PARTUS PREMATUS
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Definisi
Persalinan
prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi
belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-2500 gram atau tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu (Wiknjosastro, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, 2010)
Persalinan
premature adalah persalinan sebelum usia kehamilan 37 minggu atau berat badan
lahir antara 500-2499 gram. (Martaadisoebrata, Wirakusumah, & Effendi, 2013)
2.2.Etiologi
Mengenai penyebabnya belum banyak yang diketahui
-
Eastman : kausa
prematur 61,9 % kausa ignota (sebab yang tidak diketahui)
-
Greenhill : kausa
prematur 6o % kausa ignota (sebab yang tidak diketahui)
-
Holmer : sebagian
besar tidak diketahui.
2.3.Klasifikasi
Prematur
Menurut
usia kehamilannya maka prematur dibedakan menjadi beberapa, yaitu:
§ Usia
kehamilan 32 – 36 minggu disebut persalinan prematur (preterm)
§ Usia
kehamilan 28 – 32 minggu disebut persalinan sangat prematur
(very preterm)
§ Usia
kehamilan 20 – 27 minggu disebut persalinan ekstrim prematur (extremely
preterm)
Menurut
berat badan lahir, bayi prematur dibagi dalam kelompok:
§ Berat
badan bayi 1500 – 2500 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
§ Berat
badan bayi 1000 – 1500 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir Sangat Rendah
(BBLSR)
§ Berat
badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir Ekstrim Rendah
(BBLER) (Aditama, 2009)
2.1.Patofisiologi
Persalinan
preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau minor. Faktor
resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam pada
kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10
batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada
trimester I lebih dari 2 kali. Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple,
hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32
minggu, serviks mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32
minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan
preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi
konisasi, dan iritabilitas uterus. Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai
1 atau lebih faktor resiko mayor atau bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau
bila ditemukan keduanya. (Wong, 2004)
2.2.Manifestasi klinis
1. Tertutup
Lanugo
Kebanyakan
bayi yang dilahirkan secara prematur, seluruh tubuhnya akan ditutupi dengan lanugo
atau rambut halus. Lanugo itu bisa menutupi di bagian wajah dan juga tubuhnya.
Pada bayi yang dilahirkan secara normal, lanugo itu bisa hilang dengan
sendirinya. Pada bayi yang dilahirkan dengan prematur, hilangnya lanugo
tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan bayi yang
terlahir secara normal.
2. Refleks Belum
Sempurna
Bayi
prematur akan memiliki ciri-ciri refleksnya belum sempurna, misalnya saja jika
disentuh dan dipegang, bayi tersebut akan terlambat dalam merefleksnya. Yang
belum sempurna yang lainnya adalah refleks hisapnya belum sempurna sehingga
bayi akan kesulitan jika harus menyusui dari
ibunya. Kebanyakan bayi yang lahir prematur, makanan dan minumannya akan
dialirkan melalui selang infus.
3. Memiliki
Kulit Tipis
Jaringan
kulit pada bayi yang dilahirkan secara prematur belum terbentuk dengan sempurna
sehingga kulit bayi prematur itu terlihat lebih tipis dibandingkan dengan kulit
bayi yang dilahirkan dengan normal. Kulit yang tipis itu bisa membuat bayi yang
dilahirkan secara prematur bisa terlihat pembuluh darah di jaringan kulitnya
tersebut.
4. Kulit Merah
Bayi
belum cukup umur namun sudah dilahirkan ke dunia ini memiliki kulit yang
berwarna merah dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan dengan usia yang
normal. Bayi dengan usia yang normal akan memiliki kulit putih hal itu
disebabkan di tubuh bayi tertutupi dengan membran kulit putih. Membran itu bisa
hilang saat bayi sudah berumur tujuh hari, sedangkan pada bayi prematur membran
tersebut belum terbentuk sehingga warna kulitnya tidak putih melainkan berwarna
merah.
5. Telinga
Elastis
Karena
organ telinganya belum terbentuk dengan sempurna, bayi yang terlahir belum
cukup umur bisa memiliki tulang telinga yang elastis. Tulang tersebut sangat
elastis dan sangat lunak, jika pada umumnya daun telinga akan sedikit kaku jika
dipegang. Tulang pada daun telinga bayi akan sangat elastis dan juga sangat
lentur.
