KELAINAN HAID
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Konsep
Haid adalah perdarahan
secara periodik dan siklik uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium.
(Hanafiah, 2009)
Panjang siklus haid ialah
jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikut. Hari
mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Karena jam mulainya haid tidak
diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar
haid dari ostium uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan kurang lebih satu
hari. Panjang siklus haid yang normal
atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara
beberapa wanita tetapi juga pada wanita
yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusnya tidak terlau sama. Panjang siklus
haid dipengaruhi oleh usia seseorang.
Rata-rata panjang siklus haid gadis usia kurang dari 12 tahun ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun 27,1
hari, dan pada wanita usia 55 tahun 51,9 hari. Jadi, sebenarnya panjang siklus
haid 28 hari itu tidak sering dijumpai. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2
± 16 cc atau 40 mL. Pada wanita
yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Pada wanita dengan anemia defisiensi besi jumlah darah
haidnya juga lebih banyak. Jumlah darah
haid lebih dari 80 cc dianggap patologik dan dapat menimbulkan anemia. Darah
haid tidak membeku ini mungkin disebabkan fibrinolisin
(Hanafiah, 2009).
Suatu cara yang mudah untuk menjelaskan siklus menstruasi endometrium
adalah memulainya segera setelah menstruasi berhenti dan mengikuti siklus ini sampai menstruasi
berikutnya karena siklus ini melewati fase
proliferatif dan sekresi (luteal)
(Llewellyn & Jones, 2002)
2.2
Siklus
Menstruasi
a.
Siklus
Endometrium : Pada masa reproduksi dan dalam keadaan
tidak hamil, selaput lendir uterus mengalami perubahan-perubahan siklik yang
berkaitan erat dengan aktivitas ovarium (Hanafiah, 2009).
1) Fase
Proliferasi
Setelah
masing-masing daerah endometrium mengelupas sewaktu menstruasi, mulai terjadi
proses perbaikan regeneratif, permukaan endometrium
dibentuk kembali dengan metaplasia
sel-sel stroma dan dengan pertumbuhan
keluar sel-sel epitel kelenjar endometrium. Dalam tiga hari setelah
menstruasi berhenti, perbaikan seluruh endometrium
sudah selesai. Endometrium pada fase proliferatif dini tipis; kelenjarnya
sedikit, sempit, lurus dan dilapisi sel kuboid,
dan stromanya padat. Fase regeneratif dini berlangsung dari hari ke-3 siklus menstruasi hingga hari ke-7, ketika
proliferasi semakin cepat. Kelenjar-kelenjar epitelial bertambah besar dan tumbuh ke bawah tegak lurus terhadap
permukaan. Sel-selnya menjadi kolumnar dengan nuklei di basal. Sel-sel stroma berproliferasi, tetap padat dan
berbentuk kumparan. Pembelahan sel (mitosis)
umum terjadi pada kelenjar dan stroma. Endometrium
disuplai oleh arteri-arteri basal di miometrium yang memberikan percabangan
pada sudut yang tepat untuk mendarahi endometrium. Pada mulanya ketika
menembus endometrium basal, masing-masing arteri berjalan lurus, tetapi pada
lapisan media dan superfisial arteri berubah menjadi spiral. Arteri ini
memungkinkannya memberikan suplai darah pada endometrium yang terus tumbuh hingga menjadi tidak berkelok lagi.
Setiap arteri spiral mensuplai suatu daerah endometrium tertentu (Llewellyn & Jones, 2002)Fase proliferasi ini berlangsung dari
hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus
haid dan terbagi 3 fase yaitu fase proliferasi
dini (hari ke-4 sampai hari ke-7), fase proliferasi media (hari ke-8 sampai hari ke-10), dan fase proliferasi akhir (hari ke-11 sampai hari ke-14) (Hanafiah, 2009).
2)
Fase Luteal (Sekresi)
Fase ini
mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28 (Hanafiah,
2009). Jika terjadi ovulasi, seperti
biasanya, endometrium mengalami
perubahan-perubahan yang nyata, kecuali pada
awal dan akhir masa reproduksi. Perubahan ini mulai pada dua hari
terakhir pada fase proliferatif,
tetapi meningkat secara dramatis setelah ovulasi. Vakuol-vakuol sekretorik, yang kaya akan glikogen,
tampak di dalam sel-sel yang melapisi kelenjar endometrium. Pada mulanya vakuol-vakuol tersebut terdapat di bagian
basal dan menggeser inti sel ke arah superfisial. Jumlahnya cepat meningkat dan
kelnjar menjadi berkelok-kelok. Pada hari keenam setelah ovulasi, fase sekresi
mencapai puncak. Vakuol-vakuol telah melewati nukleus. Arteri
spiral bertambah panjang dengan meluruskan gelungan (Jones, 2002). Apabila tidak ada kehamilan, sekresi estrogen dan progesteron menurun karena corpus luteum menjadi tua. Penurunan ini
menyebabkan peningkatan asam arakidonat dan endoperoksidase bebas di dalam endometrium.
