ASKEP HIPEREMIS GRAVIDARUM
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan
muntah yang berlebihan yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, penurunan berat badan yang nyata, asetonuria, dan kekurangan
nutrisi. (Reeder, et al., 2011)
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan
muntah yang berlebihan pada wanita hamil sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari
dan keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. Biasanya terjadi
pada kehamilan trimester I. Gejala tersebut kurang lebih terjadi 6 minggu
setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10
minggu. (Marmi, et al., 2011)
Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah
yang berlebihan selama masa hamil. Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari
morning sickness normal yang umum dialami wanita hamil karena intensitasnya
melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester I kehamilan. (Varney, et al., 2006)
Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah
yang berlebihan yang lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya
menjadi buruk dan dapat terjadi dehidrasi (Nurarif, et al., 2015)
Mual dan muntah dengan intensitas sedang
terutama sering ditemukan hingga sekitar minggu 16 dan terjadi pada lebih dari separuh
wanita hamil. Jika menjadi berat dan tidak responsif dengan modifikasi diet
sederhana dan antiemetik, kondisi ini disebut Hiperemesis Gravidarum.
Hiperemesis di definisikan sebagai muntah yang cukup berat untuk menyebabkan
penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat
hilangnya asam hidroklorida saat muntah, dan hipokalemia. Pada beberapa kasus,
terjadi disfungsi hati sesaat. Dapat dijumpai hiperbilirubinemia ringan, dan
peningkatan kadar transamine hati pada serum pada hingga separuh wanita yang
rirawat inap. Kadar enzim jarang melebihi 200 U/L. Hiperemesis tampaknya
berkaitan dengan kadar gonadotropin koronik serum, estrogen, atau keduanya yang
tinggi atau meningkat cepat. Kaitan dengan Helicobacter Pylori-penyebab penyakit
ulkus peptikum- telah dilaporkan. (Leveno, 2015)
2.2
Etiologi
Penyebab
Hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor
mempunyai pengaruh antara lain :
1. Faktor predisposisi sering terjadi pada
primigravida, molahidatidosa, kehamilanganda karena peningkatan HCG.
2. Faktor organik, karena masuknya
filikhorialis dalam sirulasi maternal, perubahan metabolik akibat hamil dan
resistensi ibu yang menurun dan alergi merupakan salah satu respon dari
jaringan ibu terhadap anak.
3. Faktor psikologik, memegang peranan yang
sangat penting, misalnya rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu.
4. Faktor endokrin lain, diabetes,
hipertiroid. . (Marmi, et al., 2011)
2.3
Manifestasi
Klinis
Wanita hamil yang mengalami hiperemesis
gravidarum memperlihatkan tanda dan gejala yang sangat berbeda walaupun
penyebab pastinya masih belum diketahui, tetapi berbagai faktor, seperti faktor
hormonal dan psikologis, telah dikaitkan dengan terjadinya kondisi ini (Reeder, et al., 2011)
Berikut
adalah efek serta tanda dan gejala hiperemesis gravidarum :
1. Muntah hebat
2. Nafsu makan buruk
3. Asupan makanan buruk
4. Penurunan berat badan
5. Dehidrasi
6. Ketidakseimbangan elektrolit
7. Respon berlebihan terhadap masalah
psikososial yang mendasar
8. Muntah yang tak dapat diatasi dengan
tindakan untuk mengatasi morning sickness
9. Asidosis yang disebabkan kelaparan
10. Alkalosis akibat hilangnya asam
hidroklorida yang keluar bersama muntahan
11. Hipokalemia (Varney, et al., 2006)
Menurut
berat dan ringannya dibagi menjadi 3
1. Tingkat I : Ringan
Mual muntah terus menerus
yang menyebabkan penderita lemah, tidak ada nafsu makan, berat badan turun,
nyeri epigastrium sekitar 100x/menit, tekanan darah sistolik turun, turgor
kulit berkurang, lidah kering, mata cekung,
2. Tingkat II : Sedang
Mual muntah yang hebat
menyebabkan keadaan umum penderita lenih parah, lemah, apatis, turgor kulit
mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan cepat, suhu badan naik
(dehidrasi), ikterus ringan, BB turun, mata cekung, tensi turun,
hemokonsentasi, oliguria dan konstipasi, dapat pula terjadi asotonuria, dari
nafas berbau aseton
3. Tingkat III : Berat
Keadaan umum jelek,
kesadaran sangat menurun, samnolen sampai koma, nadi kecil, halus dan cepat,
dehidrasi berat, suhu badan naik, tensi turun sekali, ikterus. Dapat terjadi
ensekalopati wernicke. (Marmi, et al., 2011)
2.4
Patofisiologis
Hiperemesis Gravidarum yang merupakan
komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi dan tidak imbnagnya elektrolit dan alkalosis
hipokloremik. Faktor psikologis merupakan faktor utama disamping pengaruh
hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung
spastik dengan gejala tidak suka makan, akan mengalami emesis gravidarum yang
lebih berat.
