Amd. Keb & Purwoastuti S.Pd, 2015).
2.2 Etiologi
Ada teori penyebab endometriosis yang
dinyatakan oleh para ahli sebagai berikut :
1.
Implantasi
Implantasi sel endometrium akibat
regurgitasi transtuba pada saat menstruasi.
2.
Metaplasia
Metaplasia yaitu perubahan dari satu
tipe jaringan normal menjadi tipe jaringan normal lainnya. Beberapa jaringan
endometrium memiliki kemampuan dalam beberapa kasus untuk menggantikan jenis
jaringan lain di luar rahim. Beberapa peneliti percaya hal ini terjadi pada
embrio, ketika pembentukan rahim pertama. Lainnya percaya bahwa beberapa sel
dewasa mempertahankan kemampuan mereka dalam tahap embrionik untuk berubah
menjadi jaringan reproduksi.
3.
Menstruasi
Mundur dan Transplantasi
Sampson (1920) mengatakan bahwa
aliran menstruasi mundur mengalir melalui saluran tuba (disebut "aliran
mundur") dan tersimpan pada organ panggul dan tumbuh menjadi kista. Namun,
ada sedikit bukti bahwa sel-sel endometrium dapat benar-benar melekat dan
tumbuh ke organ panggul perempuan. Bertahun-tahun kemudian, para peneliti
menemukan bahwa 90% wanita memiliki aliran mundur.
4.
Predisposisi
genetik
Penelitian telah menunjukkan bahwa
wanita dengan riwayat keluarga menderita endometriosis lebih mungkin untuk
terkena penyakit ini. Dan ketika diturunkan maka penyakit ini cenderung menjadi
lebih buruk pada generasi berikutnya. Studi di seluruh dunia yang sedang berlangsung
yaitu studi Endogene International mengadakan
penelitian berdasarkan sampel darah dari wanita dengan endometriosis dengan
harapan mengisolasi sebuah gen endometriosis.
5.
Pengaruh
lingkungan
Beberapa studi telah menunjuk bahwa
faktor lingkungan dapat menjadi kontributor terhadap perkembangan
endometriosis, khususnya senyawa-senyawa yang bersifat racun memiliki efek pada
hormon-hormon reproduksi dan respon sistem kekebalan tubuh (Wood, 2008).
2.3 Klasifikasi
Menurut letaknya
endometriosis dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu:
2.
Endometriosis eksterna, yaitu endometriosis yang
letaknya di dinding belakang uterus, di bagian luar tuba dan di ovarium.
3.
Endometriosis genetalia eksterna, yaitu endometriosis
yang letaknya di pelvio peritonium dan di kavum douglas, rekto sigmoid, kandung
kencing.
2.4 Manifestasi
Klinis
a.
Nyeri di perut bagian bawah dan daerah
panggul.
b.
Menstruasi yang tidak teratur (misalnya
spotting sebelum menstruasi).
c.
Kemandulan
d.
Dispareunia (nyeri ketika melakukan hubungan
seksual).
e.
Jaringan endometrium yang melekat pada usus
besar atau kandung kemih bisa menyebabkan pembengkakan perut, nyeri ketika
buang air besar, perdarahan melalui rektum selama menstruasi atau nyeri perut
bagian bawah ketika berkemih.
f.
Jaringan endometrium yang melekat pada
ovarium dan struktur di sekitar ovarium bisa membentuk massa yang terisi darah
(endometrioma). Kadang endometrioma pecah dan menyebabkan nyeri perut tajam
yang timbul secara tiba – tiba. Kadang tidak ditemukan gejala sama sekali. (Nugroho & Utama, 2014)
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor
genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan penderita
Endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit seperti ini, karena
adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut. Gangguan
menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia tubuh. Tubuh akan memberikan
respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron menyebabkan gangguan
pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium
biasa, sel – sel Endometriosis seperti ini akan tumbuh seiring dengan
peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh. Faktor penyebab lain
berupa toksis dari sampah – sampah perkotaaan menyebabkan microorganisme masuk
ke dalam tubuh. Microorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag dan
menyebabkan respon imun tubuh menurun, dan menyebabkan faktor pertumbuhan sel –
sel abnormal meningkat seiring denagn peningkatan perkembangan sel abnormal.