Enzim-enzim ini menginduksi lisosom
sel stroma untuk mensintesis dan
mensekresi prostaglandin (PGF2α dan PGE2α) dan prostasiklin. PGF2α merupakan suatu vasokonstriktor kuat dan menyebabkan kontraksi uterus; PGE2α menyebabkan kontraksi uterus dan
vasodilatasi; prostasiklin adalah suatu vasodilator, yang menyebabkan relaksasi
otot dan menghambat agregasi trombosit. Perbandingan PGF2α dengan kedua prostaglandin meningkat selama
menstruasi. Perubahan ini mengurangi aliran darah melalui kapiler endometrium
dan menyebabkan pergeseran cairan dari jaringan endometrium ke dalam kapiler, sehingga mengurangi ketebalan endometrium. Ini menyebabkan
bertambahnya kelokan arteri spiral bersamaan dengan terus berkurangnya aliran
darah. Daerah endometrium yang
disuplai arteri spiral menjadi hipoksik, sehingga terjadi nekrosis iskemik. Vasokonstriksi terjadi pada
setiap arteri spiral dengan waktu berbeda, bergantian dengan vasodilatasi.
Daerah nekrotik dari endometrium
mengelupas ke dalam rongga uterus disertai dengan darah dan cairan jaringan,
maka menstruasi mulai terjadi (Llewellyn & Jones, 2002) Jika diambil
panjang siklus haid 28 hari dengan perkiraan ovulasi terjadi pada hari ke-14,
maka 36-48 jam setelah ovulasi belum terlihat perubahan yang menonjol pada endometrium. Karena itu, dating hari
ke-14 dan ke-15 tidah berguna untuk dilakukan, dan sebaiknya baru dimulai pada
hari ke-16. Pada hari ke-16 vakuola basal subnukleus terlihat pada banyak
kelenjar. Hari ini ialah hari terakhir pseudostratifikasi
barisan inti. Terlihat mitosis pada kelenjar-kelenjar dan stroma. Pada hari
ke-19 sebagian kecil terlihat. Sepintas lalu gambarannya menyerupai hari ke-16,
tetapi pada hari ke-19 ini dapat dilihat sekresi intraluminal, dan tidak terdapat pseudostratifikasi dan mitosis
(Hanafiah, 2009).
3)
Fase
Menstruasi
Selama
menstruasi, lapisan superfisial dan
media endometrium dilepaskan, namun
lapisan basal profunda dipertahankan. Pengelupasan ini terjadi secara tidak
teratur, serampangan, beberapa daerah tidak terganggu, bagian lain mengalami
perbaikan, sedangkan tempat-tempat lain secara serentak dilepaskan. Endometrium yang lepas, bersama dengan
cairan jaringan dan darah, membentuk koagulum di dalam rongga uterus. Koagulum
ini segera dicairkan oleh fibrinolisin
dan cairan, yang tidak berkoagulasi, ini dikeluarkan melalui serviks dengan
kontraksi uterus. Jika jumlah darah yang dikeluarkan pada proses ini sangat
banyak, mungkin fibrinolisis
tidak mencukupi sehingga wanita ini
mengeluarkan bekuan darah dari serviks (Llewellyn & Jones, 2002). Pembuluh darah yang menyuplai daerah di bawah
endometrium yang dilepaskan disumbat
dengan sumbat hemostatik yang terbentuk dari agregasi trombosit dan
serabut-serabut fibrin yang menginfiltrasi agregat trombosit membentuk plak
sumbatan yang stabil. Disamping itu juga terjadi vasokonstriksi. Lapisan basal endometrium mengalami regenerasi sehingga epitelium baru menutupi daerah yang terlepas. Apabila regenerasi lebih besar daripada nekrosisnya dan proses perbaikan sudah
selesai atau mendekati selesai, menstruasi berhenti dan kemudian siklus
menstruasi baru mulai kembali (Jones, 2002).
Fase ini
berlangsung 3-4 hari. Darah haid ini mengandung darah vena dan arteri dengan
sel-sel darah merah dalam hemolisis
atau aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang mengalami disintegrasi
dan otolisis, dan sekret dari uterus,
serviks, dan kelenjar-kelenjar vulva (Hanafiah, 2009).
b.
Siklus
Serviks
Selama
fase folikular, kelenjar-kelenjar
yang melapisi celah-celah di kanalis servikalis berproliferasi dan mensekresi mucus yang lengket, sehingga
membentuk anyaman kompleks di dalam kanalis servikalis.
Tepat sebelum ovulasi, lonjakan medadak estrogen mengubah sifat-sifat mukus
serviks sehingga membentuk helaian-helaian tipis dan panjang yang
memperlihatkan saluran-saluran heliks. Setelah ovulasi, progesteron mengubah sifat mukus sehingga menjadi kental kental
kembali dan tidak dapat ditembus (Llewellyn & Jones, 2002)
c.
Siklus Vagina
Perubahan-perubahan
siklik terjadi di epitelium vagina,
yang tergantung pada rasio estrogen
dan progesteron. Sel-sel superfisial dan intermediet yang besar mendominasi pada fase folikular. Ketika menjelang ovulasi, proporsi sel superfisial
meningkat dan dapat dilihat beberapa leukosit. Setelah ovulasi terjadi
perubahan nyata ketika disekresi progesteron.
Sel-sel superfisial digantikan sel-sel intermediet, dan jumlah leukosit
meningkat sehingga membuat pulasan tampak kotor (Llewellyn & Jones, 2002)
2.3
Ganggun
menstruasi
a.
Gangguan yang
berhubungan dengan jumlah dan lama haid
1) Hipermenorea
Adalah pendarahan haid yang banyak dan lebih laa dari normal, yaitu 6-7
hari dang anti pembaut 5-6 kali perhari. (Purwoastuti & Waliani, 2015)
2) Hipomenorea
Adalah pendarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari
biasa, sebab kelainan terletak pada konstitusi penderita pada uterus. Tipe hipomenorea adalah pendarahan dengan
jumlah sedikit, melakukan ergantian pembalut 1-2 kali perhari dan berlangsung
selama 1-2 hari saja. (Purwoastuti
& Waliani, 2015)
b.
