INFERTILITAS
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Infertilitas
(kemandulan) adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun melaksanakan hubungan seksual secara teratur dan
tidak menggunakan alat kontrasepsi. (Keperawatan Medikal Bedah)
Infertilitas
adalah ketidakmampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun
behubungan seksual sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi (Strigh B,
2005)
Infertilitas
adalah bila pasangan suami istri, setelah bersenggama secara teratur 2-3 kali
seminggu, tanpa memakai metode pencegahan belum mengalami kehamilan selama satu
tahun (Mansjoer, 2004)
Ketidaksuburan
(infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki
anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam
kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun. (Djuwantono, 2008)
Kesimpulan dari infertilitas adalah suatu kondisi dimana terjadi gangguan
kesuburan pada pasangan suami istri yang sudah menikah, dan belum belum
memiliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual tanpa menggunakan alat
kontrasepsi.
2.2
Klasifikasi
Infertilitas dibagi menjadi 2 bagian, yaitu infertilitas primer dan sekunder. Infertilitas primer terjadi ketika
keadaan istri belum pernah hamil sama sekali, sedangkan infertilitas sekunder
terjadi pada istri yang pernah hamil (Easly, 2013)
2.3
Etiologi
Penyebab infertilitas dapat dibagi menjadi
tiga kelompok, yaitu sepertiga masalah terkait pada wanita (istri), sepertiga pada pria
(suami) dan sepertiga disebabkan oleh factor kombinasi.
Penyebab infertilias pada wanita
A. Faktor
penyakit (El manan, 2011)
1. Endometriosis
Dimana jaringan endometrium yang semestinya berada di
lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat
lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan
myometrium) yang disebut juga adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung
telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit
endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama pada saat
haid dan berhubungan intim, serta -tentu saja-infertilitas.
2. Infeksi
Panggul
Suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi
wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur,
atau dinding dalam panggul. Gejala umum infeksi panggul adalah: nyeri pada
daerah pusar ke bawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual,
nyeri saat berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau
berbau. Infeksi panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas fisik
yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR (alat kontrasepsi dalam
rahim, misalnya: spiral).
3. Mioma
Uteri
Tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan
otot yang ada di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di
lapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri
yang sering menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di
lapisan dalam (lapisan endometrium). Mioma uteri biasanya tidak bergejala.
Mioma aktif saat wanita dalam usia reproduksi sehingga -saat menopause- mioma
uteri akan mengecil atau sembuh.
4. Polip
Suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang
biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh
kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan
pertemuan sperma-sel telur dan lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal
janin akan susah tumbuh.
5.
Kista
Suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh
selaput (membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh
manusia. Terdapat berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda
terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak
semua kista harus dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar untuk
tindakan operasi. Jenis kista yang paling sering menyebabkan infertilitas
adalah sindrom ovarium polikistik. Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak
haid), hirsutism (pertumbuhan rambut yang berlebihan, dapat terdistribusi
normal maupun tidak normal), obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung
telur. Penyakit ini disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi
reproduksi wanita.
6. Saluran
telur yang tersumbat
Menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan sel
telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah
dengan HSG (Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan röntgen (sinar
X) untuk melihat rahim dan saluran telur.
7. Kelainan
pada sel telur
Mengakibatkan infertilitas yang umumnya
merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi). Delapan
puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik.
Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal
memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama haid
antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di luar itu semua, maka
sebaiknya beliau memeriksakan diri ke dokter.
B. Faktor fungsional (Ida bagus, 2010)
1. Gangguan
system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan (immunologis)
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
2. Gangguan
pada pelepasan sel telur (ovulasi).
Ovulasi atau proses pengeluaran sel telur dari
ovarium terganggu jika terjadi gangguan hormonal. Salah satunya adalah
polikistik. Gangguan ini diketahui sebagai salah satu penyebab utama kegagalan
proses ovulasi yang normal. Ovarium polikistik disebabkan oleh kadar hormon
androgen yang tinggi dalam darah. Kadar androgen yang berlebihan ini mengganggu
hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dalam darah. Gangguan kadar hormon
FSH ini akan mengkibatkan folikel sel telur tidak bisa berkembang dengan baik,
sehingga pada gilirannya ovulasi juga akan terganggu.
