RADANG PANGGUL


BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Anatomi pelvis
           
2.2.  Definisi
      Pelvic Inflammatory Disease (PID) adalah suatu kumpulan radang pada saluran genital bagian atas oleh berbagai  organisme, yang dapat menyerang endometrium, tuba fallopi, ovarium maupun miometrium secara perkontinuitatum maupun secara hematogen ataupun sebagai akibat hubungan seksual. (widyastuti, rahmawati, & purnamaningrum, 2009)
      Infeksi pelvis meruakan suatu istilah umum yang biasanya digunakan untuk menggambarkan keadaan atau kondisi dimana organ-organ pelvis (uters, tuba fallopi atau ovarium) diserang oleh mikroorganisme pathogen. Organism-organisme ini biasanya bakteri,mereka melakukan multiplikasi dan menghasilkan suatu reaksi peradangan. (Ben-zion Taber, 1994).
      Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput  dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrum (otot rahim), parametrium dan rngga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari penyakit menular seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia 16-25 tahun. Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar kedalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita, seperti rahim, tuba fallopi dan/atau ovarium.
2.3. Etiologi
Mekanisme infeksi menjalar saat, menstruasi, persalinan dan abortus, operasi ginekologi, disebab kan oleh bakteri :
a.       GO (Gonorhoe)
b.      Kuman-kuman lain streptococcus, aerob, maupun yang anaerob stapylococus.
c.       Chlamydia, mycoplasma, ureaplasma, virus, jamur dan parasit. (widyastuti, rahmawati, & purnamaningrum, 2009)
      Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah, yang menyebar keatas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wania menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah Neisseria Gonorhoeae dan Chlamydia  trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi). (widyastuti, rahmawati, & purnamaningrum, 2009)

