BUMIL DM
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Mansjoer, 2009).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2007).
Diabetes
mellitus adalah gangguan endokrin yang menyebabkan pankreas tidak mampu
memproduksi insulin secara adekuat untuk mengatur kadar glukosa tubuh dan suatu
kondisi yang menyebabkan klien beresiko tinggi selama kehamilan. (Pillitteri, adele. 2006)
Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan
metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu
defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin
atau keduanya.
Diabetes mellitus gestasional (DMG) adalah intoleransi
karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu) maupun berat (diabetes
melitus), terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung.
Definisi ini mencakup pasien yang sudah mengidap diabetes mellitus (tetapi
belum terdeteksi) yang baru dikenal saat kehamilan ini dan yang
benar-benarmenderita DM akibat hamil (DMG sesuai definisi lama WHO 1980).
Sesudah kehamilan selesai, kondisi pasti ditentukan berdasarkan tes toleransi
glukosa oral (TTGO). (Mansjoer, Arif. 2009)
Di Indonesia dengan menggunakan kriteria diagnosis
O’Suilivan-Mahan dilaporkan pievalensi DMG 1,9-3.6%. (Kapita Selekta Kedokteran FKUI.2009))
1.
Diabetes Pragestasi
Diabetes
pragestasi, artinya sudah diketahui diabetes mellitus kemudian hamil. Mereka
tanpa komplikasi atau dengan komplikasi yang ringan, dengan komplikasi berat, khususnya
retinopati, nefropati dan hipertensi. Ada 4 hal penting mengapa diabetes
gestasional perlu ditegakkan diagnosisnya. Diabetes Pragestasi Adalah diabetes
yang terjadi sebelum konsepsi dan terus berlanjut setelah masa hamil. Diabetes
pragestasi dapat berupa diabetes tipe 1 (tergantung insulin) dan tipe II (tidak
tergantung insulin), yang mungkin disertai atau tidak disertai penyakit
vaskuler, retinopati, nefropati, dan komplikasi diabetic lainnya. Kondisi
diabetogenik kehamilan pada sistem metabolic yang terganggu selama masa
pragestasi memiliki implikasi yang signifikan. Adapun hormone yang normal
terhadap kehamilan mempengaruhi kontrol glikemia pada pasien diabetic
pragestasi. Kehamilan juga dapat mempercepat kemajuan komplikasi vaskuler
diabetes. Selama trimester pertama, sementara kadar glukosa darah maternal
dalam kondisi normal menurun, dan respon insulin terhadap glukosa meningkat,
kontrol glikemia meningkat. Dosis insulin untuk klien diabetic yang terkontrol
baik perlu disesuaikan untuk menghindari hipoglikemi. Episode hipoglikemia
tidak umum terjadi pada klien diabetic tipe 1 selama awal kehamilan.
2.2 Klasifikasi Diabetes mellitus
a.
Klasifikasi Diabetes Mellitus secara
Umum.
1.
Tipe I: Diabetes Mellitus tergantung insulin (Insulin
Dependen Diabetes Mellitus: IDDM.)
2.
Tipe II: Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (Non
Insulin Dependen Diabetes Mellitus: NIDDM).
3.
Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau
sindrom lainnya.
4.
Diabetes mellitus Gestasional (DMG).
b.
Klasifikasi menurut umur, waktu
penyakit timbul, lama sakit, berat penyakit, dan komplikasi (White)
a.
Kelas A: Diabetes laten (subklinis atau diabetes hamil). Uji
toleransi gula tidak normal. Pengobatan tidak memerlukan insulin, cukup dengan
diet saja. Prognosis untuk ibu dan janin baik.
b.
Kelas B: Diabetes dewasa diketahui setelah usia 19 tahun;
berlangsung kurang dari 10 tahun; tidak disertai kelainan pembuluh darah.
c.
Kelas C: timbul pada umur 10-19 tahun, menderita selama
10-19 tahun; tanpa kelainan pembuluh darah.
d.
Kelas D: Diderita sejak umur 10 tahun; lama 20 tahun;
disertai kelainan pembuluh darah seperti arteriosklerosis pada retina, tungkai,
dan renitis.
e.
Kelas E: Telah terjadi kalsifikasi pembuluh darah.
f.