Selain
itu, masalah pada telinga bayi juga seringkali terjadi karena :
6. Pernafasan
Belum Sempurna
Ciri
ciri bayi lahir prematur atau belum cukup umur akan memiliki pernafasan yang
belum sempurna, bayi itu akan masuk ke ruangan khusus dengan bantuan selang
oksigen di hidungnya. Penyebabnya adalah organ paru-paru bayi belum matang dan
belum sempurna sehingga bayi jika hidup di luar rahim dia membutuhkan bantuan
alat pernafasan berupa oksigen.
Selain
itu, yang bisa menyebabkan pertumbuhan paru-paru bayi menjadi tidak sempurna
yaitu :
7. Garis Tangan
dan Garis Kaki Tipis
Lihatlah
garis tangan dan garis kaki yang dimiliki oleh bayi tersebut. Garis-garis pada
telapak tangan dan juga telapak kaki masih terlihat samar dan juga tipis. Hal
itu dikarenakan garis pada telapak tangan dan telapak kaki belum terbentuk
dengan sempurna.
8. Berat Badan
Rendah
Bayi
yang dilahirkan dengan belum cukup umur ciri-ciri yang bisa dilihat adalah bayi
tersebut memiliki berat badan yang rendah. Berat badan yang rendah itu disebabkan
oleh kurangnya umur bayi tersebut, jika bayi itu tidak prematur di dalam rahim
dia masih bisa bertambah berat badannya dengan menyerap gizi ibu hamil yang
dikonsumsi. Namun jika sudah dilahirkan dan belum cukup umur, bayi itu tidak
akan bisa bertambah berat badannya kembali. Bayi yang lahir secara prematur
memiliki berat badan kurang dari 2500 gram bahkan ada yang di bawah 2000 gram.
Bayi itu pun akan terlihat lebih mungil dibandingkan dengan bayi yang
dilahirkan normal.
Kelahiran
bayi dengan berat badan rendah juga bisa disebabkan oleh :
9. Banyak Tidur
Bayi
yang dilahirkan secara prematur akan lebih sering tidur dibandingkan terbangun.
Memang bayi yang baru dilahirkan akan banyak tidur dibandingkan bergerak dan
juga terbangun. Namun estimasi jam tidur pada pola tidur bayi yang
dilahirkan secara prematur lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang baru saja
dilahirkan secara normal.
10. Ukuran
Kepala Tidak Proporsional
Bahaya
bayi lahir prematur akan memiliki ukuran kepala yang tidak proporsional.
Jika dibandingkan dengan ukuran badannya, ukuran kepala akan lebih besar atau
lebih kecil dibandingkan dengan badannya.
Masalah
pada ukuran kepala bayi ini, juga bisa disebabkan oleh :
11. Suhu Tubuh
Dingin
Saat
bayi dilahirkan, suhu tubuh bayi akan terasa dingin dan suhu tubuhnya rendah.
Oleh sebab itulah banyak bayi yang dilahirkan secara prematur harus dimasukkan
ke dalam ruang inkubator yang ada penghangat tubuh bayinya.
12. Sesak Nafas
Jika
bayi dilepas oksigennya, bayi tersebut akan mengalami sesak nafas dan juga
gangguan pernafasan. Oleh karena itulah bayi tersebut sangat bergantung pada
selang oksigen yang dialirkan ke pernafasannya.`
Kondisi
sesak napas pada bayi ini juga bisa dikarenakan oleh :
13. Tidak
Memiliki Bulu Mata dan bola matanya agak menonjol ke luar
Bayi
yang dilahirkan secara prematur tidak memiliki bulu mata dan bola matanya agak
menonjol ke luar. Hal itu dikarenakan pertumbuhan bulu mata dan alis matanya belum
terbentuk secara sempurna. Berbeda halnya dengan bayi yang dilahirkan dengan
cukup umur, bayi itu akan memiliki alis dan bulu mata yang sempurna.
