ENDOMETRIOSIS


BAB 2
PEMBAHASAN
2.1  Definisi
Edometriosis adalah suatu penyakit dimana bercak - bercak jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim. (Nugroho & Utama, 2014). Endometriosis merupakan kondisi medis pada wanita yang ditandai dengan tumbuhnya sel-sel endometrium di luar kavum uteri (L & M., 2005) . Endometriosis adalah suatu penyakit pada sistem reproduksi wanita di mana jaringan dari lapisan dalam dinding rahim atau endometrium tumbuh di luar rongga rahim. Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang seharusnya terdapat hanya dalam uterus, tersebar juga ke dalam rongga pelvis (Baraero & dkk, 2005). Endometriosis adalah satu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma, terdapat di dalam miometrium ataupun di luar uterus (Sarwono, 2005). Endometriosis adalah adanya sel- sel endometrium diluar uterus, sel sel endometrium berespons terhadap esterogen dan progesteron dengan melakukan proliferasi, sekresi dan dan perdarahan selama daur haid (CNP, 2002). Endometriosis adalah jaringan endometrium yang seharusnya berada dilapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain (Walyani Amd. Keb & Purwoastuti S.Pd, 2015).

2.2  Etiologi
Ada teori penyebab endometriosis yang dinyatakan oleh para ahli sebagai berikut :
1.      Implantasi
Implantasi sel endometrium akibat regurgitasi transtuba pada saat menstruasi.
2.      Metaplasia
Metaplasia yaitu perubahan dari satu tipe jaringan normal menjadi tipe jaringan normal lainnya. Beberapa jaringan endometrium memiliki kemampuan dalam beberapa kasus untuk menggantikan jenis jaringan lain di luar rahim. Beberapa peneliti percaya hal ini terjadi pada embrio, ketika pembentukan rahim pertama. Lainnya percaya bahwa beberapa sel dewasa mempertahankan kemampuan mereka dalam tahap embrionik untuk berubah menjadi jaringan reproduksi.
3.      Menstruasi Mundur dan Transplantasi
Sampson (1920) mengatakan bahwa aliran menstruasi mundur mengalir melalui saluran tuba (disebut "aliran mundur") dan tersimpan pada organ panggul dan tumbuh menjadi kista. Namun, ada sedikit bukti bahwa sel-sel endometrium dapat benar-benar melekat dan tumbuh ke organ panggul perempuan. Bertahun-tahun kemudian, para peneliti menemukan bahwa 90% wanita memiliki aliran mundur.
4.      Predisposisi genetik
Penelitian telah menunjukkan bahwa wanita dengan riwayat keluarga menderita endometriosis lebih mungkin untuk terkena penyakit ini. Dan ketika diturunkan maka penyakit ini cenderung menjadi lebih buruk pada generasi berikutnya. Studi di seluruh dunia yang sedang berlangsung yaitu studi Endogene International mengadakan penelitian berdasarkan sampel darah dari wanita dengan endometriosis dengan harapan mengisolasi sebuah gen endometriosis.
5.      Pengaruh lingkungan
Beberapa studi telah menunjuk bahwa faktor lingkungan dapat menjadi kontributor terhadap perkembangan endometriosis, khususnya senyawa-senyawa yang bersifat racun memiliki efek pada hormon-hormon reproduksi dan respon sistem kekebalan tubuh  (Wood, 2008).

2.3  Klasifikasi
Menurut letaknya endometriosis dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu:
1.      Endometriosis genetalia interna, yaitu endometriosis yang letaknya di dalam uterus.
2.      Endometriosis eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di dinding belakang uterus, di bagian luar tuba dan di ovarium.
3.      Endometriosis genetalia eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di pelvio peritonium dan di kavum douglas, rekto sigmoid, kandung kencing.

2.4  Manifestasi Klinis
         a.          Nyeri di perut bagian bawah dan daerah panggul.
         b.         Menstruasi yang tidak teratur (misalnya spotting sebelum menstruasi).
         c.          Kemandulan
         d.         Dispareunia (nyeri ketika melakukan hubungan seksual).
         e.          Jaringan endometrium yang melekat pada usus besar atau kandung kemih bisa menyebabkan pembengkakan perut, nyeri ketika buang air besar, perdarahan melalui rektum selama menstruasi atau nyeri perut bagian bawah ketika berkemih.
          f.          Jaringan endometrium yang melekat pada ovarium dan struktur di sekitar ovarium bisa membentuk massa yang terisi darah (endometrioma). Kadang endometrioma pecah dan menyebabkan nyeri perut tajam yang timbul secara tiba – tiba. Kadang tidak ditemukan gejala sama sekali. (Nugroho & Utama, 2014)