Gangguan yang
berhubungan dengan siklus haid
1) Polimenorea
Adalah ketika wanita mengalami siklus menstruasi yang lebih sering.
Wanita akan mengalami menstruasi hingga 2 kali atau lebih dalam satu bulan,
dengan pola yang teratur dan jumlah pendarahan yang relative sama atau lebih
banyak dari biasanya. (Purwoastuti & Waliani, 2015)
2) Oligomenoria
Adalah suatu keadaan dimana siklus menstruasi memaanjang lebih dari 35
hari, sedangan jumlah pendarahan tetap sama. (Purwoastuti & Waliani, 2015)
3) Amenorea
Adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita (Purwoastuti & Waliani, 2015)
a)
Amenorea
primer: keadaan tidak menstruasinya wanita hingga umur 16 tahun. Amenorea primer terjadi 0,1-2,5 wanita
usia produktif.
b)
Amenorea
sekunder: tidak terjadinya menstruasi selama 3 siklus (pada kasus oligomenorea jumlah darah haid sedikit),
atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa. Angka
kejadiannya 1-5 % pada wanita usia produktif, (Purwoastuti & Waliani, 2015)
c.
Gangguan yang
berhubungan dengan haid
1) Disminorea
Adalah nyeri sewaktu haid. Nyeri ini terasa diperut bagian bawah atau
didaerah bujur sangkar michelis. Nyeri tepat terasa sebelum, selama dan sesudah
haid.
Disminore merupakan rasa nyeri
saat mentruasi yang mengganggu kehidupan sehari hari wanita dan mendorong
penderita untuk melakukan pemeriksaan atau konsultasi kedokter, puskesmas atau
datang kebidan. (manuaba, 1998)
Bentuk Disminore
a)
Dismnore
primer yaitu tidak terdapat kelainan organ dimana rahim dalam batas normal
b)
Disminore
Sekunder adalah bila terdapat kelainan organic
seperti mioma, polip endometrial, dan endometriosis. Gejala klinis disminore
adalah nyeri bagian bawah abdomen, menjalar ke daerah pinggang dan paha,
disertai mual, muntah, sakit kepala, diare dan mudah tersinggung. (manuaba, 1998)
2)
PMS (pre menstruasi
syndrome)
Adalah keluhan terjadi sekitar beberapa hari sebelum bahkan sampai saat
menstruasi berlangsung. (manuaba, 1998)
Keluhan- keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa sebelum
datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang walaupun kadang-kadaang
berlangsung sampai haid berhenti. (Mansjoer & Kuspujitrianti, 2000)
d.
Gangguan diluar
siklus haid
1) Metroragea
Adalah pendaraan dai vagina vagina seorang wanita tanpa ada hubungan
dengan siklus haid. (Mansjoer & Kuspujitrianti, 2000)
2.4
Etiologi
a.
Gangguan yang
berhubungan dengan jumlah dan lama haid
1) Hipermenorea
a)
Hormone tak
seimbang
b)
Kista
ovarium
c)
Polip
d)
Disfungsi
ovarium
e)
Penggunaan IUD
f)
Kangker
g)
Obat-obatan (Purwoastuti & Waliani, 2015)
2) Hipomenorea
a)
Kesuburan endometrium kurang akibat kurang gizi,
penyakit menahun maupun gangguan hormonal
b)
Gangguan endokrin
c)
Kekurangan estrogen dan progesterone (Purwoastuti & Waliani, 2015)
b.
Gangguan yang
berhubungan dengan siklus haid
1) Polimenorea
a)
Akibat adanya
ketidaseimbangan sistem hormonal pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium
b)
Gangguan
keseimbangan hormonal dapat terjadi pada : 3-5 tahun setelah haid pertama,
beberapa tahun menjelang manepouse, gangguan indung telur, stress dan depresi,
gangguan makan, penurunan berat badan berlebihan, obesitas, olaraga berlebihan,
penggunaan obat tertentu seperti antikoagulan, aspirin, NSAID. (Purwoastuti & Waliani, 2015)
2) Oligomenoria
a)
Stress dn depresi
b)
Sakit kronik
c)
Pasien dengan
gangguan makan seperti anorexia nervous
d)
Penurunan berat
badan berlebihan
e)
Olahraga
berlebihan
f)
Adanya tumor yang
melepaskan estrogen
g)
Adanya kelainan
pada struktur rahim atau servik yang menghambat pengelaran darah menstruasi
h)
Penggunaan obat
tertentu (Purwoastuti & Waliani, 2015)
3) Amenorea
a)
Genetik
b)
Pubertas terlambat
c)
Kegagalan dari
fungsi indung telur
d)
Agenesis
uterovaginalis (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina)
e)
Gangguan pada
susunan saraf pusat (Purwoastuti & Waliani, 2015)
f)
Gaya hidup
g)
Status gizi
h)
Gangguan pada
hormonal tubuh
c.
Gangguan yang
berhubungan dengan haid
1) Disminorea
Dismonorea
primer
a)
Nyeri dan tidak
ada kelainan dari kelainan
Disminorea
Sekunder
a)
Biasanya terjadi
kelainan sistem reproduksi (Bandung, 1981)
2)
PMS (pre menstruasi syndrome)
a)
Ketidakseimbangan estrogen dan progesterone dengan akibat retensi cairan dan natrium
b)
Penambahan berat
badan (Mansjoer & Kuspujitrianti, 2000)
d.