Jaringan endometrium tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.
Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopi menuju
ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium adalah
bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenal endometriosis.
Sel endometrial seperti ini dapat memasuki
peredaran darah dan limpa, sehingga sel endometrial seperti ini memiliki
kesempatan buat mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh
lainnya.
Dimanapun lokai terdapatnya, endometrial
ekstra uterin seperti ini dapat dipengaruhi oleh siklus endokrin normal. Karena
dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron lebih
rendah atau berkurang. Jaringan endometrial seperti ini akan menjadi nekrosis
dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvic seperti ini
disebabkan karena iritasi peritoneum dan menyebabkan nyeri saat menstuasi
(dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvic akan menyebabkan
adhesi atau perlekatan di dinding dan permukaan pelvic. Hal seperti ini akan
menyebabkan nyeri , tidak hanya di pelvis tapi juga nueri pada daerah permukaan
terkait nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan nyeri saat melakukan hubungan
seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus
dan tuba fallopi. Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi,
sedangkan adhesi di tuba fallopi menyebabkan gerakan spontan ujung – ujung
fimbriae buat membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya infertilitas pada endometriosis.
Pada intinya, endometriosis berespon seperti
endometrium normal, jadi ikut menebal, melepaskan diri, dan sebagainya seperti
selama siklus haid biasa, termasuk perdarahan. Pada ovarium beruba endometrium
(kista yang dilapisi endometrium yang berfungsi). Bila perdarahan ke dalam, isi
kista tampak berwarna coklat disebut kista coklat. Bila perdarahan ke luar akan
timbul perlengletan – perlengketan dalam rongga peritoneum.
Penyebab kondisi ini belum jelas, namun ada 2
teori yaitu menstruasi retrograd dan metaplasia. Teori menstruasi retrograd
mengatakan bahwa selama menstruasi ada endometrium yang memasuki tuba uterine
dan akhirnya masuk ke rongga pelvic. Teori metaplasi mengatakan bahwa terdapat
sisa epitelembrional yang belum berdeferensiasi sampai menarke. Jaringan inilah
yang berespon terhadap estrogen dan progesteron sebagaimana endometrium.
2.7 Faktor
Resiko
a.
Sikrus mentruasi lebih singkat, 27 hari atau
kurang.
b.
Waktu pendarahan memanjang
c.
Menarke dini (Menstruasi yang pertama terjadi
lebih awal)
d.
Riwayat keluarga, Wanita yang ibu atau
saudara perempuannya menderita endometriosis.
e.
Orgasme ketika menstruasi. (Dutton & Densmore, 2011)
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan
tergantung pada gejala, rencana kehamilan, usia penderita, dan beratnya
penyakit. Obat-obatan yang dapat menekan aktivitas ovarium dan memperlambat
pertumbuhan jaringan endometrium adalah :
a.
PIL KB
Bertujuan untuk menekan
laju endometriosis dengan proses desidualisasi sel dan inaktifasi kelenjar
endometriosis.
b.
Progestin
Progestin dapat diberikan
dalam bentuk oral atau intramuskuler medroxyprogesterone acetat. Dosis oral
adalah 30 mg per hari. Progestin bekerja dengan menekan sekresi LH hingga
tercapai keadaan hipoestrogen. Terapi ini cukup efektif untuk menekan nyeri.
c.
Danazole
Terapi dengan danazol
menciptakan lingkungan tinggi androgen – rendah estrogen yang akan mencetuskan
keadaan amenorea. Danazol diberikan dengan dosis 2x 400 mg atau 4 x 200 mg .
Bila diberikan dengan dosis lebih rendah, efektifitas terapi ini tidak
tercapai. Angka kekambuhan setelah 1 tahun pemakaian danazol mencapai 30%.
d.