Kelas F: Diabetes dengan nefropatia, termasuk
glomerulonefritis dan pielonefritis.
g.
Kelas R: Diabetes dengan komplikasi retinistis proliferans
atau dengan perdarahan dalam korpus vitreum.
h.
Kelas H: Diabetes dengan komplikasi penyakit koroner.
2.3 Etiologi
Etiologi Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta
Jilid III, 2006, Yaitu:
1. Faktor autoimun
setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
2. Genetik
3. Kerusakan /
kelainan pangkreas sehingga Kekurangan produksi insulin
4. Meningkatnya
hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.
5. Obat-obatan.
6. Wanita obesitas
7. Umur sudah mulai tua
8. Multiparitas
9. Riwayat kehamilan: Sering meninggal
dalam rahim, Sering mengalami lahir mati, Sering mengalami keguguran.
2.4 Patofisiologi
Dengan makanan masing-masing wanita hamil mengalami
serangkaian tindakan hormonal kompleks ibu (yaitu, peningkatan glukosa darah;
sekresi insulin pankreas sekunder, glukagon, somatomedins, dan katekolamin
adrenal). Penyesuaian ini menjamin kecukupan dan tidak berlebihan agar pasokan
glukosa tersedia untuk ibu dan janin.
Ibu hamil cenderung untuk mengembangkan hipoglikemia
(glukosa plasma rata-rata = 65-75 mg / dL) antara waktu makan dan saat tidur.
Hal ini terjadi karena janin terus menarik glukosa melalui plasenta dari aliran
darah ibu, bahkan selama periode puasa.
Hipoglikemia Interprandial menjadi semakin ditandai sebagai
kehamilan berlanjut dan permintaan glukosa meningkat janin. Tingkat steroid
plasenta dan hormon peptida (misalnya, estrogen, progesteron, dan
somatomammotropin chorionic) meningkat secara linear sepanjang trimester kedua
dan ketiga.
Selain perubahan hormonal dan metabolic yang normal, pada
kehamilan didapatkan jumlah/fungsi insulin ibu yang tidak optimal sehingga
terjadi berbagai kelainan yang menyebabkan berbagai komplikasi pada ibu dan
janin (Kapita Selekta Kedokteran FKUI.
2009 jilid 1 hal. 285)
Karena hormon ini memberi jaringan resistensi insulin
meningkat naik tingkat mereka, permintaan untuk sekresi insulin meningkat
dengan semakin escalates makan selama kehamilan. Dua puluh empat jam berarti
tingkat insulin 50% lebih tinggi pada trimester ketiga dibandingkan dengan
keadaan tidak hamil. Ini biasanya bermanifestasi sebagai episode berulang
Hiperglikemi postprandial. Episode ini postprandial yang paling signifikan
bertanggung jawab untuk pertumbuhan dipercepat dipamerkan oleh janin.hiperinsulinemia
janin mempromosikan penyimpanan kelebihan gizi, sehingga macrosomia
Pengeluaran energi yang berhubungan dengan konversi
kelebihan glukosa menjadi penyebab penurunan lemak dalam kadar oksigen janin.
Episode ini hipoksia janin yang disertai dengan lonjakan di katekolamin
adrenal, yang, pada gilirannya, menyebabkan hipertensi, remodelling jantung dan
hipertrofi, stimulasi eritropoietin, hiperplasia sel darah merah, dan
peningkatan hematokrit. Polisitemia (hematokrit> 65%) terjadi pada 5-10%
dari bayi yang baru lahir dari ibu diabetes. Temuan ini tampaknya berhubungan
dengan tingkat kontrol glisemik dan ditengahi oleh penurunan tegangan oksigen
janin.
Hematokrit tinggi nilai-nilai dalam memimpin neonatus untuk
sludging pembuluh darah, sirkulasi yang buruk, dan hiperbilirubinemia
pascakelahiran. Di sisi lain, gula darah postprandial nilai puncak jarang
melebihi 120 mg / dL. Meticulous replication of the normal glycemic profile
during pregnancy has been demonstrated to reduce the macrosomia rate. Teliti
replikasi dari profil glisemik normal selama kehamilan telah ditunjukkan untuk
mengurangi tingkat macrosomia.Secara khusus, ketika kadar glukosa 2 jam
postprandial diselenggarakan kurang dari 120 mg / dL, sekitar 20% dari janin
menunjukkan macrosomia. Sebaliknya, jika tingkat postprandial jangkauan hingga
160 mg / dL, harga macrosomia naik menjadi 35%.