3. Gangguan
pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran telur) Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat
lendir yang dapat memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir
terganggu, maka perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam rahim,
yang berperan adalah gerakan di dalam rahim yang mendorong sperma bertemu
dengan sel telur matang. Jika gerakan rahim terganggu, (akibat kekurangan
hormon prostaglandin) maka gerakan sperma melambat. Terakhir adalah gangguan
pada saluran telur. Di dalam saluran inilah sel telur bertemu dengan sel
sperma. Jika terjadi penyumbatan di dalam saluran telur, maka sperma tidak bisa
membuahi sel telur. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit
salpingitis, radang pada panggul (Pelvic Inflammatory Disease) atau penyakit
infeksi yang disebabkan oleh jamur klamidia.Kelainan pada uterus, misalnya
diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma
uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk
perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang. Kelainan tuba falopii
akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi
sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.
4. Gangguan
implantasi hasil konsepsi dalam Rahim.
Setelah sel telur dibuahi oleh sperma dan
seterusnya berkembang menjadi embrio, selanjutnya terjadi proses nidasi
(penempelan) pada endometrium. Perempuan yang memiliki kadar hormon progesteron
rendah, cenderung mengalami gangguan pembuahan. Diduga hal ini disebabkan oleh
antara lain karena struktur jaringan endometrium tidak dapat menghasilkan
hormon progesteron yang memadai.
Penyebab
infertilitas pada laki-laki (suami) elmanan
A.
Kelainan pada alat kelamin
1.
Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara
lain pada permukaan testis.
2.
Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam
kandung kemih.
3.
Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh
zakar terlalu besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa berkurang
yang berarti mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan.
4.
Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga
tidak turun.
B.
Kegagalan fungsional (idabagus)
1.
Kemampuan ereksi kurang.
2.
Kelainan pembentukan spermatozoa
3.
Gangguan pada sperma.
4.
Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular).
Gangguan
biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan
hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis dalam menghasilkan
hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat terganggu serta
mempengaruhi spermatogenesis dan keabnormalan semen Terapi yang bisa dilakukan
untuk peningkatan testosterone adalah dengan terapi hormon.
5.
Gangguan di daerah testis (testicular).
Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan
fisik, atau infeksi. Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang
dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi,
testis sebagai “pabrik” sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu
tubuh, yaitu 34–35 °C, sedangkan suhu tubuh normal 36,5–37,5 °C. Bila suhu
tubuh terus-menerus naik 2–3 °C saja, proses pembentukan sperma dapat
terganggu.
6.
Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular).
Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat
disalurkan dengan lancar, biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa
jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit -seperti tuberkulosis (Tb)-,
serta vasektomi yang memang disengaja.
7.
Tidak adanya semen.
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju
vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi).
Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau? kecelakaan yang memengaruhi
tulang belakang.
8. Kurangnya hormon testosterone.
Kekurangan
hormon ini dapat mempengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma.
Penyebab infertilitas pada suami istri
A.
Gangguan pada hubungan seksual.
Frekuensi
senggama yg tidak memadai, waktu senggama yang buruk, perkembangan antibody
terhadap sperma pasangan serta kesalahan teknik senggama dapat menyebabkan
penetrasi tak sempurna ke vagina, impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus,
kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik seperti hipospadia, epispadia,
penyakit Peyronie. (Stritgh B, 2005)
B. Faktor
psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri).
1.
Kecemasan
Pengalaman – pengalaman
membuktikan, bahwa unsur ketakutan serta kecemasan berkaitan dengan fungsi
reproduksi yang menimbulkan dampak yang merintangi tercapainya orgasme pada
koitus. (Kartono, 2007)
2.
Stress
Masalah tertekan karena
social ekonomi stabil salah satu penyebab stress yg dapat memicu pengeluaran
hormone kortisol yg mempengaruhi pengaturan homon reproduksi
3.
Pendidikan
Pengetahuan yg kurang
terhadap infertilitas juga dapat menjadi pemicu factor – factor penyebab infertilitas
2.4
Patofisiologi
A.
Patofisiologi pada wanita
Beberapa
penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan stimulasi
hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat
sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain
yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan
bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas,
diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan
tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus
menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi
fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel.
Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi
infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak
lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan
infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi
sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi
berlanjut perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot
yang berujung pada abortus.
B.
Patofisiologi pada pria
Abnormalitas androgen dan
testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis yang
mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran
yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan
obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma dan
penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang
mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt
misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria
yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.
2.1
Manifestasi
klinis
Pada dasarnya, gejala - gejala kemandulan bisa berupa tidak
kunjung hamil, serta reaksi emosional, baik dari pihak istri, suami, maupun keduanya lantaran tidak memiliki anak.