2.6  Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan penderita Endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit seperti ini, karena adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel – sel Endometriosis seperti ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh. Faktor penyebab lain berupa toksis dari sampah – sampah perkotaaan menyebabkan microorganisme masuk ke dalam tubuh. Microorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag dan menyebabkan respon imun tubuh menurun, dan menyebabkan faktor pertumbuhan sel – sel abnormal meningkat seiring denagn peningkatan perkembangan sel abnormal. Jaringan endometrium tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopi menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium adalah bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenal endometriosis.
Sel endometrial seperti ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endometrial seperti ini memiliki kesempatan buat mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya.
Dimanapun lokai terdapatnya, endometrial ekstra uterin seperti ini dapat dipengaruhi oleh siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang. Jaringan endometrial seperti ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvic seperti ini disebabkan karena iritasi peritoneum dan menyebabkan nyeri saat menstuasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvic akan menyebabkan adhesi atau perlekatan di dinding dan permukaan pelvic. Hal seperti ini akan menyebabkan nyeri , tidak hanya di pelvis tapi juga nueri pada daerah permukaan terkait nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan nyeri saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopi. Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopi menyebabkan gerakan spontan ujung – ujung fimbriae buat membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertilitas pada endometriosis.
Pada intinya, endometriosis berespon seperti endometrium normal, jadi ikut menebal, melepaskan diri, dan sebagainya seperti selama siklus haid biasa, termasuk perdarahan. Pada ovarium beruba endometrium (kista yang dilapisi endometrium yang berfungsi). Bila perdarahan ke dalam, isi kista tampak berwarna coklat disebut kista coklat. Bila perdarahan ke luar akan timbul perlengletan – perlengketan dalam rongga peritoneum.
Penyebab kondisi ini belum jelas, namun ada 2 teori yaitu menstruasi retrograd dan metaplasia. Teori menstruasi retrograd mengatakan bahwa selama menstruasi ada endometrium yang memasuki tuba uterine dan akhirnya masuk ke rongga pelvic. Teori metaplasi mengatakan bahwa terdapat sisa epitelembrional yang belum berdeferensiasi sampai menarke. Jaringan inilah yang berespon terhadap estrogen dan progesteron sebagaimana endometrium.

2.7  Faktor Resiko
         a.          Sikrus mentruasi lebih singkat, 27 hari atau kurang.
         b.         Waktu pendarahan memanjang
         c.          Menarke dini (Menstruasi yang pertama terjadi lebih awal)
         d.         Riwayat keluarga, Wanita yang ibu atau saudara perempuannya menderita endometriosis.
         e.          Orgasme ketika menstruasi. (Dutton & Densmore, 2011)

2.8  Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung pada gejala, rencana kehamilan, usia penderita, dan beratnya penyakit. Obat-obatan yang dapat menekan aktivitas ovarium dan memperlambat pertumbuhan jaringan endometrium adalah :
a.        PIL KB
Bertujuan untuk menekan laju endometriosis dengan proses desidualisasi sel dan inaktifasi kelenjar endometriosis.
b.      Progestin
Progestin dapat diberikan dalam bentuk oral atau intramuskuler medroxyprogesterone acetat. Dosis oral adalah 30 mg per hari. Progestin bekerja dengan menekan sekresi LH hingga tercapai keadaan hipoestrogen. Terapi ini cukup efektif untuk menekan nyeri.
c.       Danazole
Terapi dengan danazol menciptakan lingkungan tinggi androgen – rendah estrogen yang akan mencetuskan keadaan amenorea. Danazol diberikan dengan dosis 2x 400 mg atau 4 x 200 mg . Bila diberikan dengan dosis lebih rendah, efektifitas terapi ini tidak tercapai. Angka kekambuhan setelah 1 tahun pemakaian danazol mencapai 30%.
d.      Agonis GnRH
Mempunyai efektifitas yang sebanding dengan danazol atau progestin. GnRH diberikan dalam bentuk suntikan sebulan sekali untuk durasi 6 bulan.
 

 
Obat
Efek Samping
Pil KB Kombinasi esterogen-progesteron
Pembengkakan perut, nyeri payudara, peningkatan nafsu makan, pembengkakan pergelangan kaki, mual, perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, trombosis vena dalam.
Progestin
Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, perubahan suasana hati, depresi, vaginitis atrovika
Denazole
Penambahan berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan rambut, vagina kering, hotsflashest, kram otot, pembegkakan pergelangan kaki, perdarahan diantara 2 siklus, payudara mengecil, perubahan suasana hati, kelainan fungsi, sindroma trowongan karpal
Agonis GnRH
Hotsflashest, vagina kering, pengeroposan tulang, perubahan suasana hati.


