BUMIL HEPATITIS
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Hepatitis virus
merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada
sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta
seluler yang khas. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hepatitis
atau inflamasi hati merupakan ancaman bermakna bagi kesehatan dan penyebab
morbiditas serta mortalitas yang signifikan pada anak-anak.
Hepatitis
adalah peradangan pada hati karena toxin, seperti kimia atau obat ataupun
penyebab agen penyebab infeksi. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan
disebut “hepatitis akut”. Penyakit infeksi akut dengan gejala utama berhubungan
erat dengan adanya nekrosis pada hati. Biasanya disebakan oleh virus yaitu
virus hepatitis A, virus hepatitis B, virus hepatitis C dan virus lain-lain.
Untuk hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut “hepatitis kronik”,
dikatakan hepatitis kronik bila penyakit menetap, tidak menyembuh klinis atau
laboratorium atau pada gambaran patologi anatomi.
Banyak
dari adaptasi fisiologis ini dapat dianggap abnormal jika terjadi pada wanita
tak hamil. Sebagai contoh, perubahan kardiovaskuler selama kehamilan biasanya
menyebabkan Hepatitis adalah proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta
bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999)
Selama
kehamilan terjadi adaptasi anatomis, fisiologis dan biokimiawi yang mencolok.
Banyak perubahan ini dimulai segera setelah pembuahan dan berlanjut selama
kehamilan, dan sebagian besar terjadi sebagai respon terhadap rangsangan
fisiologis yang ditimbulkan oleh janin dan plasenta. Yang juga mencolok adalah
bahwa wanita hamil akan kembali, hampir secara sempurna, keadaan prahamil
setelah melahirkan dan menyusui.
peningkatan
bermakna volume darah dan curah jantung, yang menyerupai tiroksikosis. Di pihak
lain, adaptasi semacam ini dapat menyebabkan kegagalan ventrikel jika
sebelumnya sudah terdapat penyakit jantung. Karena itu, adaptasi fisiologis
pada kehamilan normal dapat salah disangka sebagai proses patologis atau dapat
menyebabkan terungkapnya atau memperparah penyakit yang sudah ada.
Selama kehamilan
normal hampir semua system organ mengalami perubahan anatomis dan fungsional
yang dapat mengubah, secara bermakna, kriteria unuk mendiagnosis dan mengobati
penyakit.
2.2 Klasifikasi
Ø Hepatitis A
Hepatitis A (yang dulu dikenal sebagai hepatitis
infeksius) adalah bentuk hepatitis yang paling dikenal di dunia dan umumnya
terjadi lebih sering pada populasi miskin, yang sulit mempertahankan praktek
hygiene yang baik. Kontaminasi fekal-oral adalah rute biasa penularan. Air yang
terkontaminasi dan makanan (biasanya kerang) merupakan sumber umum infeksi
virus hepatitis A (HAV). Beban infeksi termasuk angka kasus sekitar 4,9 per
100.000 orang di Amerika Serikat, atau 10.600 infeksi pada tahun 2001.
Perkiraan 15-30% kasus yang dilaporkan adalah diantara anak-anak dan karyawan
pusat perawatan anak atau kontak seksual dengan seseorang yang terinfeksi, dan
10-15% kasus yang dilaporkan adalah diantara anak-anak dan pekerja pusat
perawatan anak dan anggota rumah mereka. Penularan HAV dalam produk darah yang
jarang telah diketahui selama fase viremik atau prodromal. Periode inkubasi
singkat, dengan rata-rata 28 hari (berkisar 15-50 hari). Dengan virus
dikeluarkan melalui feses kurang lebih dua minggu segera setelah gejala klinis,
dan merupakan periode waktu resiko penularan paling hebat.