2.3.Faktor Risiko
Prematur
a. Faktor Iatrogenik (Indikasi Medis pada Ibu/
Janin)
Pengakhiran
kehamilan yang terlalu dini dengan seksio sesarea karena alasan bahwa bayi
lebih baik dirawat di bangsal anak daripada dibiarkan dalam rahim. Hal ini
dilakukan dengan alasan ibu atau janin dalam keadaan seperti diabetes maternal,
penyakit hipertensi dalam kehamilan dan terjadi gangguan pertumbuhan
intrauterine.
b. Faktor Maternal
v Umur
ibu
Umur
reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Pada kehamilan
diusia kurang dari 20 tahun secara fisik dan psikis masih kurang, misalnya
dalam perhatian untuk pemenuhan
kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia 10 lebih dari
35 tahun berkaitan dengan kemunduran dan
penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia
ini.
v Paritas
ibu
Para adalah seorang wanita yang pernah
melahirkan bayi yang dapat hidup Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan
lebih dari 500 gram yang pernah dilahirkan, hidup maupun mati, bila berat badan
tidak diketahui, maka dipakai umur kehamilan lebih dari 24 minggu.
Macam paritas menurut Varney (2008) dibagi
menjadi:
o
Primiparitas : Seorang
wanita yang telah melahirkan bayi hidup
atau mati untuk pertama kali.
o
Multiparitas : Wanita
yang telah melahirkan bayi hidup atau
mati beberapa kali (sampai 5 kali atau
lebih)
v Trauma
Terjatuh, setelah berhubungan badan,
terpukul pada perut atau mempunyai luka
bekas operasi/ pembedahan seperti bekas luka SC merupakan trauma fisik pada ibu
yang dapat mempengaruhi kehamilan. Sedangkan trauma psikis yang dapat
mempengaruhi kehamilan ibu adalah stres atau terlalu banyak pikiran sehingga
kehamilan ibu terganggu. Ibu yang mengalami jatuh, terpukul pada perut atau
riwayat pembedahan seperti riwayat SC sebelumnya. Melakukan hubungan seksual
dapat terjadi trauma kerena
menimbulkan rangsangan pada uterus
sehingga terjadi kontraksi Uterus.
v Riwayat
prematur sebelumnya
Persalinan
prematur dapat terjadi pada ibu dengan riwayat prematur sebelumnya. Menurut
Oxorn (2003) risiko persalinan prematur berulang bagi wanita yang persalinan
pertamanya preterm, dapat meningkat tiga kali lipat dibanding dengan wanita
yang persalinan pertamanya mencapai aterm.
v Plasenta
previa
Plasenta previa adalah posisi plasenta
yang berada di segmen bawah uterus, baik posterior maupun anterior, sehingga
perkembangan plasenta yang sempurna menutupi os serviks.
v Inkompetensi
serviks
merupakan kondisi ketidakmampuan serviks
untuk mempertahankan kehamilan hingga waktu kelahiran tiba karena efek
fungsional serviks. Inkompetensi serviks ditandai dengan terjadinya pembukaan
serviks tanpa nyeri dan berakhir dengan ketuban pecah dini saat preterm,
sehingga terjadi kelahiran preterm, bahkan lahirnya bayi sebelum mampu bertahan
hidup di luar rahim. Gejala yang terjadi dapat berupa pengeluaran cairan vagina
yang encer, tekanan pada panggul, perdarahan per vaginam, dan ketuban pecah
dini preterm, namun pada sebagian besar wanita tidak terjadi gejala apapun
v Infeksi
intra-amnion
Infeksi intra-amnion merupakan infeksi
yang terjadi akibat ketuban pecah lebih dari 18 jam.
v Hidramnion
Hidramnion merupakan kehamilan dengan
jumlah air ketuban lebih dari 2 liter. Produksi
air ketuban berlebih dapat merangsang persalinan sebalum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan
kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kemungkinan kejadian BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah) pada bayi
v Hipertensi
Hipertensi yang menyertai kehamilan
merupakan penyebab terjadinya kematian ibu dan janin. Hipertensi yang disertai
dengan protein urin yang meningkat dapat menyebabkan preeklampsia/
eklampsia. Preeklampsia-eklampsia dapat
mengakibatkan ibu mengalami komplikasi yang lebih parah, seperti solusio
plasenta, perdarahan otak, dan gagal otak akut.
v Malnutrisi
Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk
terhadap janin seperti prematuritas, gangguan pertumbuhan janin, kelahiran mati
maupun kematian neonatal/ bayi. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat badan
ibu sebelum hamil dan kenaikan berat badan selama hamil.