Gangguan diluar
siklus haid
1) Metroragia
a)
Kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium,
karsinoma servik)
b)
Kelainan
fungsional
c)
Penggunaan estrogen eksogen (Mansjoer & Kuspujitrianti, 2000)
2.5
Manifestasi klinis
a.
Gangguan yang
berhubungan dengan jumlah dan lama haid
1) Hipermenorea
a)
Masa menstruasi
lebih dari 7 hari
b)
Aliran menstruasi
yang terus menerus selama beberapa jam
c)
Membutuhkan
pembalut wanita secara berlapis
d)
Membutuhkan
penggantian pembalut pada tengah malam
e)
Terdapat gumpalan
darah dalam jumlah tidak sedikit
f)
Pendarahan berat
hingga menggangu aktifitas sehari-hari
g)
Nyeri terus
menerus pada perut bagian bawah selama masa menstruasi
h)
Wakru menstruasi
tidak teratur
i)
Keletihan,
kelelahan dan nafas pendek-pendek (Purwoastuti & Waliani, 2015)
2) Hipomenorea
a) kesuburan
endometrium kurang akibat dari kurang
gizi
b) Sebab-sebabnya
dapat terletak pada konstitusi penderita, pada uterus (misalnya sesudah meomektomi)
c)
sindrom
Asherman (adhesi intrauterine)
d) Hormonal:
Jarang menstruasi atau menstruasi dapat terjadi secara normal pada ekstrem
kehidupan reproduksi yakni, hanya setelah pubertas dan sesaat sebelum menopause.
Hal ini karena ovulasi tidak teratur saat ini, dan lapisan endomaterial gagal
untuk berkembang secara normal. Namun masalah normal pada waktu yang lain juga
dapat menyebabkan aliran darah langka. Anovulasi
terjadi karena rendahnya tingkat hormon tiroid, tingkat prolaktin tinggi, tingkat insulin tinggi, tingkat androgen tinggi
dan masalah dengan hormon lain juga dapat menyebabkan periode langka. Jarang
mens juga dapat terjadi setelah penggunaan jangka panjang dari kontrasepsi oral
sebagai akibat dari endomaterial atrofi
progresif.
e) Nervous
dan emosional: Faktor-faktor seperti menekan aktivitas orang-orang pusat di
otak yang merangsang indung telur selama siklus ovarium (untuk mengeluarkan
hormon seperti estrogen dan progesteron), dan dapat berakibat pada
produksi yang rendah hormon ini.
f) Penyebab
lain: latihan berlebihan dan dapat menyebabkan crash diet periode langka. (Toaff R, 1978)
b.
Gangguan yang
berhubungan dengan siklus haid
1) Polimenorea
a)
Pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama
b)
Beberapa tahun menjelang menopause
c)
Gangguan indung telur
d)
Stress dan depresi
e)
Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa, bulimia)
f)
Penurunan berat badan berlebihan
g)
Obesitas
h)
Olahraga berlebihan, misal atlit
i)
Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan, aspirin, NSAID, dll
2) Oligomenoria
a)
Haid jarang, yaitu
setiap 35 hari sekali
b)
Perdarahan haid
biasanya berkurang (Bandung, 1981)
3) Amenorea
a)
Tidak dapat
menstruasi pada usia 16 tahun, dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder
b)
tidak mendapatkan
menstruasi selama beberapa siklus padahal sebelumnya haid (Purwoastuti & Waliani, 2015)
c) Produksi
hormon estrogen dan progesteron menurun.
d) Nyeri
kepala
e) Badan
lemah dan lemas
c.
Gangguan yang
berhubungan dengan haid
1) Disminorea
Disminore
Primer
a)
Usia lebih muda
b)
Timbul setelah
terjadinya siklus haid yang teratur
c)
Sering pada
nulipara
d)
Nyeri sering
terasa sebagai kejang uterus atau kontraksi uterus
e)
Nyeri timbul
mendahului haid
f)
Nyeri meningkat
pada hari pertama dan kedua saat haid
g)
Tidak dijumpai
keadaan patologi pelvik
h)
Hanya terjadi pada
siklus haid yang ovulatorik
i)
Sering memberikan
respons terhadap pengobatan medikamentosa
j)
Pemeriksaan pelvik
normal
k)
Sering disertai
nausea, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala (Mansjoer & Kuspujitrianti, 2000)
Disminore
Sekunder
a) Usia
lebih tua
b)
Cenderung timbul
setelah 2 tahun siklus haid teratur
c)
Tidak berhubungan
dengan paritas
d)
Nyeri sering
terasa terus-menerus dan tumpul
e)
Neri dimulai saat
haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
f)
Berhubungan dengan
kelainan pelvik
g)
Tidak berhubungan
dengan adanya ovulasi
h)
Seringkali
memerlikan tindakan operatif
i)
Terdapat kelainan pelvic
(Mansjoer & Kuspujitrianti, 2000)
2) PMS
(pre menstruasi syndrome)
a) Gannguan
emosional berupa iritabilitas
b) Gelisah
c) Insomnia
d) Nyeri
kepala
e) Perut
kembung
f) Mual
g) Pembesaran
dan ras nyeri pada mamae
h) Pada
kasus berat terdapat depresi, rasa takut, gangguan konsentrasi dan peningkatan
gejala fisik diatas. (Mansjoer & Kuspujitrianti, 2000)
d.