2.4. Tanda dan gejala
Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual dan muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba fallopi. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan.  
      Infeksi menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal dan diantara organ-organ perut  serta menyebabkn nyeri menahun. Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi kedalam darah sehingga terjadi sepsis. (Nugroho & Utama, 2014)
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID :
a.       Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal.
b.      Demam
c.       Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan di celana dalam)
d.      Kram Karena menstruasi
e.       Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
f.        Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
g.      Nyeri punggung bagian bawah
h.      Kelelahan
i.        Nafsu makan berkurang
j.        Sering berkemih
k.      Nyeri ketika berkemih
(Nugroho & Utama, 2014)
2.5. Klasifikasi PID
        Berdasarkan rekomendasi “Infectious Disease Society for Obstetrics & Gynecology”, USA, Hager membagi derajat radang panggul menjadi :
Derajat I           : Radang panggul tanpa penyulit (terbatas pada tuba dan    ovarium ), dengan atau tanpa pelvio – peritonitis.
Derajat II           :  Radang panggul dengan penyulit (didapatkan masa radang, atau abses pada kedua tuba ovarium) dengan atau tanpa  pelvio – peritonitis.
Derajat III          : Radang panggul dengan penyebaran diluar organ-organ pelvik, misal adanya abses tubo ovarial.
2.7. Patofisiologi
       Terjadinya radang panggul dipengaruhi beberapa factor yang memegang peranan, yaitu :
1.         Tergangunya barier fisiologik.
Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia interna, akan mengalami hambatan :
a. Di ostium uteri eksternum.
b. Di kornu tuba.
c. Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi endometrium maka kuman-kuman pada endometrium turut terbuang. Pada ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman-kuman dihambat secara : mekanik, biokemik dan imunologik. Pada keadaan tertentu barier fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada saat persalinan, abortus, instrumentasi pada kanalis servikalis dan insersi alat kontrasepsi dalam ..
2.   Adanya organisme yang berperan sebagai vektor.
      Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan bergerak sampai tuba falopii. Kuman-kuman sebagai penyebab infeksi dapat melekat pada trikomonas vaginalis yang berfungsi sebagai vektor dan terbawa sampai tuba Falopii dan menimbulkan peradangan ditempat tersebut. Sepermatozoa juga terbukti berperan sebagai vector untuk kuman-kuman N.gonore, Ureaplasma ureoltik, C.trakomatis dan banyak kuman-kuman aerobik dan anaerobik lainnya.
3.      Aktivitas seksual.
Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi uterus yang dapat menarik spermatozoa dan kuman-kuman memasuki kanilis servikalis.
4.      Peristiwa haid.
Radang panggul akibat N. gonore mempunyai hubungan dengan siklus haid. Peristiwa haid yang siklik, berperan penting dalam terjadinya radang panggul gonore. Periode yang paling rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu pertama setelah haid. Cairan haid dan jaringan nekrotik merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhannya kuman-kuman N. gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala-gejala salpingitis akut disertai panas badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai “ Febrile Menses ”.
2.8. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa ditegakan berdasarkan gejala dan hasil dari pemeriksaan fisik yang dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut. Pemeriksaan lainya dilakukan adalah:
a.    Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit darah yang merupakan indikator dari infeksi. Leukosit normaal 5.000-15.000/mm3, mengetahui Hb, Ht, dan jenisnya
b.    Pemeriksaan cairan dari serviks
c.    Kuldosintesis
          Untuk mengetahui bahwa perdarahan yang terjadi diakibatkan oleh hemoperitoneum (berasal dari KET yag rupture atau kista hemoragik) dapat menyebabkan sepsis pelvis (salpingitis,abses pelvis rupture, atau appendiks yang rupture)
d.    Laparaskopi
      Adalah prosedur pemasukan alat dengan lampu dan kamera melalui insisi (potongan) kecil di perut untuk melihat secra langsung organ didalam panggul apabila terdapat kelainan. 
e.    USG panggul
       Merupakan tindakan non invasif, guna mengetahui keadaan didalam panggul meleiputi keadaan rahim, adanya pembesaran dan abses pada saluran tuba valopi,
2.9. Penatalaksanaan
     Berdasar derajat radang panggul, maka pengobatan dibagi menjadi :
a.    Terapi
       Klien dengan penyakit akut yang menderita abses dalam panggul atau tuba-ovarium, seringkali membutuhkan perawatan duduk rendam dengan air hangat dapat menurunkan nyeri dan meningkatkan kenyamanan serta penyembuhan. Klien sebaiknya ditidurkan pada posisi semi Fowler untuk memungkinkan pengeluaran cairan rambas mukopurulen.
b.   Pengobatan rawat jalan.
          Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat I.
             Obat yang diberikan ialah :
1)      Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.
Ampisilin 3.5 g/sekali p.o/ sehari selama 1 hari dan Probenesid 1 g sekali p.o/sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 7-10 hari, atau
2)      Amoksilin 3 g p.o sekali/hari selama 1 hari dan Probenesid 1 g p.o sekali sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Amoxilin 3 x 500 mg/hari p.o selama 7 hari, atau Tiamfenikol 3,5 g/sekali sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
a)         Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selam 7-10 hari, atau
b)         Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
c)         Eritromisin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari.
3)        Analgesik dan antipiretik.
1.          Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau
2.          Metampiron 3 x 500 mg/hari.
c.   Pengobatan rawat inap.
Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat II dan III. Obat yang diberikan ialah :
Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.
a.         Ampisilin 1g im/iv 4 x sehari selama 5-7 hari dan Gentamisin 1,5 mg – 2,5 mg/kg BB im/iv, 2 x sehari slama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup, 2 x sehari selama 5-7 hari atau, Sefalosporin generasi III 1 gr/iv, 2-3 ghx sehari selama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup 2 x sehari selama 5-7 hari.
b.      Analgesik dan antipiretik.
2.10.Komplikasi
       Peritonitis pelvis atau peritonitis merata, abses, strikur, obstruksi tuba fallopi dapat terjadi. Obstruksi dapat menyebabkan kehamilan ektopik dimasa mendatang jika telur yang dibuahi tidak dapat melewati tuba yang mengalami trikur. Perlekatan umum sering menyebabkan nyeri pelvis  kronis yang akhirnya memerlukan pengangkatan uterus , tuba fallopi, dan ovarium. Komplikasi lainnya termasuk bakterimia disertai syok septik dan tromboflebitis dengan kemungkinan embolisasi. (Brunner & Suddarth, 2002)
      Komplikasi radang panggul terjadi ketika penyakit tidak segera ditangani atau penderita tidak menyelesaikan periode pengobatan yang diwajibkan. Jenis komplikasi yang bisa timbul adalah sakit panggul jangka panjang, munculnya abses, berulangnya penyakit radang panggul pada penderita, infertilitas (menyelesaikan masa pengobatannya hingga tuntas), dan terjadinya kehamilan ektopik (Infeksi berulang khususnya pada tuba fallopi).
      Radang panggul yang kembali dan menginfeksi area yang sama membuat kondisi organ reproduksi tersebut rentan terhadap bakteri. Inilah kenapa penderita radang panggul harus menyelesaikan masa pengobatannya hingga tuntas demi mengurangi risiko terjadi infertilitas dan sakit panggul yang sangat mengganggu aktivitas. Infeksi berulang khususnya pada tuba fallopi dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan ektopik. Infeksi ini menyebabkan luka dan menyempitnya tuba fallopi hingga sel telur menjadi tersangkut kemudian berkembang di dalam tuba fallopi. Jika hal ini terus berlanjut, dapat terjadi pendarahan dalam yang mengancam nyawa penderitanya sehingga tindakan operasi harus segera dilakukan.