Hiperemesis Gravidarum dapat mengakibatkan
cadangan kabohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena
oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadinya ketosis dengan tertimbunnya asam
aseton asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangannya
cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi ,
sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah
turun, demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan
hemokosentrasi, sehingga aliran darah kejaringan berkurang. Hal ini menyebabkan
jumlah zat makanan dan oksegen ke jaringan mengurang pula dan timbulnya zat
metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan
bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah muntah yang lebih
banyak, dapat merusak hati. Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan
elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir, esofagus dan lambung,
dengan akibat perdarahan gastroentestinal. (Marmi, et al., 2011)
2.5
Pathway
2.6
Pemeriksaan
Hiperemesis Gravidarum
Pemeriksaa
pada pasien Hiperemesis Gravidarum (helen varney, 2006) adalah:
1. Riwayat
a. Frekuensi episode muntah
b. Hubungan muntah drngan asuapn makanan
(jenis dan jumlah)
c. Riwayat pola makan (jenia makanan dan
minuman , jumlah, waktu pembarian, dan reaksinya)
d. Riwayat pengobatan (termasuk reaksi obat)
e. Eliminasi (frekuensi, jumlah,diare dan
konstipasi)
f.
Darah
dalam muntahan (ulkus lambung atau radang esofagus akibat muntah berulang)
g. Demam atau menggigil
h. Pajanan pada virus
i.
Pajanan
pada makanan terkontaminasi
j.
Nyeri
abnomen
k. Riwayat gangguan makan
l.
Riwayat
diabetes
m. Pembedahan abdomen sebelumnya
n. Frekuensi istrahat
o. Dukungan keluarga
p. Kecemasan karen kehamilan
2. Pemeriksaan fisik
a. Berat badan (dan hubungannya dengan berat
badan sebelumnya) (jika menurun mk
mpy sdkit kalori & asidosis)
b. Suhu badan, denyut nadi, dan frekuensi
pernapasan
c. Turgor kulit
d. Kelembapan membran mukosa
e. Kondisi lidah(bengkak, kering,
pecah-pecah)
f.
Palpasi
abdomen untuk melihat pembesaran organ, nyeri tekan dan distensi
g. Bising usus
h. Bau buah ketika bernapas (positif mk mpy sdkit kalori & asidosis)
i.
Pengkajian
pertumbuhan janin
3. Laboratorium
1. Pemeriksaan keton di dalam urine (positif mk mpy sdkit kalori & asidosis)
2. Urinalisis
3. BUN dan elektrolit
4. Tes fungsi ginjal (singkirkan kemungkinan
hepatitis, pankreatitis, dan kolestasis)
5. TSH dan T4 (singkirkan kemungkinan
penyakit gondok)
4. Pengkajian
Kondisi yang
mengindikasikan bahwa wanita mengalami dehidrasi meliputi turgor kulit buruk,
peningkatan frekuensi nadi dan pernapasan, penurunan haluaran urine, dan
peningkatan berat jenis urine. Apabila pemeriksaan di urine positif untuk
keton, ada bau buah ketika wantia tersebut bernapas, atau berat badan menurun,
maka ia hanya memiliki sedikit kalori dan mengalami asidosis akibat pembakaran
lemak sebagai sumber energi. Apabila tidak ada gejala asidosis atau dehidrasi,
maka kemungkinan wanita tersebut tidak mengalami Hiperemesis Gravidarum.
2.7
Penatalaksanaan
Pada
pasien dengan Hiperemesis Gravidarum tingkat II dan III harus dilakukan rawat
inap di rumah sakit da dilakukan penanganan yaitu :
1. Medikamentosa
Harus diingat untuk tidak
memberikan obat obatan yang bersifat teratogenik. Obat obatan yang dapat
diberikan diantaranya suplemen multivitamin, antihistamin (menurunkan rangsangan di
pusat muntah),
dopamin antagonis (menimbulkan
efek antiemetik),
serotonin antagonis (bekerja
menurunkan rangsangan pusat muntah di medula),
dan kortikosteroid (masih
kontrofersial karena dikatakan pemberian pada kehamilan trimester I dapat meningkatkan resiko bayi lahir dengan
cacat bawaan.).