Agonis
GnRH
Mempunyai efektifitas
yang sebanding dengan danazol atau progestin. GnRH diberikan dalam bentuk
suntikan sebulan sekali untuk durasi 6 bulan.
Obat
|
Efek
Samping
|
Pil
KB Kombinasi esterogen-progesteron
|
Pembengkakan
perut, nyeri payudara, peningkatan nafsu makan, pembengkakan pergelangan
kaki, mual, perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, trombosis vena dalam.
|
Progestin
|
Perdarahan
diantara 2 siklus menstruasi, perubahan suasana hati, depresi, vaginitis atrovika
|
Denazole
|
Penambahan
berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan rambut, vagina kering,
hotsflashest, kram otot, pembegkakan pergelangan kaki, perdarahan diantara 2
siklus, payudara mengecil, perubahan suasana hati, kelainan fungsi, sindroma
trowongan karpal
|
Agonis
GnRH
|
Hotsflashest,
vagina kering, pengeroposan tulang, perubahan suasana hati.
|
2.9 Pencegahan
Meigs
berpendapat bahwa kehamilan adalah pencegahan yang paling baik untuk
endometriosis. Gejala- gejala endometriosis memang berkurang pada waktu dan
sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis.
Maka dari itu perkawinan hendaknya jangan ditunda terlalu lama dan diusahakan
secepatnya memiliki anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Sikap demikian tidak hanya merupaka profilaksis yang baik untuk endometriosis,
melainkan juga mrnghindari terjadinya infertilitas sesudah endometrium timbul.
Selain itu juga jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau kerokan saat
haid, karena dapat mengalirkan darah haid dari uterus ke tuba fallopi dan
rongga panggul (Wiknjosastro, 2007).
2.10
Pemeriksaan Penunjang
A.
Pemeriksaan
Laboratorium
1.
Hitung
darah lengkap
2.
Kultur
Urine
3.
Kultur
darah jika respon imun menurun atau infeksi menetap
B.
Pembedahan
a.
Endoskopi
Endoskopi dapat dilaksanakan untuk
mengetahui luasnya endometriosis
b.
Laparoskopi
Pemeriksaan ini dilakukan
dengan memasukkan alat optik ke dalam rongga abdomen ( kavum peritonii) dengan
alat optik diperiksa alat genetalia dalam yaitu tuba fallopi, ovarium, adanya
perlekatan jaringan sekitar , kelainan pada peritoneum, kalainan lain (kista
indung telur, endometriosis.
c.
Biopsi
Endometrium
Biopsi untuk mengetahui
apakah ada keganasan. (Prosedur dimana sampel jaringan diperoleh melalui tabung
yang dimasukkan ke dalam rahim).
d.
USG
Rahim
Membantu menemukan lesi di daerah
parametrium.
e.
Barium
Enema
f.
CT
Scan atau MRI perut
g.
Histosalpingografi
(HCG)
Pemeriksaan yang
digunakan untuk memeriksa rahim dan saluran telur (tuba fallopi). Pemeriksaan
menggunakan sinar X (rotgen). HSG memeriksa adanya kelainan ukuran atau bentuk
rahim yang dapat menyebabkan infertilasi dan masalah pada kehamilan.
h.
Penanda
Serum CA-125 (Hanya Penyakit Berat)
(Nugroho & Utama, 2014)
2.11
Komplikasi
a.
Luka infeksi
Infeksi luka biasanya
terjadi pada hari kelima pasca operasi sebagai demam menetap meskipun pasien
mendapat terapi antimikroba yang adekuat. Biasanya dijumpai eritema, indurasi,
dan drainase insisi.
b.
Karena peritonitis
Peritonitis pasca
sesar mirip dengan peritonitis bedah, kecuali rigiditas abdomen biasanya tidak
terlalu mencolok karena peregangan abdomen yang berkaitan dengan kehamilan.