c. Faktor Janin
-
Gemelli
Proses
persalinan pada kehamilan ganda bukan multiplikasi proses kelahiran bayi,
melainkan multiplikasi dari risiko kehamilan dan persalinan Persalinan pada
kehamilan kemungkinan terjadi masalah seperti resusitasi neonatus, prematuritas, perdarahan postpartum, malpresentasi
kembar kedua, atau perlunya seksio sesaria. Berat badan kedua janin pada
kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda 50-1000 gram, hal ini terjadi karena
pembagian darah pada plasenta untuk kedua janin tidak sama. Pada kehamilan
kembar distensi (peregangan) uterus berlebihan, sehingga melewati batas
toleransi dan sering terjadi persalinan prematur. Kematian bayi pada anak
kembar lebih tinggi dari pada anak kehamilan tunggal dan prematuritas meupakan
penyebab utama
-
Janin Mati Dalam
Rahim (IUFD)
Kematian
janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin dalam uterus yang beratnya 500
gram atau lebih dan usia kehamilan telah mencapai 20 minggu atau lebih
-
Kelainan
Kongenital
Kelainan
kongenital atau cacat bawaan merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi
yang timbul sejak kehidupan konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan
kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil. BBLR
dengan kelainan kongenital diperkirakan 20% meninggal dalam minggu pertama
kehidupannya.
d. Faktor Perilaku
·
Merokok
·
Minum alkohol (Sujiyatini, 2009)
2.4.Faktor faktor yang
mempengaruhi persalinan preterm
Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan preterm
dapat diklasifikasikan secara rinci sebagai berikut:
-
Kondisi umum
-
Keadaan sosial
ekonomi rendah
-
Kurang gizi
-
Anemia
-
Perokok berat,
dengan lebih dari 10 batang sehari
-
Umur hamil terlalu
muda kurang dari atau terlalu tua diatas 35 tahun
-
Penyakit ibu yang
menyertai kehamilan.
Perkembangan
dan keadaan hamil dapat meningkatkan terjadinya persalinan preterm diantaranya:
-
Kehamilan dengan
hidramnion, ganda, pre – eklampsia
-
Kehamilan dengan
perdarahan antepartum pada solusi plasenta, plasenta previa, pecahnya sinus
marginalis.
-
Kehamilan dengan
ketuban pecah dini : terjadi gawat janin, temperatur tinggi.
-
Kelainan anatomi
rahim
-
Keadaan rahim yang
sering menimbulkan kontraksi dini : serviks inkompeten karena kondisi serviks,
amputasi serviks.
-
Kelainan
kongenital rahim
-
Infeksi pada
vagina aseden menjadi amnionitis.
Faktor
yang mempengaruhi prematuritas adalah sebagai berikut:
-
Umur ibu, suku
bangsa, sosial ekonomi
-
Bakteriuria
(infeksi saluran kencing)
-
Berat badan ibu
sebelum hamil, dan sewaktu hamil.
-
Kawin dan tidak
kawin : kawin yang tidak sah, sekitar 15 % prematur, kawin sah sekitar 13 %
prematur
-
Prenatal
(antenatal) care
-
Anemia, penyakit
jantung
-
Jarak antara
persalinan yang terlalu rapat.
-
Pekrjaan yang
terlalu berat sewaktu hamil besar.
-
Pekerjaanyang
terlalu berat sewaktu hamil besar.
-
Keadaan dimana
bayi terpaksa dilahirkan prematur, misalnya pada plasenta praevia, toksemia
gravidarum, solusio plasentae, taau kehamilan ganda.
2.5. Diagnosa yang
Ditemukan
-
Gangguan
pertukaran gas
-
Resiko infeksi
berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasif
-
Gangguan pola
nafas berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan perkembangan otot,
penurunan energi / kelelahan
-
Penurunan perfusi
jaringan
-
Intoleransi
aktifitas
-
Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
2.6. Penatalaksanaan
Ibu hamil yang
didentifikasikan memiliki resiko persalinan preterm akibat amnionitis dan
memiliki riwayat gejala persalinan preterm harus ditangani seksama untuk
meningkatkan kualitas hidup neonatal.