Ø Hepatitis B
Hepatitis B (yang dulu dikenal
sebagai hepatitis serum) ditularkan melalui darah, produk darah, jarum yang
terkontaminasi, saliva, sekresi vagina, dan semen. Infeksi hepatitis B (HBV)
dapat berakibat pada keadaan kronis atau karier, dengan peningkatan resiko
untuk hepatitis aktif dan kronis, penyakit hati kronis, sirosis hati, dan
karsinoma hepatoseluler. CDC melaporkan bahwa pada tahun 1999 sekitar 80.000
infeksi hepatitis B baru terjadi, yang merupakan penurunan dari 450.000/tahun
pada tahun 1980-an. Hepatitis B kronis yang ada menyerang 1 sampai 1,25 juta
orang di Amerika Serikat. Studi hepatitis pasca transfusi terkini menunjukkan
kurang dari 5% kasus disebabkan hepatitis B.
Ø Hepatitis C
Hepatitis C (HCV),
yang dulu dikenal sebagai hepatitis non-B, adalah penyebab utama hepatitis
pasca transfusi dan di identifikasi sebagai virus hepatitis C pada tahun 1989.
Hepatitis C ditemukan dalam konsentrasi tertinggi dalam darah dan secara primer
ditularkan melalui rute darah.
2.3 Etiologi
Ø Hepatitis A (HAV)
Ditularkan melalui
fekal-oral (seks anal/oral), kontak dekat antara manusia dengan manusia atau
menelan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Tangan ke mulut setelah kontak
dengan feses, seperti setelah mengganti popok.
Ø Hepatitis B (HBV)
Kontak dengan darah yang
terinfeksi, cairan semen, sekresi vagina, jarum yang terkontaminasi, termasuk
tato dan alat penusuk tubuh. Ibu yang terinfeksi dapat menularkan infeksinya ke
bayi baru lahir. Gigitan manusia dan kontak seksual.
Ø Hepatitis C (HCV)
Kontak dengan darah yang
terinfeksi, jarum IV yang terkontaminasi, silet cukur serta alat penusuk tubuh.
Ibu menularkan kepada bayi baru lahirnya. Tidak mudah menyebar melalui seks.
Ø Hepatitis D (HDV)
Kontak dengan darah yang
terinfeksi, jarum yang terkontaminasi dan kontak seksual dengan pengidap HDV.
Ø Hepatitis E (HEV)
Ditularkan melalui rute fekal-oral.
ledakan di hubungkan dengan suplai air yang terkontaminasi di Negara lain. (robson
& waugh, 2013)
2.4 Ibu Hamil dengan Hepatitis
Hepatitis viral
sebenarnya adalah kelompok virus patogenik, dikenal dengan huruf A sampai G.
sementara hepatitis A biasanya disebarkan oleh rute fekal-oral, yang lainnya
disebarkan melalui kontak dengan darah dan cairan tubuh dan dapat ditularkan
secara seksual. Hepatiris viral kronis dan akut sering mempengaruhi wanita dan
jika hamil mempengaruhi janinnya. Masalah yang harus dipertimbangkan oleh bidan
adalah kapan menguji hepatitis, apakah faktor resiko dan gejalanya, dan
strategi penatalaksanaannya. Hepatitis adalah suatu kondisi yang memerlukan
rujukan dan kolaborasi dengan konsultan medis. (verney & kriebs, 2007)
Hepatitis
A dan B adalah bentuk hepatitis yang paling sering terjadi di Amerika Serikat.
Terdapat lebih sedikit kasus baru hepatitis C per tahun, tetapi menjadi kronis
sekitar 75 sampai 85%, bertolak belakang dengan hepatitis B, yang berkembang
sebagai keadaan kronis pada 2 sampai 6 persen kasus orang dewasa.