2.11. Pencegahan Radang Panggul

       Salah satu penyebab radang panggul adalah infeksi menular seksual, seperti penyakit klamidia (chlamydia) yang kasusnya umum menimpa kalangan pria muda serta memiliki gejala yang tidak terlihat. Infeksi ini dapat dihindari dengan menerapkan kebiasaan yang aman saat berhubungan seksual. Kebiasaan ini dapat dimulai dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual dan menggunakan alat kontrasepsi kondom, spiral, dan/atau spermisida tiap berhubungan seks. Hindari alat kontrasepsi yang dipasang di dalam rahim jika Anda melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan. Selain memulai kebiasaan seksual yang sehat, Anda juga dapat melakukan beberapa tindakan pencegahan seperti berikut:
a.   Pemeriksaan kesehatan rutin pada diri Anda dan pasangan, lakukan pemeriksaan ginekologi maupun tes infeksi menular seksual untuk mendeteksi gejala penyakit radang panggul atau penyakit lainnya. Makin cepat penyakit dapat terdiagnosis, maka makin besar pula tingkat kesuksesan pengobatan.
b.  Segera temui dokter jika Anda merasakan gejala radang panggul atau infeksi menular yang tidak biasa, seperti sakit panggul berat atau perdarahan di antara periode menstruasi.
c.   Saling terbuka mengenai sejarah infeksi menular seksual dengan pasangan Anda adalah salah satu tindakan pencegahan yang dapat menyelamatkan kesehatan bersama.
d.  Pertahankan kebiasaan kebersihan yang sehat, hindari mencuci vagina (vaginal douching) dan bilaslah alat kelamin dari arah depan ke belakang seusai buang air untuk mencegah bakteri masuk melalui vagina.
e.   Hindari atau pantang berhubungan seksual beberapa saat khususnya setelah persalinan, keguguran, aborsi, atau setelah melalui prosedur ginekologi lain untuk menjaga agar kondisi rahim tetap aman dari infeksi bakteri.
      Pencegahan radang panggul, atau pelvic inflammatory disease, akan lebih mudah dilakukan bersama pasangan. Saling mengetahui sejarah infeksi menular seksual, informasi penyakit menular seksual terkini, dan saling mendukung selama proses pengobatan dapat memperlancar proses penyembuhan. Pemeriksaan dan konsultasi dokter yang rutin sangat disarankan jika Anda sedang mengidap penyakit lain di saat bersamaan.

2.11.Diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul
a.    Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus, perubahan pada regulasi temperatur
b.    Gangguan perfusi jaringan b/d sepsis akibat infeksi
c.    Disfungsi seksual b/d kesehatan seksual
d.    Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada pelvis
e.    Kurang pengetahuan b/d  kurangnya informasi


BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1  Pengkajian
   A.Data Subyektif
1.    Biodata :
  a. Umur             : biasanyaa  terjadi pada usia produktif yaitu pada usia dibawah 16  tahun
b. Pekerjaan      : sering terjadi pada wanita yang berganti-ganti pasangan   (PSK)
3.      Riwayat penyakit sekarang : Metroragia, Menoragia.Menderita penyakit kelamin, keputihan, menggunakan alat kontrasepsi spiral.
4.      Riwayat penyakit dahulu : KET, Abortus Septikus, Endometriosis.Pernah menderita penyakit kelamin, abortus, pernah kuret, aktivitas seksual pada masa remaja, berganti-ganti pasangan seksual, pernah mengunakan AKDR.
5.      Riwayat Kesehatan Keluarga
6.      Riwayat menstruasi: Perdarahan menstruasi yang tidak teratur, Disminore, Fluor albus.
7.      Riwayat obstetric dan KB: Pernah abortus, kuretase, keguguran,Pernah atau sedang menggunakan AKDR
8.      Riwayat menstruasi :Kaji menarche, siklus haid, jumlah darah yang keluar, dismenorea,dan HPHT.                             
9.      Riwayat Ginekologi: Kaji keluhan yang pernah dirasakan berkaitan dengan organ reproduksi, berapa lama keluhan ibu rasakan, ada tidaknya upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan itu. Seperti menanyakan apakah ibu pernah mengalami keputihan yang berbau dan gatal, operasi yang dialami.
10.  Riwayat kesehatan: Kaji penyakit-penyakit yang pernah diderita ibu, suami, dan keluarga baik dari ibu maupun suami seperti : penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, asma dll. Kaji apakah ibu pernah kontak dengan penderita HIV/AIDS, TBC, hepatitis.
B. Pemeriksaan fisik
1.      Suhu tinggi disertai takikardia
2.      Nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol daripada nyeri di kuadran atas abdomen. Rasa nyeri biasanya bilateral. Bila terasa nyeri hanya uniteral, diagnosis radang panggul akan sulit dirtegakkan.
3.      Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi reburn tenderness”, nyeri tekan dan kekakuan otot sebelah bawah.
4.      Tergantung dari berat dan lamanya peradangan, radang panggul dapat pula disertai gejala ileus paralitik.
5.      Dapat disetai Manoragia, Metroragia.
6.      Nyeri tekan dan nyeri goyang genitalia eksterna ( unilateral dan bilateral)
7.      Daerah adneksa teraba kaku
8.      Teraba massa dengan fluktuasi
B. Data Obyektif
Pemeriksaan sistematis dan Ginekologis
      Didapatkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa dan hasil pemeriksaan dengan tehnik palpasi, inspeksi, auskultasi, dan perkusi . Pemeriksaan sistematis ini meliputi:
1.      Pemeriksaan Kepala dan Wajah
     Kaji keadaan mata, hidung, mulut dan bibir ibu
2.      Pemeriksaan pada leher
Periksa apakah ada pembesaran kelenjar pada leher seperti kelenjar limfe, tiroin atau    pelebaran pembluh vena.
3.      Pemeriksaan Dada dan Payudara:
Inspeksi: lihat berntuk payudara (simetris/ asimetris), warna (kemerahan atau normal), pengeluaran, puting susu (menonjol, datar, masuk), retraksi.
4.      Pemeriksaan Abdomen:
Kaji adaya masa atau benjolan dan nyeri tekan pada abdomen,  jaringan parut , bekas luka operasi.
5.      Pemeriksaan Anogenital
Kaji pengeluaran pervaginam : jumlah, warna, konsistensi dan bau kaji adanya tanda-tanda infeksi pada daerah genital, perhatikan ada tidaknya varises dan oedema pada genetalia, inspikulo, dinding vagina (rugae vagina less), karsinoma. Portio.Lakukan pemeriksaan adneksa dengan menekan daerah shympisis , apakah terasa nyeri atau tidak .
6.       Pemeriksaan Genitalia
1)   Ada cairan flour albus yang berbau, dan berwarna kehijauan
2)   Nyeri pada servik, uterus dan kedua adnexa saat pemeriksaan bimanual.
3)   Terdapat masa iflamatoris daerah pelvis
 C. Pemeriksaan penunjang
1.    Periksa darah lengkap : Hb, Ht, dan jenisnya, LED.
2.    Urinalisis
3.    Tes kehamilan
4.    USG panggul

3.2  Diagnosa Keperawatan
a.    Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus,perubahan pada reagulasi temperatur.
b.                                          Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan sepsis akibat infeksi.
c.                                           Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual.
d.                                          Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada pelvis.
e.                                           Resiko terhadap infeksi (sepsis) b/d kontaak dengan mikroorganisme
f.                                            Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

Komentar