Pada kasus – kasus amnionitis yang tidak mungkin ditangani
espektatif, harus dilakukan intervensi yaitu dengan:
·
Akselerasi
pematangan fungsi paru
-
Terapi
glukokortikoid, misalnya denga betamethasone 12 mg im, 2 x elang 24 jam atau
dexamethasone 5 mg tiap 12 jam im sampai 4 dosis
-
Thyrotropin
releasing hormone 400 ug iv, akan meningkatakan kadar
tri-iodothyronine yang dapat meningkatkan produksi surfaktan.
-
Suplemen inositol,
karena inositol merupakan komponen membran fosfolipid yang berperan dalam
pembentukan surfaktan.
·
Pemberian
antibiotika
-
Pemberian antibiotika yang tepat dapat
menurunkan angka kejadian korioamnionitis dan sepsis neonatorum.
-
Diberikan 2 gram
ampicilin , iv, tiap 6 jam sampai persalinan selesai (ACOG).
-
Peneliti lain
memberikan antibiotika kombinasi untuk kuman aerob maupun anaerob. Yang terbaik
bila sesuai dengan kultur dan tes sensitivitas.
-
Setelah itu
dilakukan deteksi dan penanganan terhadap faktor resiko persalinan preterm,
bila tidak ada kontra indikasi, diberi tokolitik.
·
Pemberian
tokolitik
-
NIFEDIPIN 10 mg
diulang taip 30 menit, maksimum 40 mg/ 6 jam. Umumnya hanya diperlukan 20 mg
dan dosis perawatan 3 x 10 mg.
-
Golongan beta
mimetik
-
Salbutamol per
infus 20 – 50 ug/ menit
-
Salbutamol, per
oral 4 mg, 2 – 4 x / hari (maintenance) (Nugroho, 2012)
2.7. Komplikasi
-
Masalah
kardiovaskular seperti PDA atau Duktus
Arteriosus Paten
dimana ductus
arteriosus tetap terbuka bahkan
setelah anak lahir. Anak
yang lahir prematur
sangat rentan terhadap masalah
seperti masalah hipertensi, diabetes
dan jantung di usia dewasa mereka.
-
Ada beberapa
masalah neurologis seperti Ensefalopati hipoksik iskemik,
retinopati prematuritas,
apnea, serebral palsi, cacat
perkembangan, perdarahan
intraventrikular
-
Beberapa bayi cenderung mengalami pendarahan otak. Pendarahan
otak parah dapat berakibat fatal.
Keterbelakangan mental adalah efek yang bisa terjadi pada kelahiran
prematur.
-
Masalah hematologi
yang bias terjadi pada kelahiran
prematur
adalah trombositopenia, anemia ikterus atau
hiperbilirubinemia yang menyebabkan kernikterus.
-
Bayi prematur
menghadapi masalah
pertumbuhan jangka panjang seperti
tingkat pertumbuhan di bawah rata-rata.
-
Beberapa masalah metabolic
dan pencernaan yang
juga bisa terjadi pada
bayi prematur seperti hernia inguinalis,
hipokalsemia, rakhitis,
nekrosis enterocolitis, hipoglikemia, dll.
Pengamatan yang dilakukan
menemukan bahwa, bayi prematur
menghadapi kesulitan dalam menyusu,
karena kurang energi untuk
menghisap susu.
-
Anak yang lahir antara minggu ke-22 dan
27 lebih rentan
terhadap
kematian bayi
dan SIDS (Sudden Infant Death Syndrome)
-
Para ahli menyatakan bahwa anak-anak yang
lahir premature menghadapi masalah
reproduksi.
-
Beberapa masalah
lainnya seperti sepsis, kebutaan
total atau parsial, masalah
penglihatan, infeksi saluran kemih, masalah
sosial dan emosional, keterampilan
mengucap yang kurang, ADHD
(Attention Deficit
Hyperactivity Disorder), masalah koordinasi
mata tangan dan IQ lebih rendah.
-
Sindrom Gawat Napas (RDS)
Tanda Klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung,
retraksi, sianosis, peningkatan usaha nafas, hiperkarbia, asiobsis
respiratorik, hipotensi dan syok
-
Displasin bronco pulmaner
(BPD) dan Retinopati prematuritas (ROP)
Akibat
terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan faring.
-
Duktus Arteriosus Paten (PDA) (Wong, 2004)
2.8. Discharge planning
1.