Hepatitis D terjadi sebagai koinfeksi dengan hepatitis B atau
sebagai infeksi sekunder, dan merupakan yang paling sering terjadi di
Negara-negara Mediterania. Hepatitis D jarang terjadi di populasi umum Amerika
Utara walaupun hal itu mungkin terjadi pada pengguna obat intravena dan
individu yang terpajan rutin pada produk-produk darah (misalnya hemofilia) juga
kontak seksual mereka. Penularan perinatal tidak demikian, karena profilaksis
neonatal terhadap hepatitis B efektif untuk hepatitis D. (verney & kriebs, 2007)
Hepatitis E sering terjadi di Asia, Amerika Selatan, dan
Amerika Latin dan telah di diagnosis di Amerika Serikat hanya pada
individu-individu yang bepergian dari Negara-negara berkembang. Seperti
hepatitis A, ditularkan melalui kontaminasi fekal-oral. hal itu penting bagi
wanita karena menyebabkan angka fatalitas pada kehamilan sebanyak 21% pada
trimester ketiga. Terdapat efek jangka panjang hepatitis E, juga tidak ada
carier. Hepatitis F adalah suatu agens “novel” yang dikaitkan dengan penyakit
hati pada pasien-pasien hepatitis A, B, dan C negative. Tidak ada pengujian
diagnostic atau terapi selain pengobatan pendukung dan simtomatik. Hepatitis G
memiliki keadaan akut dan kronis, tetapi tampak ringan dengan kerusakan sedikit
atau tidak lama. Tidak ada agens terapeutik yang tersedia pengobatannya.
Hepatitis G dapat ditularkan secara perinatal.
Hepatitis juga dapat akibat infeksi umum dari virus lain,
termasuk sitomegalovirus, virus Eipstain-Barr, virus herpes simplek dan virus
campak. Penyebab non-virus infeksi hati termasuk sepsis bakteri dan sifilis.
Hepatitis juga dapat secara kimia diinduksi oleh konsumsi alkohol kronis atau
oleh pengobatan seperti aspirin (asam asetat), Tylenol (asetaminofen), Dilantin
(fenitoin), INH (isoniazid), dan rifampin. (verney & kriebs, 2007)
Apabila hepatitis virus terjadi pada trimester I atau permulaan
trimester II maka gejala-gejala yang akan sama dengan gejala hepatitis virus
pada wanita tidak hamil. Meskipun gejala-gejala yang timbul relative lebih
ringan di banding dengan gejala-gejala yang timbul pada trimester III, namun
penderita hendaknya tetap dirawat di rumah sakit.
Hepatitis virus yang
terjadi pada trimester III, akan menimbulkan gejala-gejala yang lebih berat dan
penderita umumnya menunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase inilah acute hepatic necrosis sering terjadi,
dengan menimbulkan mortalitas ibu yang sangat tinggi, dibandingkan dengan penderita
tidak hamil. Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo faktor disertai
kebutuhan nutrisi janin yang meningkat, menyebabkan penderita mudah jatuh dalam
acute hepatic necrosis. Tampaknya
keadaan gizi ibu hamil sangat menentukan prognosisnya. Penularan virus ini pada
janin, dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu:
1.
Melewati placenta
2.
Kontaminasi dengan
darah dan tinja ibu pada waktu persalinan
3.
Kontak langsung
bayi baru lahir dengan ibunya
4.
Melewati air susu
ibu, pada masa laktasi
Virus hepatitis A maupun virus hepatitis B dapat
menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis virus in utero dengan akibat
janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal. Jenis virus yang yang
lebih banyak terjadi adalah virus hepatitis B, dengan salah satu bukti
ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada janin baru
lahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang mati pada
periode neonatal akibat infeksi virus hepatitis. Hasil otopsi menunjukkan adanya
perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar sampai suatu
bentuk sirosis. Perubahan-perubahan yang terjadi ini, hanya mungkin terjadi
bila infeksi sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim.
Berat ringan gejala virus hepatitis pada kehamilan sangat tergantung dari keadaan
gizi ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi protein, ditambah pula
meningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan janin, menyebabhkan infeksi
hepatitis virus pada kehamilan memberi gejala-gejala yang lebih berat.
Hepatitis virus pada kehamilan dapat ditularkan kepada janin baik in utero
maupun segera setelah lahir.
2.5 Patofisiologi
Inflamasi
yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan
oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional
dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah
sendiri. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini
menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Selanjutnya sel-sel hepar
yang rusak di buang dari tubuh oleh respon system imun dan digantikan oleh
sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karena itu, sebagian besar klien yang
terkena hepatitis dapat sembuh dengan fungsi hepar yang normal.