Nyeri mungkin hebat. Jika infeksi berawal di uterus dan meluas hanya ke
peritonium di dekatnya (peritonitis panggul),terapi biasanya medis. Sebaliknya
peritonitis abdomen generalisata akibat cedera usus atau nekrosis
insisi uterus, sebaiknya diterapi secara bedah .
c.
Parametrial phlegmon
Pada sebagian wanita
yang mengalami metritis setelah sesar, terjadi selulitis parametrium yang
intensif. Hal ini menyebabkan terbentuknya daerah indursi yang disebut flegmon,
di dalam lembar-lembar ligamentum latum (parametria)atau dibawah lipatan
kandung kemih yang berada di atas insisi uterus. Selulitis ini umumnya
unilateral dan dapat meluas ke lateral ke dinding samping panggul. Infeksi ini
harus dipertimbangkan jika demam menetap setelah 72 jam meskipun pasien sudah
mendapat terapi untuk endomiometritis pasca sesar.
d.
Panggul abses
Flegmon parametrium
dapat mengalami supurasi, membentuk abses ligamentum latum yang fluktuatif.
Jika abses ini pecah, dapat timbul peritonitis yang mengancam nyawa. Dapat
dilakukan drainase abses dengan menggunakan tuntunan computed tomography,
kolpotami, atau melalui abdomen, bergantung pada lokasi abses.
e.
Abses subfasia dan
Terbukanya jaringan parut uterus
Kompilkasi serius
endometritis pada wanita yang melahirkan sesar adalah terbukanya insisi akibat
infeksi nekrosis disertai perluasan ke dalam ruang subfasia di sekitar dan
akhirnya pemisahan insisi fasia . Hal ini bermanifestasi sebagai drainase
subfasia pada wanita dengan demam lama. Di perlukan eksplorasi bedah dan
pengangkatan uterus yang terinfeksi.
f.
Septik panggul
thrombophlebitis
Di dahului oleh
infeksi bakteri di tempat implantasi plasenta atau insisi uterus. Infeksi dapat
meluas di sepanjang rute vena dan mungkin mengenai vena-vena di ovarium.
g.
Infertilitas
Adalah komplikasi endometriosis yang sering
terjadi (30% - 40%). Endometriosis dapat menimbulkan infertilitas dengan
menyebabkan pembentukan jaringan parut dan sumbatan tuba fallopi, atau dengan
mencetuskan keadaan inflamasi yang menetap. Dapat terjadi gangguan hormon.
h.
Distres emosi
Masalah keluarga dan perkawinan, dan harga
diri rendah dapat terjadi pada sebagian wanita, khususnya bila diduga
infertilitas. (Corwin, 2015)
2.12
Discharge Planning
a.
Menganjurkan ibu untuk tetap kontrol setelah
ibu pulang dan pesankan pada ibu untuk segera periksa jika menemui keluhan
serupa.
b.
Hindari faktor – faktor pencetus penyakit dan
istirahat yang cukup.
c.
Biasakan olah raga teratur dan hidup bersih
serta konsumsi makanan yang banyak mengandung gizi.
d.
Konsultasi ke dokter tentang penanganan
selanjutnya karena dapat mengganggu proses kehamilan.
BAB 3
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1.
Identitas
Pasien
Penyakit
endometriosis ini biasanya menyerang pada wanita yang usia produktif yaitu
sekitar 15- 44 tahun alasan salah satunya karena pada usia tersebut terjadi
peningkatan estrogen dan progesterone yang tinggi. Insiden yang jelas belum
diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tersebut cukup tinggi. Pekerjaan
sangat mempengaruhui juga, insidenya terjadi pada pekerja yang langsung
terpapar dengan toksik dari pepsida, pengolahan kayu dan produk kertas,
pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.
2.
Keluhan
Utama
Pasien
dengan endometriosis biasanya mengeluh Nyeri abdomen (pelvis), yaitu disminore dan dispareunia merupakan
gejala-gejala yang paling karakteristik. Nyeri pelvis yang berat dan mendadak
dapat disebabkan oleh iritasi perinoteum akibat rupturnya endometrioma atau
hemoperitoneum. Nausea, vomitus dan nyeri bahu dapat merupakan gejala-gejala
penyerta.