Gangguan diluar
siklus haid
1) Metroragia
a)
Siklus menstruasi
tidak teratur
b)
Tidak haaid dalam
jangka waktu lama
c)
Sering mengalami
flek
d)
Nyeri
e)
Tegang pada
payudara
f)
Cepat emosi (Llewellyn & Jones, 2002)
2.6
Patofisiologi
a.
Gangguan yang
berhubungan dengan jumlah dan lama haid
1) Hipermenorea
Pada siklus ovulasi
normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormon (GnRH),
yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating
hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium
tumbuh dan matur pada pertengahan siklus, pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan
folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium agar
berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang
telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum
akan mensekresi progesteron. Progesteron
menyebabkan poliferasi endometrium
untuk berdeferemnsiasi dan
stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal
dari dari peluruhan endometrium
sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen
dan progesteron akibat involusi korpus luteum. Siklus anovulasi
pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal yang disebabkan
oleh HPO axis yang belum matang.
Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa kondisi patologis. Pada siklus
anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari FSH, tetapi
dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus
luteum yang terbentuk dan tidak ada progesteron
yang disekresi. Endometrium
berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun dan mengakibatkan
perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan pendarahan yang
normal, namun ketidakstabilan poliferasi endometrium
yang berlangsung tidak mengakibatkan pendarahan hebat.
b.
Gangguan yang
berhubungan dengan siklus haid
1) Polimenorea
Ketidakteraturan siklus haid disebabkan karena gangguan hormon dalam
tubuh. Atau bisa juga terjadi karena penyakit di dalam organ reproduksi,
contohnya tumor rahim, tumor di indung telur. Selain itu gangguan haid
disebabkan juga karena faktor lainnya seperti stres, kelelahan, gangguan gizi
dan penggunaan kontrasepsi, Siklus haid yang tidak teratur kebanyakan terjadi
akibat faktor hormonal. Seorang wanita yang memiliki hormon estrogen dan progesterone secaraberlebihan memungkinkan terjadinya haid dalam
waktu yang lebih cepat. Jika gangguan haid dikarenakan oleh faktor hormonal
maka dapat dipastikan wanita tersebut mengalami gangguan kesuburan. Dan dapat
diatasi dengan suntikan untuk mempercepat pematangan sel telur.
2) Oligomenoria
Oligomenorea biasanya terjadi
akibat adanya gangguan keseimbangan hormonal pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon tersebut menyebabkan lamanya
siklus menstruasi normal menjadi memanjang, sehingga menstruasi menjadi lebih
jarang terjadi. Oligomenorea sering terjadi
pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama ataupun beberapa tahun menjelang
terjadinya menopause. Oligomenorea
yang terjadi pada masa-masa itu merupakan variasi normal yang terjadi karena
kurang baiknya koordinasi antara hipotalamus,
hipofisis dan ovarium pada awal
terjadinya menstruasi pertama dan menjelang terjadinya menopause, sehingga timbul gangguan keseimbaangan hormon dalam
tubuh.
Oligomenorea dan amenorea sering kali mempunyai dasar
yang sama, perbedaannya terletak dalam tingkat. Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan wanita tidak
terganggu, dan fertilitas cukup baik. Siklus haid biasanya juga ovulatoar
dengan masa proliferasi lebih panjang dari biasanya
Oligomenore yang terjadi pada
remaja, seringkali disebabkan karena kurangnya sinkronisasi antara hipotalamus, kelenjar pituari &
indung telur. Hipotalamus merupakan
bagian otak yang mengatur suhu tubuh, metabolisme sel & fungsi dasar
seperti makan, tidur & reproduksi. Hipotalamus mengatur pengeluaran hormon
yang mengatur kelenjar pituari. Kemudian kelenjar pituari akan merangsang produksi hormon yang mempengaruhi
pertumbuhan & reproduksi. Pada awal & akhir masa reproduksi wanita,
beberapa hormon tersebut dapat menjadi kurang tersinkronisasi, sehingga akan
menyebabkan terjadinya haid yang tidak teratur.
Pada PCOS (polycystic ovary
syndrome), oligomenore dapat
disebabkan oleh kadar hormon wanita & hormon pria yang tidak sesuai. Hormon
pria diproduksi dalam jumlah yang kecil oleh setiap wanita, tetapi pada wanita
yang mengalami PCOS, kadar hormon pria tersebut (androgen) lebih tinggi dibandingkan pada wanita lain. Pada atlet
wanita, model, aktris, penari ataupun yang mengalami anorexia nervosa, oligomenore terjadi karena rasio antara lemak
tubuh dengan berat badan turun sangat jauh.
3) Amenorea
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise
anterior gangguan dapat berupa tumor
yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang membuat menjadi
terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan) gangguan pada pasien ini
disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak langsung menyebabkan
terjadinya pelepasan neurotransmitter
seperti serotonin yang dapat menghambat pelepasan gonadrotropin.Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer
maupun sekuder. Amenorrhea primer
mengalami kelainan perkembangan ovarium. Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan kematian folikel, dapat juga merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan. Melakukan kegiatan
yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea
dimana dibutuhkan kalori yang banyak sehingga cadangan kolesterol tubuh habis
dan bahan untuk pembentukan hormone steroid
seksual ( estrogen dan progesteron ) tidak tercukupi.