2.9  Pencegahan
Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala- gejala endometriosis memang berkurang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis. Maka dari itu perkawinan hendaknya jangan ditunda terlalu lama dan diusahakan secepatnya memiliki anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian tidak hanya merupaka profilaksis yang baik untuk endometriosis, melainkan juga mrnghindari terjadinya infertilitas sesudah endometrium timbul. Selain  itu juga jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau kerokan saat haid, karena dapat mengalirkan darah haid dari uterus ke tuba fallopi dan rongga panggul (Wiknjosastro, 2007).     

2.10          Pemeriksaan Penunjang
A.    Pemeriksaan Laboratorium
1.      Hitung darah lengkap
2.      Kultur Urine
3.      Kultur darah jika respon imun menurun atau infeksi menetap
B.     Pembedahan
a.       Endoskopi
Endoskopi dapat dilaksanakan untuk mengetahui luasnya endometriosis
b.      Laparoskopi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan alat optik ke dalam rongga abdomen ( kavum peritonii) dengan alat optik diperiksa alat genetalia dalam yaitu tuba fallopi, ovarium, adanya perlekatan jaringan sekitar , kelainan pada peritoneum, kalainan lain (kista indung telur, endometriosis.
c.       Biopsi Endometrium
Biopsi untuk mengetahui apakah ada keganasan. (Prosedur dimana sampel jaringan diperoleh melalui tabung yang dimasukkan ke dalam rahim). 
d.      USG Rahim
Membantu menemukan lesi di daerah parametrium.
e.       Barium Enema
f.        CT Scan atau MRI perut
g.      Histosalpingografi (HCG)
Pemeriksaan yang digunakan untuk memeriksa rahim dan saluran telur (tuba fallopi). Pemeriksaan menggunakan sinar X (rotgen). HSG memeriksa adanya kelainan ukuran atau bentuk rahim yang dapat menyebabkan infertilasi dan masalah pada kehamilan.
h.      Penanda Serum CA-125 (Hanya Penyakit Berat)
 (Nugroho & Utama, 2014)

2.11          Komplikasi
         a.          Luka infeksi
Infeksi luka biasanya terjadi pada hari kelima pasca operasi sebagai demam menetap meskipun pasien mendapat terapi antimikroba yang adekuat. Biasanya dijumpai eritema, indurasi, dan drainase insisi.
         b.         Karena peritonitis
Peritonitis pasca sesar mirip dengan peritonitis bedah, kecuali rigiditas abdomen biasanya tidak terlalu mencolok karena peregangan abdomen yang berkaitan dengan kehamilan. Nyeri mungkin hebat. Jika infeksi berawal di uterus dan meluas hanya ke peritonium di dekatnya (peritonitis panggul),terapi biasanya medis. Sebaliknya peritonitis abdomen generalisata akibat cedera usus  atau nekrosis insisi uterus, sebaiknya diterapi secara bedah .
         c.          Parametrial phlegmon
Pada sebagian wanita yang mengalami metritis setelah sesar, terjadi selulitis parametrium yang intensif. Hal ini menyebabkan terbentuknya daerah indursi yang disebut flegmon, di dalam lembar-lembar ligamentum latum (parametria)atau dibawah lipatan kandung kemih yang berada di atas insisi uterus. Selulitis ini umumnya unilateral dan dapat meluas ke lateral ke dinding samping panggul. Infeksi ini harus dipertimbangkan jika demam menetap setelah 72 jam meskipun pasien sudah mendapat terapi untuk endomiometritis pasca sesar.
         d.         Panggul abses
Flegmon parametrium dapat mengalami supurasi, membentuk abses ligamentum latum yang fluktuatif. Jika abses ini pecah, dapat timbul peritonitis yang mengancam nyawa. Dapat dilakukan drainase abses dengan menggunakan tuntunan computed tomography, kolpotami, atau melalui abdomen, bergantung pada lokasi abses. 
         e.          Abses subfasia dan Terbukanya jaringan parut uterus
Kompilkasi serius endometritis pada wanita yang melahirkan sesar adalah terbukanya insisi akibat infeksi nekrosis disertai perluasan ke dalam ruang subfasia di sekitar dan akhirnya pemisahan insisi fasia . Hal ini bermanifestasi sebagai drainase subfasia pada wanita dengan demam lama. Di perlukan eksplorasi bedah dan pengangkatan uterus yang terinfeksi.
          f.          Septik panggul thrombophlebitis
Di dahului oleh infeksi bakteri di tempat implantasi plasenta atau insisi uterus. Infeksi dapat meluas di sepanjang rute vena dan mungkin mengenai vena-vena di ovarium.
         g.         Infertilitas
Adalah komplikasi endometriosis yang sering terjadi (30% - 40%). Endometriosis dapat menimbulkan infertilitas dengan menyebabkan pembentukan jaringan parut dan sumbatan tuba fallopi, atau dengan mencetuskan keadaan inflamasi yang menetap. Dapat terjadi gangguan hormon.
         h.         Distres emosi
Masalah keluarga dan perkawinan, dan harga diri rendah dapat terjadi pada sebagian wanita, khususnya bila diduga infertilitas. (Corwin, 2015)