Inflamasi
pada hepar karena invasi virus akan meyebabkan peningkatan suhu badan dan
peregangan kapsula hati yang meyebabkan timbulnya perasan tidak nyaman pada
perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan
nyeri di ulu hati.
Timbulnya
icterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah bilirubin yang
belum mengalami konjugasi masuk dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya
kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatic, maka terjadi kesukaran
pengangkutan bilirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan
dalam hal konjugasi . akibatnya bilirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui
duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel sekresi) dan
regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek),
mupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi icterus
yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dakam pengangkutan, konjugasi
an sekresi bilirubin.
Tinja
mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi
kedalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada icterus.
2.7 Manifestasi Klinis
Ø Hepatitis A
Tanda dan gejala
hepatitis A mirip “flu” dan termasuk awitan anoreksia tiba-tiba, malaise
keletihan, kelemahan, mual, dan demam derajat rendah. Tanda gejala yang jarang
seperti urtikaria, artritis, atralgia, dan malgia mungkin terjadi. Icterus
mungkin ada, bersamaan dengan nyeri epigastrik atau kuadran kanan atas, hati
yang membesar dan nyeri tekan, pruritus, splenomegali, nyeri otot, dan
kehilangan berat badan. Hepatitis A memiliki fase akut singkat 10 sampai 15
hari dengan gejala yang mereda dalam 2 bulan, walaupun 10 sampai 15 persen
orang simtomatik penyakitnya memanjang atau kambuh yang berlangsung sampai 6
bulan. Penyakit tidak berakibat pada keadaan kronis atau karier. Jika
berkontraksi selama kehamilan, tidak diketahui resikonya pada bayi baru lahir.
Ø Hepatitis B
Hepatitis B memiliki masa
inkubasi 1 sampai 4 bulan. Gejala non-hepatik (ruam, demam, atralgia, myalgia,
artritis) biasanya mendahului icterus pada hepatitis . Tanda dan gejala infeksi
hepatitis B dapat berupa mual, muntah, nyeri abdomen kuadran kanan atas, hati
membesar dan nyeri tekan, demam, menggigil, kelemahan umun dan kelelahan dan
sakit kepala. Kurang lebih 70% pasien dengan hepatitis B akut mengalami infeksi
subklinik, yang 30% akan berkembang menjadi penyakit ikterik. Gejala klinis dan
icterus menghilang dalam 1 sampai 3 bulan. Kurang dari 90% mereka secara akut
terinfeksi perinatal akan berkembang menjadi infeksi kronis.
Ø Hepatitis C
Periode inkubasi
rata-rata untuk hepatitis biasanya 6 sampai 7 minggu, dengan rentang 2 minggu
sampai 26 minggu. Hepatitis C berbeda dari hepatitis A dan dalam fase akut
infeksi sering tak bergejala dan tanpa icterus. Hanya 30 sampai 40 persen
pasien akan menunjukkan tanda klinis khas hepatitis dan hanya 20 sampai 30
persen akan muncul icterus. Laporan perkembangan ke infeksi kronis berkisar dari
70 sampai 85 persen, dengan gejala sisa jangka panjang termasuk sirosis dan
karsinoma hepatoseluler. Gagal hati dari hepatitis kronis merupakan indikasi
utama untuk transplantadi hati di Amerika Serikat.
2.8 Penatalaksanaan
Ø Hepatitis A
99% individu yang
terinfeksi hepatitis A akan sembuh tanpa pengobatan. Setiap tahun di Amerika
Serikat terdapat sekitar 100 kasus hepatitis fulminan yang mengarah pada
kematian karena gagal hati akut. Di antara 11 dan 22 persen orang dengan
hepatitis A di hospitalisasi dan orang dewasa yang sakit kehilangan rata-rata
27 hari kerja.
Ø Hepatitis B
Hepatitis B akut tidak
responsive terhadap pengobatan apapun yang harus mengikuti perjalanan alaminya.