Vitamin yang dianjurkan
adalah vitamin B1 dan B6 seperti pyridoxyne (vitamin B6). Pemberian pyridoxyne
cukup efektif dalam mengatasi keluhan mual dan muntah. Antihistamin yang dianjurkan
adalah doxilamine dan secara langsung kerja histamin pada reseptor H1 dan
secara tidak langsung mempengaruhi sistem festibular, menurunkan rangsangan di
pusat muntah. Selama terjadi mual dan muntah, reseptor dopamine di lambung
berperan dalam menghambat motilitas jambung. Oleh karena itu diberikan obat
dopamine antagonis. Dopamine antagonis yang dianjurkan diantaranya
proclorperizine, promethazine, dan metocloperamide. Proclorperizine dan
prometazine bekerja pada reseptor D2 untuk menimbulkan efek antiemetik.
Sementara itu metocloperimide bekerja di sentral dan perifer. Obat ini
menimbulkan obat antiemetik dengan cara meningkatkan kekuatan spincter esofagus
bagian bawah dan menurunkan transit time pada saluran cerna. Pemberian
serotonin antagonis cukup efektif dalam menurunkan keluhan mual dan muntah.
Obat ini bekerja menurunkan rangsangan pusat muntah di medula. Serotonin
antagonis yang dianjurkan adalah ondansentron. Ondansentron biasanya diberikan
pada pasien Hiperemesis Gravidarum yang tidak membaik setelah diberikan
obat-obatan yang lain. Sementara itu pemebrian kortikosteroid masih
kontrofersial karena dikatakan pemberian pada kehamilan trimester I dapat meningkatkan resiko bayi lahir dengan
cacat bawaan.
2. Terapi nutrisi
Pada khususnya Hiperemesis
Gravidarum jalur pemberian nutrisi tergantung pada derajat muntah, berat
ringannya deplesi nutrisi dan penerimaan penderita terhadap rencana pemberian
makanan.
3. Isolasi
Penderita disendirikan
dalam kamar yang tenang, cerah, dan memiliki peredaran udara yang baik.
Biasanya dengan isolasi saja gejala gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
4. Terapi psikologi
Perlu diyakinkan kepada
pasien bahwa penyakitnya dapat di sembuhkan. Hilangkan rasa takut oleh karena
kehamilan dan persalinan karena itu merupakan proses fisiologi, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik lainnya yang melatarbelakangi
penyakit ini. Jelaskan juga bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal
terjadi pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.
5. Cairan parinteral
Resusitasi cairan
merupakan prioritas utama, untuk mncagah mekanisme kompensasi yaitu
fasokontriksi dan ganggun perfusi uterus. Selama terjadi gangguan hemodinamik,
uterus termasuk organ non vital sehingga pasokan darah berkurang. Pada kasus Hiperemesis
Gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi termasuk dalam dehidrasi karena
kehilangan cairan (pure dehidration).
Terapi
alternatif
1. Vitamin B6
Peranan vitamin B6 untuk mengatasi
hiperemesis masih kontrofersi. Dosis vitamin B6 yang cukup efektif berkisar
12,5 – 25 mg/hari tiap 8 jam. Defisiensi vitamin B6 akan menyebabkan kadar
serotonin rendah sehingga saraf pancaindra akan semakin sensitif yang
menyebabkan ibu mudah mual dan muntah. Pada wanita hamil terjadi peningkatan
kinorenic dan xanturenic acid di urine
2. Jahe (zingiber officinale)
Pemberian dosis harian 250mg sebanyak 4x/hari
lebih baik hasilnya dibandigkan plasebo pada wanita dengan Hiperemesis Gravidarum.
(Nurarif, et al., 2015)
2.8
Pencegahan
1. Pencegahan terhadap Hiperemesis Gravidarum
perlu dilaksanakan dengan jalan memberi peranan tentang kehamilan dan
persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik memberikan keyakinan bahwa mual
dan kadang kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda
dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan
sehari-hari dengan makan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering
2. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, tetapi dianjurkan makan roti kering atau biskuit dengan teh
hangat
3. Makanan yang berminyak dan berbau lemak
sebaiknya dihindarkan
4. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan
dalam keadaan panas atau sangat dingin.