Pada keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan
estrogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah
defisiensi estrogen dan progesteron yang memicu terjadinya
amenorrhea.Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang merupakan derifat morfin. Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen dan progesterone
menurun.Pada keadaan sress berlebih cortikotropin realizing hormone dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid
yang dapat menekan pembentukan GnRH.
c.
Gangguan yang
berhubungan dengan haid
1) Disminorea
a)
Pada disminorea primer :
Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi
dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron. Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi membran lisosom,
sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase
A2. Fosfolipase A2 ini akan
menghidrolisis senyawa fosfolipid
yang ada di membran sel endometrium menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat
bersama dengan kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2
alfa. Wanita dengan disminorea primer
didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan
distrimi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan
ini akan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin
sendiri dan endoperoksid juga
menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada
ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik
dan kimia.
b) Pada
disminorea sekunder :
Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri, stenosis
serviks, malposisi uterus atau adanya IUD
dapat menyebabkan kram pada uterus sehingga timbul rasa nyeri (Llewellyn & Jones, 2002)
2) PMS
(pre menstruasi syndrome)
Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron
di dalam darah, yang akan menyebabkan gejala deprese dan khususnya gangguan
mental. Kadar esterogen akan
mengganggu proses kimia tubuh ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitaminanti depresi karena
berfungsi mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting sekali bagi otak dan
syaraf, dan kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah yang cukup dapat
mengakibatkan depresi.
Hormon lain yang dikatakan sebagai
penyebab gejala pre menstruasi adalah prolaktin.
Prolaktin dihasilkan sebagai oleh
kelenjar hipofisis dan dapat
mempengaruhi jumlah esterogen dan progesteron yang dihasilkan pada setiap
siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu
banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi
kedua hormon tersebut. Wanita yang mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut
kadar prolaktin dapat tinggi atau
normal. Gangguan metabolisme prostaglandin
akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah
untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur efek hormon esterogen, progesterone),
sistem saraf, dan sebagai anti peradangan. (Purwoastuti & Waliani, 2015)
d.
Gangguan diluar
siklus haid
1) Metroragia
Secara
garis besar kondisi diatas dapat terjadi ada siklus ovulasi (penggeluaran sel
telur, ttanpa ovulasi maupun keadaan lain. Misalnya pada wanita pre manepouse (folikel persisten)
sekitas 90 % pendarahan uterus disfungsional (pendarahan rahim) terjadi tanpa
ovulasi/anovulation dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi. (Llewellyn & Jones, 2002)
2.1
Penatalaksanaan
a.
Gangguan yang
berhubungan dengan jumlah dan lama haid
1) Hipermenorea
a)
Terapi :
·
Supplement zat
besi : jika kondisi ini disertai anemia
·
Kontrasepsi oral : untuk membantu keteraturan ovulasi dan
mengurangi pendarahan hebat dan jangka waktu lama menstruasi
·
Obat-obatan : obat-obatan yang termasuk
NSAID
·
Progesterone : membantu mengoreksi
ketidaknormalan hormone dan mengurangi pendarahan
b)
Dokter akan
merekomendasi cukup istirahat jika mengalami pendarahan hebat, ketidakteraturan
haid. (Purwoastuti & Waliani, 2015)
2) Hipomenorea
Tidak perlu terapi jika siklus ovulatoar subsitusi hormn estrogen dan progesteron bila perlu induksi ovulasi jika siklus anuvulatoar dan ingin anak. Tindakan yang bisa dilakukan bidan dan
perawat adalah menenangkan penderita, merujuk kefasilitas yang lebih tinggi dan
lengkap, diberi obat berupa endometrial.
(Purwoastuti & Waliani, 2015)
b.
Gangguan yang
berhubungan dengan siklus haid
1) Polimenorea
Terapi hormonal dan dievaluasi selama 3 bulan dan 6 bulan untuk
reevaluasi (stadium profirelasi dapat diperpanjang dengan estrogen dan stadium
sekresi diperpanjang dengan kombinasi estrogen-progesteron)
2) Oligomenoria
Menggunakan terapi hormone diantaranya mengkonsumsi obat kontrasepsi,
jenis hormone yang diberikan akan disesuikan dengan jenis hormone yang
mengalami penuruna dalam tubuh (Purwoastuti & Waliani, 2015)
3) Amenorea
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan
penyebab dari amenorrhea yang dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas,
maka diet dan olahraga adalah terapinya. Belajar untuk mengatasi stress dan
menurukan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu. Terapi amenorrhea diklasifikasikan berdasarkan
penyebab saluran reproduksi atas dan bawah, penyebab indung telur, dan penyebab
susunan saraf pusat.
c.
Gangguan yang
berhubungan dengan haid
1) Disminorea
Disminorea
primer
· Pemberian
anti prostaglandin
· Pil
Kb atau pemberian progesterone saja
· Pemberian
analgesic (Mansjoer & Kuspujitrianti, 2000)
Disminorea
sekunder
· Terapi
Causal (mencari dan menghilangkan penyebabnya)
· pemberian
obat analgetik(biasanya diberikan aspirin, fenasetin dan kafein)
· terapi hormonal (Tujuannya untuk menekan ovulasi) (Mansjoer & Kuspujitrianti, 2000)
2)
PMS (pre menstruasi syndrome)
· Pemberian
progerteron dosis kecil dapat diberikan selama kurang lebih 8 hari sebelum haid
· Pemberian
diuretic selama 5 hari
· Pemakaian
garam dibatasi
· Minum
sehari-hari dikurang selama 7-10 hari sebelum hari
· Psikoterapisupportil
(terapi psikologi) (Mansjoer & Kuspujitrianti, 2000)
d.