Seseorang dengan hepatitis B kronis atau akut sebaiknya dievaluasi untuk
penyakit hati.
Ø Hepatitis C
Pengobatan untuk
hepatitis C klinis adalah perawatan paliatif yang sama untuk hepatitis A dan B.
Pengobatan untuk hepatitis kronis termasuk terapi kombinasi dengan injeksi
interferon alfa dan obat antiviral oral ribavirin. Pengobatan ini tidak tepat
untuk kehamilan dan harus diperhatikan bahwa ribavirin adalah obat teratogenik
(kategori X) dan di kontraindikasikan selama kehamilan. Hal itu juga harus
dihindari pada pasangan pasien ketika menginginkan kehamilan. Pasien-pasien
dapat di konsulkan untuk kemungkinan program terapi 24 sampai 48 minggu, dengan
obat ini.
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang berhubungan dengan
hepatitis adalah hepatitis kronis, gambaran utamanya terdiri dari :
ü Penyakit
liver kronis yang terdiri dari:
-
Spider
naevi
-
Jari tubuh (finger clubbing)
-
Ikterus
-
Hepatosplenomegali
dan asites
-
Memar kulit
ü Sirosis
hepatis
ü Gagal
hati
ü Karsinoma
hepatoseluler
Hepatitis berat jarang
terjadi dalam infeksi hepatitis C, namun sering kali terjadi sebagai infeksi
penyerta hepatitis A. penularan vertical (in
utero atau peripartum) adalah komplikasi carrier hepatitis B infeksius akut Karena dalam situasi ini lebih
dari 90% bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HBV akan menjadi carrier kronis kecuali jika diberi
imunisasi. Mereka kemudian beresiko mengalami sirosis dan karsinoma
hepatoseluler. Resiko terkini penularan hepatitis C secara vertical adalah
sekitar 5-6%, dan berkaitan dengan jumlah virus hepatitis C dalam aliran darah
ibu selama kehamilan dan pelahiran.
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
A.
Identitas Pasien
Meliputi
: Nama, Usia (bisa terjadi pada
semua usia), Alamat, Agama, Pekerjaan, Pendidikan.
B.
Riwayat Kesehatan
·
Keluhan utama
Penderita datang untuk berobat dengan keluhan
utama tiba-tiba tidak nafsu makan, malaise, demam (lebih sering pada HVA). Rasa
pegal linu dan sakit kepala pada HVB.
·
Riwayat penyakit sekarang
Gejala awal yang terjadi tidak nafsu makan,
malaise, demam (lebih sering pada HVA). Rasa pegal linu dan sakit kepala pada
HVB.
·
Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui gangguan apa saja yang dirasakan ketika
mengalami menstruasi, misalnya nyeri hebat, sakit kepala sampai pingsan, atau
keadaan mudak tersinggung (emosional meningkat). Gangguan yang dialami pasien
dapat menunjuk kepada diagnosis tertentu.
·
Riwayat kehamilan dan persalinan
Untuk mengetahui adanya masalah-masalah persalinan kehamilan dan
nifas yang lalu. Pertanyaan ini mempengaruhi prognosa persalinan dan persiapan
persalinan yang lampau.
·
Riwayat nifas
Untuk mengetahui adakah penyakit atau kelainan pada masa nifas
yang lalu (perdarahan, feloris).
·
Riwayat kelahiran anak
-
Berat
bayi sewaktu Lahir : untuk mengetahui kondisi bayi apakah sehat atau mengalami
trauma lahir dimana hal ini terjadi karena trauma pada bayi akibat tekanan
mekanik (seperti kompresi dan traksi) selama proses persalianan Kejadian ini
terjadi pada berat badan bayi lebih dari 4.500 gram.
-
Kelainan
bawaan bayi untuk dapat segera melakukan tindakan preventif pada bayi agar tidak
memperparah kondisi.
-
Jenis
kelamin bayi untuk mengetahui jenis kelamin bayi sebagai dokumentasi.