Meningkatkan
pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan
dimulai sejak umur kehamilan muda.
2.
Penyuluhan
kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda
bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan dan perawatan diri
selama kehamilan agar mereka data menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung
dengan baik.
3.
Hendakya ibu dapat
merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20 – 34 th)
4.
Beri asupan ASI
sesering mungkin untuk menigkatkan berat bayi.
5.
Perlu dukungan
sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu
dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap
pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selam hamil.
6.
Menjaga bayi tetap
hangat
7.
Mengetahui tanda bahaya
untuk mencari pertolongan.
8.
Timbang berat
badan secara umum setiap minggu
hingga BB bayi mencapai 2,5 kg.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a.
Anamnesis
-
Temukan umur kehamilan dengan rumus Naegle.
Siklus
haid teratur 28 hari
Ø
Bila HPHT bulan 1,2,3
Hari = + 7, bulan
= + 9 tahun = + 0
Ø
Bila HPHT bulan April – Desember
Hari = + 7, bulan
= - 3 tahun = + 1
-
Adanya keluhan mengenai ketuban pecah
-
Apakah ada kontraksi / mules
-
Apakah ada pendarahan pervagina
b.
Pemeriksaan Obstretri
-
Palpasi
Ø
Umur kehamilan
Ø
Kontraksi uterus
Ø
Kondisi janin (jumlah, letak, presentasi)
-
Auskultasi (DJJ)
-
Inspeksi vulva
Ø Apakah ada cairan
dari dalam vagina dan tentukan warnanya.
-
Pemeriksaan dalam spekulum
Ø
Untuk melihat porsio, apakah ada pembukaan
Ø
Apakah ada cairan dari osteum dan tentukan warnanya.
3.2
Pemeriksaan Fisik
v Kepala
: Bersih, rambut tidak rontok dan tidak berketombe
v Muka :Normal, oedema tidak ada, cloasma gravidarum
tidak ada.
v Mata :Konjungtiva tidak anemis, sclera putih,
kelopak dan palpebr tidak oedema.
v Mulut :Bersih, tidak ada stomatitis, caries, maupun
tonsilitas. Bibir dan lidah berwarna kemerahan.
v Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada pembesaran thyroid,
tidak ada pelebaran vena jugularis.
v Dada : Bentuk simetris, bunyi jantung murni
regular, suara paru-paru bersih tidak
ada wheezing. Putting menonjol, pembengkakan
tidak ada, dimpling tidak ada, pengeluaran cairan colostrums ada
sedikit.
3.3
Pemeriksaan Penunjang
·
Laboratorium
-
Pemeriksaan kultur
urine
-
Pemeriksaan gas
dan pH darah janin
-
Pemeriksaan darah
tepi ibu : jumlah lekosit.
-
C – reactive protive. CRP ada pada serum
penderita yang menderita infeksi akut dan dideteksi berdasarkan kemampuannya
untuk mempresitipasi fraksi polisakarida somatik nonspesifik kuman pneumococcus yang disebut fraksi C.CRP
dibentuk di hepatosit sebagai reaksi terhadap IL-1, IL-6, TNF.
·
Amniosintesis
-
Hitung leukosit
-
Pewarnaan gram
bakteri (+) pasti amnionitis.
-
Kultur
-
Kadar IL-1, IL-6
-
Kadar glukosa
cairan amnion.
·
Pemeriksaan
ultrasonografi
-
Oligrohidramnion :
goulk dkk, mendapati hubungan antara Oligrohidramnion dengan korioamnionitis
dengan korioamnionitis klinis antepartum.vintzileos dkk, mendapati hubungan
antara Oligrohidramnion dengan koloni bakteri pada amnion.
-
Peniipisan serviks
: lams dkk, mendapati bila ketebalan serviks < 3 cm (USG) dapat dipastikan
akan terjadi persalinan preterm.
-
Sonogravi serviks
transperineal lebih disukai karena dapat menghindari manipulasi intravagina
terutama pada kasus – kasus KPD dan plasenta previa.
-
Kardiotografi :
kesejahteraan janin, frekuensi dan kekuatan kontraksi. (Nugroho, 2012)
3.4
Diagnosa Keperawatan
1)
Nyeri akut b/d kontraksi uterus.
a.
Definisi: pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
Komentar
Posting Komentar