2.12          Discharge Planning
         a.          Menganjurkan ibu untuk tetap kontrol setelah ibu pulang dan pesankan pada ibu untuk segera periksa jika menemui keluhan serupa.
         b.         Hindari faktor – faktor pencetus penyakit dan istirahat yang cukup.
         c.          Biasakan olah raga teratur dan hidup bersih serta konsumsi makanan yang banyak mengandung gizi.
         d.         Konsultasi ke dokter tentang penanganan selanjutnya karena dapat mengganggu proses kehamilan.



BAB 3
KONSEP KEPERAWATAN
3.1  Pengkajian
1.      Identitas Pasien
Penyakit endometriosis ini biasanya menyerang pada wanita yang usia produktif yaitu sekitar 15- 44 tahun alasan salah satunya karena pada usia tersebut terjadi peningkatan estrogen dan progesterone yang tinggi. Insiden yang jelas belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tersebut cukup tinggi. Pekerjaan sangat mempengaruhui juga, insidenya terjadi pada pekerja yang langsung terpapar dengan toksik dari pepsida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.
2.      Keluhan Utama
Pasien dengan endometriosis biasanya mengeluh Nyeri abdomen (pelvis), yaitu   disminore dan dispareunia merupakan gejala-gejala yang paling karakteristik. Nyeri pelvis yang berat dan mendadak dapat disebabkan oleh iritasi perinoteum akibat rupturnya endometrioma atau hemoperitoneum. Nausea, vomitus dan nyeri bahu dapat merupakan gejala-gejala penyerta.
3.      Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan  nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi, serta nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual, Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter, Hipermenorea, Menoragia, Feces berdarah, Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi, Konstipasi, diare, kolik.
4.      Riwayat Penyakit Dahulu
Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang pernah diderita klien, apakah klien mempunyai riwayat penyakit tertentu terutama yang berhubungan dengan alat reproduksi maupun penyakit lain yang mungkin dapat memicu terjadinya endometriosis serta bisa menjadi pertimbangan untuk keperluan terapi atau pengobatan lebih lanjut seperti gangguan hormone, kanker, tumor PMS dll.
5.      Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah pasien dan keluarga, apakah memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita endometriosis, karena penyakit endometriosis penyebabnya karena factor genetic yang memiliki resiko tinggi terhadap angka kejadian endometriosis.
6.      Riwayat Obstetri dan Menstuasi
a.       Riwayat Menstruasi
Biasanya pasien mengeluh mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi
b.      Riwayat Pernikahan
Bahwa endometriosis lebih sering di temukan pada wanita yang tidak kawin pada usia muda dan yang tidak memiliki banyak anak
c.       Riwayat Kehamilan
Pasien endometriosis biasanya jarak kehamilannya yang sangat terlalu jauh antara anak yang satu dengan anak yang lain.
7.      Pola Fungsional Kesehatan
a.       Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan  
Klien kurang mendapatkan paparan informasi mengenai penyakitnya  
b.      Nutrisi/metabolic 
Terdapat beberapa klien yang kadang mengalami gejala mual, distensi abdomen, dan anoreksia. 
c.       Pola eliminasi 
Untuk mengetahui apakah ada keluhan atau masalah dengan pola BAK maupun BAB. Pada endometriosis biasanya mengalami defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid. 
d.      Pola tidur dan istirahat 
Klien endometritis dapat mengalami gangguan pola tidur apabila nyeri timbul pada malam hari atau saat istirahat.
e.       Pola perceptual 
Nyeri bisa berupa akut dengan lokasi di perut bagian bawah atau perineum (daerah antara paha). Nyeri dapat pula muncul saat berhubungan seksual, akibat tekanan pada jaringan yang terinfeksi selama penetrasi. Nyeri dirasakan pula pada perut bagian bawah, punggung, panggul belakang, dan vagina.
f.        Pola persepsi diri 
Kadang klien dengan endometritis dapat mengalami gangguan citra tubuh akibat tanda dan gejala penyakit yang muncul yaitu aroma cairan vagina yang bau akibat adanya infeksi di endometritis klien. 
g.      Pola peran-hubungan 
Klien dengan endometritis dapat mengalami gangguan peran dan hubungan jika klien harus dirawat di rumah sakit. Nyeri yang dirasakan klien juga menyebabkan klien mengalami keterbatasan dalam menjalankan peran dan hubungannya seharihari. 
h.      Pola manajemen koping stres 
Pada klien dengan endometritis biasanya akan cemas dengan kondisinya, apalagi bila disertai dengan terjadinya perdarahan abnormal pada vagina dan keluarnya cairan vagina berlebih yang beraroma tidak sedap, berwarna putih atau kekuningan, dan disertai kurangnya paparan informasi yang klien peroleh mengenai penyakitnya.  