2.1 Manifestasi klinis
Tanda
dan gejala klinis patogenesis Diabetes Melitus menurut Mansjoer, (2000), yaitu
sebagai berikut:
1.
Polifagia.
2.
Mata kabur
3.
Poliuria.
4.
Pruritus vulva.
5.
Polidipsi
6.
Ketonemia.
7.
Lemas.
8.
Glikosuria.
9.
BB menurun.
10.
Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.
11.
Kesemutan.
12.
Gula darah puasa > 126 mg/dl
13.
Gula darah sewaktu > 200 mg/dl.
14.
Gatal
2.2 Komplikasi
a. Maternal: Infeksi saluran kemih,
hidramnion, hipertensi kronik, preeklamsia, kematian ibu.
b. Fetal: Abortus spontan, kelainan
kongenital, insufiensi plasenta, makrosomia, kematian intrauterine.
c. Neonatal prematuritas, kematian
intrauterine, kematian neonatal trauma lahir, hipoglekemia, hipomagsemia,
hipokalsemia, hiperbilirubtnemia, sindrom gawat nafas, polisitemia. (Kapita
Selekta Kedokteran FKUI. 1999 jilid 1 hal. 285)
Pengaruh diabetes gestasional
Pengaruh
diabetes gestasional Diabetes Melitus menurut, Prawirohardjo, (2002).
1. Pengaruh DM terhadap kehamilan.
Abortus
dan partus prematurus, Pre eklamsia, Hidroamnion, Insufisiensi plasenta.
2.
Pengaruh DM terhadap janin/bayi.
§ Kematian hasil konsepsi dalam
kehamilan muda mengakibatkan abortus.
§ Cacat bawaan.
§ Dismaturitas.
§ Janin besar (makrosomia)
§ Kematian dalam kandungan.
§ Kematian neonatal.
§ Kelainan neurologik dan psikologik
Kelainan yang mungkin ditemukan pada
bayi lahir hidup ialah: kelainan kongenital, gangguan kardiopulmonal seperti
penyakit membrane hialin, serangan apneu dan lain-lain, gangguan neurologis
sebagai akibat perubahan metabolic seperti hipoglikemia atau hipokalsemia, yang
menimbulkan gangguan berupa tremor, jitteriness’, hiperiritabilitas, serangan
apneu kejang, gangguan lain-lainnya seperti hiperbilirubinemia. (FKUI, ilmu
kesehatan anak 3)
3. Pengaruh Kehamilan terhadap DM
a. Nausea dan vomiting à hipoglikemik syok à insulin resisten jika terjadi
ketosis
b. Wanita hamil mudah menjadi asidosis
metabolik akibat penghematan karbohidrat dan lipolisis dan pengaruh hormon
laktogen plasenta
c. Infeksi selama kehamilan à resistensi insulin dan ketoasidosis
d. Setelah melahirkan kebutuhan insulin
menurun secara cepat, jika terjadi infeksi nifas menghambat respon ini
4. Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas terhadap DM
a.
Kehamilan dapat menyebabkan status pre diabetik menjadi
manifes (diabetik)
b.
DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan
5. Pengaruh DM terhadap persalinan
a.
Gangguan kontraksi otot rahim partus lama / terlantar.
b.
Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
c.
Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia
sampai dengan lahir mati
d.
Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e.
Post partum mudah terjadi infeksi.
f.
Bayi mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat
menimbulkan kematian
6. Pengaruh DM terhadap nifas
a.
Mudah terjadi infeksi post partum
b.
Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menye
2.3
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Adanya kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal.
Kadar gula darah pada waktu puasa > 140 mg/dl. Kadar gula sewaktu >200
mg/dl.
b.
Tes toleransi glukosa. Glukosa plasma dari sampel yang
diambil 2 jam pp >200 mg/dl.
c.
Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi
daripada darah vena, serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan
deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi
d.
Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa
darah > 160-180% maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji
dalam urin: + nilai ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer:
carik celup memakai GOD.
e.
Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam
asetoasetat cepat didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai
Natroprusid, 3-hidroksibutirat tidak terdeteksi
f.
Pemeriksan lain: fungsi ginjal (Ureum, creatinin), Lemak
darah: (Kholesterol, HDL, LDL, Trigleserid), Ffungsi hati, antibodi anti sel
insula langerhans (islet cellantibody)
Pencegahan
1.
Primer: untuk mengurangi obesitas dan BB.
2.
Sekunder: deteksi dini, kontrol penyakit hipertensi, anto
rokok, perawatan.
3.
Tersier: Pendidikan tentang perawatan kaki, cegah ulserasi,
gangren dan amputasi, pemeriksaan optalmologist, albuminuria monitor penyakit
ginjal, kontrol hipertensi, status metabolic dan diet rendah protein,
pendidikan pasien tentang penggunaan medikasi untuk mengontrol medikasi
2.4 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
DMG dilakukan secara terpadu oleh spesialis penyakit dalam spesialis obstetric
ginekologi, ahli gizi dan spesialis anak.
Tujuan
penanganan adalah untuk mencapai dan mempertahankan keadaan normoglikemia sejak
hamil hingga persalinan, yaitu kadar glukosa darah puasa<105 mg/dl dan dua
jam seusadah makan <120 mg/dl.
a. Diet (perencanaan makanan yang
sesuai dengan kebutuhan)
b. Pemantauan glukosa darah sendiri di
rumah,
c. Olah raga
d. Pemberian Insulin bila belum
tercapai normoglikemia dengan perencanaan makan.
e. Segera setelah pasien didiagnosis
DMG, dilakukan pemeriksaan glikosa darah puasa dan 2 jam sesudah makan untuk
menentukan langkah penatalaksaan.
f.
Bila kadar glukosa darah puasa >130 mg/dl pada pasien
langsung berikan insulin disamping perencanaan makan, terutama pada penderita
yang terdiagnosis setelah usia kehamilan mencapai 28 minggu.
g. Bila kadar glukosa darah
puasa<130 mg/dl, dimulai dengan perencanaan makan saja duhulu
h. Monitor kesejahteraan janin
i.
Saat melahirkan janin disesuaikan dengan kemampuan control
gula darah dan kesejahteraan janin. Pada kelahiran pervagim perhitungkan
kemungkinan terjadinya kesulitan karena makrosomia.
j.
Pengobatan secara medis
ü Meningkatkan jumlah insulin
ü Sulfonilurea (glipizide GITS,
glibenclamide, dsb.)
ü Meglitinide (repaglinide,
nateglinide)
ü Insulin injeksi
ü Meningkatkan sensitivitas insulin
ü Biguanid/metformin
ü Thiazolidinedione (pioglitazone,
rosiglitazone)
ü Memengaruhi penyerapan makanan
ü Acarbose
ü Hati-hati risiko hipoglikemia
berikan glukosa oral (minuman manis atau permen)
k. Penatalaksanaan obstetric
1.
Persalinan dilakukan:
a.
Pertahankan janin sampai aterm (cukup umur) dan lahir dengan
spontan.
b.
Usahakan lakukan persalinan pada minggu 37-38 kehamilan.
c.
Bisa dilakukan Primer seksio sesarea.
2.
Penanganan bayi dengan DM:
a.
Bayi dengan DM
disamakan penanganannya dengan bayi prematur.
b. Observasi kemungkinan hipoglisemia
pada bayi, Rawat bayi di Perawatan intensif:
c.
Neonatus intensif
unit care dengan pengawasan ahli neonatologi.
3.
Penatalaksanaan terhadap bayi dari ibu penderia DM:
Memberikan masukan yang adekuat untuk menghindari terjadinya hipoglikemia,
melakukan observasi yang teratur terhadap gula darah, kalsium, bilirubin dan
tanda-tanda vital lain, memberikan obat atau tindakan sedini mungkin sesuai
dengan kelainan yang ditemukan. (FKUI, ilmu kesehatan anak 3)
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Usia: perlu
diketahui kapan ibu dan berapa tahun ibu menderita Diabetes melitus, karena
semakin lama ibu menderita DM semakin berat komplikasi yang muncul. Seperti
yang dijelaskan pada klasifikasi DM.