3.
Riwayat
Penyakit Sekarang
Klien
datang dengan nyeri pelvis terasa berat
dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama
siklus menstruasi, serta nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah
hubungan seksual, Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter, Hipermenorea,
Menoragia, Feces berdarah, Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi,
Konstipasi, diare, kolik.
4.
Riwayat
Penyakit Dahulu
Untuk
mengetahui penyakit-penyakit yang pernah diderita klien, apakah klien mempunyai
riwayat penyakit tertentu terutama yang berhubungan dengan alat reproduksi
maupun penyakit lain yang mungkin dapat memicu terjadinya endometriosis serta
bisa menjadi pertimbangan untuk keperluan terapi atau pengobatan lebih lanjut
seperti gangguan hormone, kanker, tumor PMS dll.
5.
Riwayat
Penyakit Keluarga
Perlu
ditanyakan apakah pasien dan keluarga, apakah memiliki ibu atau saudara
perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita endometriosis, karena
penyakit endometriosis penyebabnya karena factor genetic yang memiliki resiko
tinggi terhadap angka kejadian endometriosis.
6.
Riwayat
Obstetri dan Menstuasi
a.
Riwayat
Menstruasi
Biasanya pasien mengeluh
mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi
yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi
b.
Riwayat
Pernikahan
Bahwa endometriosis lebih
sering di temukan pada wanita yang tidak kawin pada usia muda dan yang tidak
memiliki banyak anak
c.
Riwayat
Kehamilan
Pasien endometriosis
biasanya jarak kehamilannya yang sangat terlalu jauh antara anak yang satu
dengan anak yang lain.
7.
Pola
Fungsional Kesehatan
a.
Pemeliharaan
dan persepsi terhadap kesehatan
Klien kurang mendapatkan
paparan informasi mengenai penyakitnya
b.
Nutrisi/metabolic
Terdapat beberapa klien
yang kadang mengalami gejala mual, distensi abdomen, dan anoreksia.
c.
Pola
eliminasi
Untuk mengetahui apakah
ada keluhan atau masalah dengan pola BAK maupun BAB. Pada endometriosis
biasanya mengalami defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid
disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.
d.
Pola
tidur dan istirahat
Klien endometritis dapat
mengalami gangguan pola tidur apabila nyeri timbul pada malam hari atau saat
istirahat.
e.
Pola
perceptual
Nyeri bisa berupa akut
dengan lokasi di perut bagian bawah atau perineum (daerah antara paha). Nyeri
dapat pula muncul saat berhubungan seksual, akibat tekanan pada jaringan yang
terinfeksi selama penetrasi. Nyeri dirasakan pula pada perut bagian bawah,
punggung, panggul belakang, dan vagina.
f.
Pola
persepsi diri
Kadang klien dengan
endometritis dapat mengalami gangguan citra tubuh akibat tanda dan gejala
penyakit yang muncul yaitu aroma cairan vagina yang bau akibat adanya infeksi
di endometritis klien.
g.
Pola
peran-hubungan
Klien dengan endometritis
dapat mengalami gangguan peran dan hubungan jika klien harus dirawat di rumah
sakit. Nyeri yang dirasakan klien juga menyebabkan klien mengalami keterbatasan
dalam menjalankan peran dan hubungannya seharihari.
h.
Pola
manajemen koping stres
Pada klien dengan
endometritis biasanya akan cemas dengan kondisinya, apalagi bila disertai
dengan terjadinya perdarahan abnormal pada vagina dan keluarnya cairan vagina
berlebih yang beraroma tidak sedap, berwarna putih atau kekuningan, dan
disertai kurangnya paparan informasi yang klien peroleh mengenai
penyakitnya.
3.2 Pemeriksaan
Fisik
1.