-
Status
bayi yang dilahirkan : hidup atau mati Bila bayi hidup, bagaimana keadaannya
sekarang Bila meninggal, apa penyebab kematiannya
·
Riwayat penyakit masa lalu
Riwayat
kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya, missal
apakah penyakit tersebut parah/tidak, apakah sudah dilakukan tindakan pada
penyakit tersebut, dll. Informasi ini penting untuk melihat kemungkinan yang
dapat terjadi pada ibu hamil dan mengupayakan pencegahan dan penanggulangannya.
·
Riwayat penyakit keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan,
riwayat penyakit menular khususnya berkaitan dengan penyakit reproduksi.
3.2 Pemeriksaan Diagnostic
1. laboratorium
a. SGOT/SGPT
Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik
kemudian tampa menurun. SGPT/SGOT merupakan enzim-enzim intra seluler yang
terutama berada di jantung, hati dan jaringan yang rusak, meningkat pada
kerusakan sel hati.
b. Darah Lengkap
(DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup
SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
c.Leukopenia
Trombhositopenia mungkin ada (splenomegali).
d. Diferensia
Darah Lengkap
Leukositosis, Monositosis, Limfosit, Atipikal
dan Sel Plasma.
e. Alkali Phosphatase
Meningkat (kecuali ada kolestasis berat).
f. Feses
Warna tanah liat, Steatorea (penurunan fungsi
hati).
g. Albumin Serum
Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian
besar protein serum di sintesis oleh hati dank arena itu kadarnya menurun pada
berbagai gangguan hati.
h. Gula Darah
Hiperglikemia Transien/ Hiperglikemia
(gangguan fungsi hati).
i. Anti HAV IgM
Positif pada tipe A.
j.
Hbs AG
Dapat positif (tipe B)
atau negative (tipe A).
k.
Masa Protrombin
Mungkin menunjang
(disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang. Meningkat absorpsi
vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
l.
Bilirubin Serum
Diatas 2,5 mg/100 ml
(bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan peningkatan
nekrosis seluler).
m.Tes
eksresi BSP (Bromsulfoptaelin)
kadar darah meningkat.
n.
Biopsy Hati
menunjukkan diagnosis dan
luas nekrosis.
o.
Urinalisa
peningkatan kadar
bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinia terkonjugasi. Karena bilirubin
terkonjugasi larut dalam air, disekresi dalam urin menimbulkan bilirubinia.
2. USG
Membantu dalam perkiraan
beratnya kerusakan parenkin hati.
3.3 Pemeriksaan Fisik
1.
Inspeksi :
Kulit, rambut, muka kuning pucat, konjungtiva anemis,
ikterik hidung dan telinga, payudara simeris apa tidak antara kiri dan kanan,
keadaan putting meninjol apa tidak, perut membesar sesuai usia kehamilan apa
tidak, vulva bersih apa tidak, anus apakah ada haemoroid apa tidak, ekstremitas
atas dan bawah kuning.
2.
Palpasi :
-Leopold
I adalah TFU dalam centimeter, pada fundus kemungkinan teraba pada bagian
kepala, pantat.
-Leopold
II adalah pada dinding perut klien sebelah kiri atau kanan kemungkinan teraba
punggung, anggota gerak atau pantat, kepala.
-Leopold
III adalah bagian terbawa kemuningkinan teraba kepala, pantat ataupun lainnya.
-Leopold
IV adalah bagian terbawah janin telah masuk PAP dan seberapa masuknya dihitung
dengan perlimaan jari.
3.
Auskultasi :
Kemungkinan
dapat terdengar bunyi denyut jantung, frekuensinya teratur atau tidak.
4.
Perkusi :
Kemuningkinan
reflek patella kanan dan kiri positif.
5.
Pemeriksaan ukuran
panggul kemungkinan normal dengan pengukurang jangka panggul.
3.4
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perasaan tidak nyaman pada kuadran
kanan atas.
2. Nyeri b.d
pembengkakan pada hepar.
3. Hipertermia
b.d infasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar.
Komentar
Posting Komentar