2. Keluhan
Utama
Biasanya ibu
hamil dengan DM mengeluh Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau
tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen dan
retinopati.
3. Riwayat
Penyakit Keluarga
Perlu dikaji apakah ada keluarga
yang menderita DM, karena DM bersifat keturunan.
4. Riwayat
Kehamilan
a.
Diabetes mellitus gestasional.
b.
Hipertensi karena kehamilan.
c.
Infertilitas.
d.
Bayi low gestasional age.
e.
Riwayat kematian janin.
f.
Lahir mati tanpa sebab jelas.
g.
Anomali congenital.
h.
Aborsi spontan.
i.
Polihidramnion.
j.
Makrosomia.
k.
Pernah keracunan selama kehamilan.
5. Pola
Aktivitas Sehari-hari
a.
Pola Nutrisi:
Polidipsi, Poliuri, Mual dan muntah, Obesitas, Nyeri tekan abdomen,
Hipoglikemi, Glukosuria, Ketonuria, Kulit, Sensasi kulit lengan, paha, pantat
dan perut dapat berubah karena ada bekas injeksi insulin yang sering, Mata, ada
kerusakan penglihatan atau retinopati.
b.
Pola eliminasi; BAK: pasien dengan
DM memiliki gejala yaitu poliuri atau sering berkemih. BAB: biasanya tidak ada
gangguan.
c.
Pola personal hygiene; Pola atau
frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas.
6. Pola
istirahat tidur: Gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan
kelelahan yang berlebihan.
7. Pola
aktifitas dan latihan: Aktivitas yang berlebih pada keadaan hipoglikemi dapat
menyebabkan rasa lapar meningkat, pusing, nyeri kepala, berkeringat, letih,
lemah, pernapasan dangkal dan pandangan kabur. Jika ini terjadi maka ibu akan
rentan terhadap cedera dan jika rasa lapar berlebih ini akan menyebabkan
ketidakpatuhan diet ibu.
8. Pemeriksaan
Fisik:
a.
Keadaan umum jika dalam keadaan
hipoglikemi ibu bisa merasa lemah dan letih
b.
TD ibu dengan DM perlu diobservasi
tekanan darahnya karena komplikasi dari ibu dengan DM adalah preeklamsia dan
eklamsia.
c.
Nadi pada keadaan hiperlikemi
biasanya nadi lemah dan cepat.
d.
Respirasi pada keadaan hiperglikemi
atau diabetik ketoasidosis biasanya RR meningkat dan napas bau keton.
e.
Suhu tidak ada gangguan, tetapi
biasanya kulit pasien lembab pada kondisi hipoglikemi. Nadi pedialis
dan pengisian kapiler ekstremitas mungkin menurun atau melambat pada DM
f.
Edema atau
peningkatan TD
g.
Berat badan ibu dengan DM biasanya
memiliki berat badan berlebih, dan terjadi peningkatan berat badan waktu hamil
yang berlebih.
3.2
Diagnosa Keperawatan
1.
Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
2.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang
tepat.
3.
Keletihan
b.d. status penyakit, kehamilan.
4.
Resiko tinggi terhadap cedera maternal b.d ketidakadekuatan
kontrol diabetik, profil darah abnormal dan perubahan respon umum.
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo, Tjokronegoro.
2007. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Doenges E, Marilynn.
2008. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta
: EGC
Heller, Luz. 2008. Gawat Darurat
Ginekologi dan Obstetri. Jakarta : EGC
Ikram,
Ainal. 2005. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam: Diabetes Mellitus Pada Ibu Hamil jilid I Edisi ketiga. Jakarta: FKUI
Mansjoer,
Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran
Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta. Media Aesculapius.
Mitayani. 2009. Asuhan
keperawatan maternitas. Jakarta: salemba Medika
Mochtar,
Rustam. 2005. Sypnosis Obstetrik:
Obstetrik Patologi. Edisi I. Jakarta: EGC
Pilliteri, adele. 2006. Buku Saku
Asuhan Ibu dan Anak. Jakarta. EGC
Prawiroharjo,
Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: yayasan Bina Pustaka
Saifudin. A.
B, 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Taber,
ben-zion. 2006. Kedaruratan Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta. EGC
Komentar
Posting Komentar