Gangguan diluar
siklus haid
1) Metroragia
· Kuretase
· pemberian estrogen dalam jumlah tinggi
· Pemberian progesterone
mengimbangi pengaruh estrogen
terhadap endometrium
· Jika terjadi cukup parah maka dilakukan perbaikan keadaan
umum yaitu transfuse darah sampai Hb lebh dari sama dengan 10 gr/dL
· Terapi medikamentosa
· Pemberian asam mefenamat
(Mansjoer & Kuspujitrianti, 2000)
2.2
Kompikasi
· Anemia
defisiensi besi : ganuan menstruasi yang menetap dapat menyebabkan kehilangan
zat besi kronis pada 30 % kasus. Remaja sering kali mengalami hal tersebut.
Hingga 20% dalam pasien dengan kelompok usia ini mengalami menoragia juga
mengalami masalah dalam pembekuan darah.
· Keganasan
endometrium : sekitar 1-2% wanita
dengan menstruasi anovulasi yang tidak ditatalaksana dengan baik dapat
mengalami kangker endometrium.
· Infertilitas
: sering dihubungan dengan anovulasi kronik, dengan atau tanpa adaanya produksi
androgen berlebih. Pasien dengan sindrom
ovarium polikistik (SOPK), obesitas, hipertensi kronis, dan DM tipe 2
sering kali memiliki resiko infertilitas.
(Hanafiah, 2009)
2.3
Discharge
Planning
· Pemberian
asupan gizi yang cukup
· Menenangkan
diri dan jangan sampai stress bahkan depresi
· Mengatur
jadwal kegiatan sehari-hari
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a.
Identitas
1) Umur :
usia normal perempuan mengalami haid adalah 12-13 tahun. Dan biasanya pada saat
haid disertai dengan gangguan PMS maupun disminore
karena dipengaruhi beberapa faktor. Wanita mengalami manepouse pada umur
sekitar 40-50 tahun. Pada saat umur 16-40 tahun wanita rawan terkena gangguan
pada sistem reproduksi karena pada umur itu tubuh memproduksi hormone estrogen tinggi. Dan kadar estrogen akan turun pada saat manepouse. Pada
gadis muda sering didapati perdarahan yang tidak normal, sedikit atau banyak,
ada kalanya terus-menerus, disertai atau tidak disertai hipoplasi uterus. Perdarahan demikian disebut metropathia haemorrhagia des juveniles
2)
Pekerjaan : pekerjaan yang berat
dan kurangnya olahraga yang rutin dapat berpengaruh pada gangguan menstruasi.
Stress pekerjaan dan kegiatan sehari-hari dapat berpengaruh pada hormone yang
ada ditubuh terutama pada usia produktif terutama kegiatan dan pekerjaan yang
menyita fikiran.
b.
Keluhan Utama
Perdarahan
Perlu ditanyakan apakah perdarahan yang terjadi ada hubungan dengan siklus haid
atau tidak, banyaknya dan lamanya perdarahan.Perdarahan yang didahului dengan
haid yang terlambat biasanya disebabkan oleh abortus, kehamilan mola, atau
kehamilan ektopik (pada kasus ginekologi dengan perdarahan perlu
dipastikan dengan pemeriksaan urin untuk memastikan adanya suatu kehamilan atau
tidak). Perdarahan sewaktu atau setelah coitus
dapat akibat ca.cervix, erotio portio,
polip cervix uteri, traumatic postcoitus.
Flour
albus / lekorea Pada kasus keputihan perlu ditanyakan :
sudah berapa lama, terus-menerus atau pada waktu tertentu, banyaknya, warnanya,
baunya, disertai rasa gatal/ nyeri atau tidak. Secara fisologis keluarnya
lender yang berlebihan dapat dijumpai pada saat : ovulasi, menjelang dan
setelah haid, rangsangan seksual dan kehamilan. Akan tetapi apabila sampai
menggangu, berganti celana dalam beberapa kalisehari , disertai dengan rasa
gatal dan nyeri, maka pasti yang terjadi adalah keadaan patologis.
Rasa Nyeri Rasa nyeri di perut, panggul, pinggang atau
alat kelamin luar dapat merupakan gejala dari adanya kelainan ginekologi. Dismenorea dapat dirasakan di perut bagian bawah atau pinggang,
dapat bersifat seperti mulas-mula, rasa ngilu, atau seperti ditusuk-tusuk.mengenai
hebatnya rasa nyeri perlu ditanyakan apakah sampai mengganggu aktifitas
sehari-hari. Biasanya terjadi menjelang haid, sewaktu haid atau setelah haid, selama
satu dua hari. Pada kasus endometriosis
hamper selalu disertai dengan dismenorea. Dispareuni : rasa nyeri waktu bersenggama, dapat terjadi karena
kelainan organic
atau factor psikologik. Kelainan organic dapat seperti introitus vagina atau vagina terlalu
sempit, peradangan atau perlukaan, adneksitis,
parametritis, atau endometriosis di lig. Sacrouterina atau di cavum douglas. Nyeri perut dapat
disebabkan oleh kelainan letak uterus, neoplasma
dan peradangan.
Miksi
Keluhan dari saluran kencing sering menyertai kelainan ginekologi.Karena itu perlu ditanyakan rasa nyeri pada waktu
kencing, sering kencing, retensi urin, kencing tidak lancer, atau tidak
tertahan.