3.2  Pemeriksaan Fisik
1.      Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan umum ibu, sejauh mana keluhan yang dirasakan ibu, sehingga mempengaruhi ibu secara umum.
2.      TTV: mengetahui keadaan tekanan darah, suhu, nadi, respirasi sehubugan dengan keluhan yang dirasakan ibu.
3.      Payudara: pemeriksaan payudara mempunyai arti penting bagi penderita wanita terutama dalam hubungan dengan diagnostik kelainan endokrin.
4.      Abdomen: mengetahui apakah ada luka bekas oprasi, apakah ada massa dan pembesaran perut abnormal yang dapat menunjang diagnosa ke diagnosa penyakit organ reproduksi lainnya. Pemeriksaan abdomen sangat penting pada penderita gynekologi, tidak boleh diabaikan, dan harus lengkap apapun keluhan penderita. Penderita harus tidur terlentang. Pada penderita endometriosis biasanya terdapat massa pada perut dan ada nyeri tekan.
5.      Anogenital: mengetahui apakah ada pengeluaran pervaginam, varices, dan oedema, serta tanda-tanda abnormal/kelainan lainnya, seperti tanda-tanda infeksi. Pada endometriosis perlu dilakukan VT untuk memastikan asal perdarahan yang dialami oleh ibu, serta dilakukan inspikulo untuk melihat apakah ada tanda-tanda endometriosis pada vagina.
6.      Endometrioma pada parut pembedahan dapat berupa pembengkakan yang nyeri dan lunak fokal dapat menyerupai lesi lain seperti : granuloma, abses dan hematom.
7.      Pada pemeriksaan fisik ginekologik yaitu : pada genitalia dan permukaan vagina biasanya tidak ada kelainan, lesi endometriosis terlihat hanya 14,4% pada pemeriksaan inspekulo, sedangkan pada pemeriksaan manual lesi ini teraba pada 43,1% penderita.

3.3  Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.
A.       Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa.

2.      Ansietas b.d ancaman atau perubahan pada status kesehatan
A.       Definisi : Perasaan tidak nyaman atau ke khawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) ; perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.

3.      Gangguan harga diri b.d infertilitas.
Domain 6  : Persepsi diri
Kelas 2      : Harga diri
A.       Definisi         : Evalusi diri/perasaan negatif tentang diri sendiri atau kecakapan diri yang  berlangsung lama

4.      Gangguan citra tubuh b.d gangguan menstruasi.
Domain 6   : Persepsi / kognisi
Kelas 3       : Citra tubuh
A.       Definisi : Konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu
B.       Batasan karakteristik
                          a.       Perilaku mengenali tubuh individu
                          b.       Perilaku menghindari tubuh individu
                          c.       Perilaku memantau tubuh individu
                          d.       Respons nonverbal terhadap perubahan aktual pada tubuh (mis: penampilan, struktur, fungsi)
                          e.       Respons nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh (mis: penampilan, struktur, fungsi)
                          f.        Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan tentang tubuh individu (mis : penampilan, struktur, fungsi)
                          g.       Mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan pandangan tentang tubuh individu dalam penampilan
5.      Syok hipovelemik b.d perdarahan di pelvik
C.       Definisi
Resiko tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan tubuh yang menimbulkan gangguan fungsi selular yang mengancam kehidupan.
A.       Faktor Resiko
                          a.       Hipotensi
                          b.       Hipovolemia
                          c.       Hipoksemia
                          d.       Hipoksia
                          e.       Infeksi
                          f.        Sepsis
                          g.       Sindrom peradangan sistemik

6.      Kurang pengetahuan b.d keterbatasan kognitif, tidak mengetahui sumber informasi.
A.       Definisi: ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu

Komentar