Keadaan
umum: untuk mengetahui keadaan umum ibu, sejauh mana keluhan yang dirasakan
ibu, sehingga mempengaruhi ibu secara umum.
2.
TTV:
mengetahui keadaan tekanan darah, suhu, nadi, respirasi sehubugan dengan
keluhan yang dirasakan ibu.
3.
Payudara:
pemeriksaan payudara mempunyai arti penting bagi penderita wanita terutama
dalam hubungan dengan diagnostik kelainan endokrin.
4.
Abdomen:
mengetahui apakah ada luka bekas oprasi, apakah ada massa dan pembesaran perut
abnormal yang dapat menunjang diagnosa ke diagnosa penyakit organ reproduksi
lainnya. Pemeriksaan abdomen sangat penting pada penderita gynekologi, tidak
boleh diabaikan, dan harus lengkap apapun keluhan penderita. Penderita harus
tidur terlentang. Pada penderita endometriosis biasanya terdapat massa pada
perut dan ada nyeri tekan.
5.
Anogenital:
mengetahui apakah ada pengeluaran pervaginam, varices, dan oedema, serta
tanda-tanda abnormal/kelainan lainnya, seperti tanda-tanda infeksi. Pada
endometriosis perlu dilakukan VT untuk memastikan asal perdarahan yang dialami
oleh ibu, serta dilakukan inspikulo untuk melihat apakah ada tanda-tanda
endometriosis pada vagina.
6.
Endometrioma
pada parut pembedahan dapat berupa pembengkakan yang nyeri dan lunak fokal
dapat menyerupai lesi lain seperti : granuloma,
abses dan hematom.
7.
Pada
pemeriksaan fisik ginekologik yaitu : pada genitalia dan permukaan vagina
biasanya tidak ada kelainan, lesi endometriosis terlihat hanya 14,4% pada
pemeriksaan inspekulo, sedangkan pada pemeriksaan manual lesi ini teraba pada
43,1% penderita.
3.3 Diagnosa
Keperawatan
1.
Nyeri
b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.
A.
Definisi : Pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa.
2.
Ansietas
b.d ancaman atau perubahan pada status kesehatan
A.
Definisi : Perasaan tidak
nyaman atau ke khawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber sering
kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) ; perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
3.
Gangguan
harga diri b.d infertilitas.
Domain
6 : Persepsi diri
Kelas
2 : Harga diri
A.
Definisi : Evalusi diri/perasaan negatif tentang
diri sendiri atau kecakapan diri yang
berlangsung lama
4.
Gangguan
citra tubuh b.d gangguan menstruasi.
Domain
6 : Persepsi /
kognisi
Kelas
3 : Citra
tubuh
A.
Definisi : Konfusi dalam
gambaran mental tentang diri-fisik individu
B.
Batasan karakteristik
a.
Perilaku
mengenali tubuh individu
b.
Perilaku
menghindari tubuh individu
c.
Perilaku
memantau tubuh individu
d.
Respons
nonverbal terhadap perubahan aktual pada tubuh (mis: penampilan, struktur,
fungsi)
e.
Respons
nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh (mis: penampilan, struktur,
fungsi)
f.
Mengungkapkan
perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan tentang tubuh individu (mis :
penampilan, struktur, fungsi)
g.
Mengungkapkan
persepsi yang mencerminkan perubahan pandangan tentang tubuh individu dalam
penampilan
5.
Syok
hipovelemik b.d perdarahan di pelvik
C.
Definisi
Resiko
tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan tubuh yang menimbulkan gangguan
fungsi selular yang mengancam kehidupan.
A.
Faktor
Resiko
a.
Hipotensi
b.
Hipovolemia
c.
Hipoksemia
d.
Hipoksia
e.
Infeksi
f.
Sepsis
g.
Sindrom peradangan sistemik
6.
Kurang
pengetahuan b.d keterbatasan kognitif, tidak mengetahui sumber informasi.
A.
Definisi:
ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topic
tertentu
Komentar
Posting Komentar