2.9
Penanganan
1. Pencegahan, penerangan bahwa kehamilan dan
persalinan merupakan proses fisiologik. Pencegahan lain yaitu tentang diet ibu
hamil dan defeksi yang teratur
2. Terapi obat, menggunakan sedative, vitamin,
anti muntah, antasida dan anti mulas
3. Hiperemesis Gravidarum tingkat II dan III
harus dirawat inap di RS. (Marmi, et al., 2011)
2.10 Pemeriksaan penunjang
1. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat)
: mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multiple, mendeteksi
abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
2. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri,
BUN
3. Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT dan kadar LDH (Nurarif, et al., 2015)
2.11 Komplikasi
1. Dehidrasi berat
2. Ikterik
3. Takikardia
4. Suhu meningkat
5. Alkalosis
6. Kelaparan
7. Gangguan emosional yang berhubungan dengan
kehamilan dan hubungan keluarga
8. Menarik diri dan depresi (Nurarif, et al., 2015)
2.12 Discharge Planning
1. Jalani diet seimbang yang terdiri dari protein,
karbohidrat, vitamin, dan mineral, ibu hamil dilanjutkan untuk memperoleh
asupan ekstra (tambahan) kalori sebesar 300 kalori/hari
2. Hindari konsumsi minuman alkohol,
berkafein , atau merokok
3. Minumlah sekurang kurangnya 8 gelas
air/hari untuk mencegah konstipasi dan membantu pengeluaran toksin (zat zat
racun) dari dalam tubuh
4. Gunakan vitamin dan suplemen khusus ibu
hamil sesuai dengan anjuran dokter
5. Periksa ke dokter jika gejala semakin
parah karena dapat mengganggu kehamilan.(Nurarif, et al., 2015)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Data subjektif
Nausea
dan vomitus merupakan gejal gejala utama. Pasien tidak dapat menahan makanan
dan kehilangan berat badan. Beberapa pasien mengeluh air liurnya berlebihan
atau hipersalivasi.
Riwayat
haid : sebagian pasien sadar akan haid yang tidak datang dan mengetahui mereka
hamil. Tapi kadang kadang pasien dapat memberikan informasi yang penting ini,
sehingga mengaburkan diagnosis.
2. Data objektif
a. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan umum
Kulit dan membran mukosa
sering tampak kering dan turgor menurun. Pasien dapat menjadi kurus. Vomitus
yang iritatif dapat membuat erosi pada bibir dan wajah bagian bawah, lidah
tampak merah, kering dan pecah-pecah. Faring kering dan merah, dan pernapasan
berbau busuk dengan bau seperti buah-buahan yang khas untuk ketoasidosis
2. Pemeriksaan abnomen
Pemeriksaan ini biasanya normal,
mekipun rasa sakit di hepar dapat ditemukan .
3. Pemeriksaan pelvis
Uterus lunak dan
membesarkan sesuai dengan umur gestasi.
b. Kebutuhan Dasar Khusus
1. Aktifitas Istirahat
Tekanan darah sistol
menurun, denyut nadi meningkat (>100 x/menit).
2. Integritas Ego
Konflik interpersonal
keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan presepsi tentang kondisinya , kehamilan
tidak direncanakan.
3. Eliminasi
Perubahan pada
konsistensi, defekasi, peningkatan frekuensi berkemih urinalis, peningkatan
konsistensi urine.
4. Makanana atau cairan
Mual dan muntah
berlebihan (4-8 minggu), nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5-10 kg),
membran mukosa mulu iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton,
turgor kulit berkurang, mata cekung, dan lidah kering
5. Pernapasan
Frekuensi pernapasan
meningkat .
6. Keamanan
Suhu kadang naik, badan
lemah, ikterus dan dapat jatuh dalam koma.
7. Seksualitas
Penghentian menstruasi,
bila keaadaan yang membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
8. Interaksi sosial
Perubahan status
kesehatan/ stresor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang
dapat berfariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang
c. Tes laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan
darah
Nilai hemoglobin dan
hematokrit yang meningkat menujukkan hemokosentrasi berkaitan dengan dehidrasi.
Anemia mungkin merupakan kosekuensi dari mal nutrisi.
2. Urinalis
Urine biasanya hanya
sedikit dan mempunyai kosentrasi tinggi sebab akibat dehidrasi. Aseton
menunjukkan asodisis starvasi.
3.2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan & elektrolit
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah yang berlebihan.
3. Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
otak berhubungan dengan penurunan kesadaran.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M. (2013).Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition. USA: ISBN.
Leveno,
Kenneth J. 2015.Manual
Williams Komplikasi Kehamilan Edisi 23. Jakarta : EGC, 2015.
Marmi,
Suryaningsih, A.Retno Murti and Fatmawati, Eri. 2011.Asuhan Kebidanan Patologi . Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2011.
Moorhead, S. (2013). Nursing
Outcome Clasification (NOC) Fifth Edition . USA: ISBN.
Nurarif, Amin Huda and Kusuma, Hardi. 2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan diagnosa medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Yogyakarta : MediAction, 2015.
Reeder,
Sharoon J, Martin, Leonide L and Griffin, Debora Korniac. 2011. Keperawatan Maternitas Edisi 18. Jakarta :
EGC, 2011.
Varney, Helen, Kriebs, Jan M and Gegor, Carolyn L. 2006.Buku
Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 volume 1. Jakarta : EGC,
2006
Komentar
Posting Komentar