Defekasi
Perlu ditanyakan apakah ada kesulitan buang air besar, apakah defekasi disertai
rasa nyeri, atau buang air besarnya di sertai lendir, darah atau nanah.
c.
Riwayat Kesehatan
1)
Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya
klien merasakan demam, nyeri dibagian abdomen,
klien mengatakan tidak bisa beraktifitas, klien biasanya mengatakan badan
terasa demam, klien biasanya mengatakan cemas terhadap penyakit yang diderita
sekarang
2)
Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya
klien mengatakan tidak ada mengalami penyakit yang sama seperti saat ini,
biasanya klien mengatakan pola kebiasaan yang tidak sehat, gaya hidup dan
nutrisi yang tidak baik.
3)
Biasanya klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit
yang sama seperti klien.
d.
Pola
1)
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien tidak
menengetahui tentang penyakit
Biasanya pasien kebiasaan
minum alkohol, kafein
2)
Pola aktivitas dan latihan
Jarang berolahraga
Istirahat kurang dari
kebutuhan
3)
Pola tidur dan istirahat
Biasanya tidur terganggu
karena adanya nyeri
4)
Pola reproduksi seksualitas
Usia remaja dan dewasa
Siklus menstruasi terjadi
akibat hormon estrogen dalam tubuh
meningkat. Peningkatan hormone tersebut dapat berpengaruh pada siklus menstruasi
yang lebih pendek, panjang maupun tidak menstruasi. Penggunaan alat kontrasepsi
juga dapat berpengaruh pada perubahan hormon tubuh wanita
5)
Pola mekanisme koping terhadap stress
Stres, cemas karena
penyakitnya
3.2 Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan wajah : Rambut bisanya berwarna hitam, tidak edema,tidak
adalesi
b. Mata :
konjungtiva anemis jika darah yang keluar saat mensruasi dalam jumlah banyak
c. Leher : Biasanya JVP dalam normal
d. Genitalia
1)
Genitalia eksterna
dan rambut pubis Pada genitalia eksterna pemeriksa dapat
melakukan penilaian antara mons veneris
untuk melihat adanya lesi atau pembengkakan.Rambut pubis untuk melihat polanya.
Kulit vulva untuk melihat adanya kemerahan, ekskoriasi,
massa, leukoplakia, dan pigmentasi.
Jika menemukan kelainan harus dilanjutkan dengan palpasi.
2)
Labia mayor dan
minor Sampaikan kepada pasien bahwa anda akan membuka labia, dengan tangan
kanan, labia mayor dan minor dibuka terpisah oleh ibu jari dan jari telunjuk
tangan kanan. Periksalah introitus
vagina. Catat setiap lesi peradangan, ulserasi, secret parut, kutil, trauma,
bengkak, perubahan atropik ataupun massa.
3)
Klitoris Diperiksa
untuk melihat ukuran dan adanya lesi. Ukuran normal 3-4 mm
4)
Meatus
uretra: Lihat apakah ada pus atau peradangan
5)
Kelenjar bartholini : Perhatikan adanya keluhan
nyeri tekan, bengkak, atau pus. Pakailah tangan kiri untuk memeriksa daerah
kelenjar kiri pada posisi jam 4-5.
6)
Perineum dan
anus diperiksa untuk melihat adanya massa, parut, fisura atau fistel, dan
warna. Periksa pula anus untuk melihat adanya hemorrhoid, iritasi dan fissure.
7)
Relaksasi pelvis
Dengan labia terpisah lebar minta pasien untuk mengejan atau batuk. Jika ada
relaksasi vagina, mungkin akan terlihat penggembungan dinding anterior (sistokel) atau posterior
(rektokel). Jika ada inkontenesia
stress. Batuk atau mengejan akan menyebabkan menyemprotnya urin dari uretra.
e. Abdomen (Perut)
Inspeksi :
biasanya simetris kiri dan kanan, tidak ada tonjolan, tidak ada kelainan
umbilicus dan adanya pergerakan didindng abdomen
Auskultasi :
biasanya suara peristaltik (bising usus)
di semuaku adran (bagian diafragma
dari stetoskop)
Palpasi :
biasanya turgor kulit baik, hepar tidak teraba. Terdapat nyeri pert bagian
bawah karena kontraksi uterus
Perkusi :
biasanya tympani
f.
Thorak
(dada)
Inspeksi : Biasanya ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan
tulang belakang
Palpasi : Taktil fremitus seimbang
kanan dan kiri
Perkusi :
Cuaca resonan pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Biasanya vesikuler
g. Jantung
inspeksi :
Biasanya Ictus cordistidakterlihat
Palpasi :
Biasanya Ictus cordistidakteraba
Perkusi :
Biasanyapekak
Auskultasi :
Biasanyairamajantungteratur
h. Kesadaran
Kesadaran
biasanya kompos mentis. Pada
kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh pusing dan gelisah.
i.
Ekstermitas
Pada inspeksi
dan palpasi daerah kolumna vertebralis,biasanyatidak
ada
perubahan gaya berjalan, deformitas
tulang, leg-length inequality dan
nyeri spinal.
3.3 Pemeriksaan
penunjang
-
Tes laboratorium
· Pemeriksaan
darah lengkap : normal.
· Urinalisis
: normal
-
Tes diagnostic
tambahan
-
Laparaskopi :
penyikapan atas adanya endomeriosi atau kelainan pelvis yang
lain.
3.4 Diagnosa
Keperawatan
-
Nyeri Akut
-
Gagguan Perfusi
jaringan perifer
-
Ansietas
Komentar
Posting Komentar