Kemandulan tidak menyebabkan penyakit fisik, tetapi psikisnya terhadap
suami, istri, maupun keduanya bisa sangat berat. Pasangan tersebut mungkin akan
menghadapi masalah pernikahan, termasuk percerairan, depresi, dan kecemasan.
A.
Pada wanita
1.
Terjadi
kelainan system endokrin
2.
Hipomenore dan
amenore
3.
Diikuti dengan
perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan masalah pada aksis
ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik
4.
Wanita dengan
sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak berkembang,dan
gonatnya abnormal
5.
Wanita infertil
dapat memiliki uterus
6.
Motilitas tuba
dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi, atau
tumor
7.
Traktus
reproduksi internal yang abnormal
B. Pada pria
1.
Riwayat
terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi,
rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
2.
Status gizi dan
nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
Riwayat infeksi genitorurinaria
3.
Hipertiroidisme
dan hipotiroid
4.
Tumor hipofisis
atau prolactinoma
5.
Disfungsi
ereksi berat
6.
Ejakulasi
retrograt
7.
Hypo/epispadia
8.
Mikropenis
9.
Andesensus
testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
10. Gangguan
spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk dan
motilitas sperma)
11. Hernia
scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
12. Varikhokel
(varises pembuluh balik darah testis)
13. Abnormalitas cairan semen
2.2 Pemeriksaan penunjang
A.
Pemeriksaan kesuburan wanita
1.
Memeriksa adanya ovulasi
a.
Grafik suhu, ovulasi biasa disertai dengan naiknya suhu tubuh.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan suhu tubuh setiap pagi pada waktu bangun
tidur.
b.
Pemeriksaan Hormonal, semua proses ovulasi dikendalikan oleh hormone. Dan
tingkat kesuburan wanita dapat diketahui melalui hormone-hormon utama, seperti
: LH dan FSH, prolaktin, estradiol, progesterone
c.
USG, dan Biopsi endometrium untuk pemeriksaan kondisi indung telur.
2.
Memeriksa kondisi internal rahim
a.
Tes Insuflasi Ruba atau Tes Rubin, untuk memeriksa kemungkinan adanya
sumbatan pada saluran telur. Caranya yaitu dengan meniupkan gas karbon dioksida
dengan alat khusus kesaluran telur lewat rahim, kemudian tekanan gas diukur.
b.
Laparoskopi, untuk memeriksa kemungkinan sumbatan pada saluran telur,
dengan cara menyuntikkan zat pewarna khusus pada rahim.
c.
HSG (Histerosalfingografi), modifikasi dari cara laparoskopi dengan
menggunakan sinar x.
d.
Histeroskopi, untuk mendeteksi adanya fobroid dengan menggunakan
teleskop, berupa tabung fiberglass yang lentur brisi lampu dan lensa untuk
memeriksa rongga-rongga didalam tubuh, yang dimasukkan melalui vagina.
3.
Pemeriksaan Kesuburan Pria
a.
Hitung sperma
b.
Pemeriksaan Kesuburan Pasangan
a.
Tes Pasca-sanggama, untuk melihat apakah adanya lendir leher rahim yang
bersifat melawan sperma atau tidak.
2.3 Penatalaksanaan
Seperti dikemukakan bahwa suami sebaiknya diperiksa
terlebih dahulu dan dinyatakan sehat rohani dan jasmani, oleh karena kehamilan
hanya mungkin terjadi bila suami benar sehat dengan kemampuan menunaikan tugas
dengan baik.
Adapun
pengobatan dalam infertilitas antara lain:
1.
Pemberian antibiotic
Pemberian antibiotik diberikan pada
pria yang memiliki gangguan infeksi traktus genitalis yang menyumbat vas
deferens atau merusak jaringan testis.
2.
Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan
pada pasien mioma dan tuba yang tersumbat. Tindakan pembedahan ini akan
meninggalkan parut yang dapat meyumbat atau menekuk tuba sehingga akhirnya
memerlukan pembedahan untuk mengatasinya.
3.
Terapi
Terapi dapat dilakukan pada
penderita endometriosis. Terapi endometriosis terdiri dari menunggu sampai
terjadi kehamila sendiri, pengobatan hormonal,atau pembedahan konservatif.
4.
Tindakan pembedahan /operasi
Varikokel.
Tindakan yang saat ini dianggap
paling tepat adalah dengan operasi berupa pengikatan pembuluh darah yang
melebar (varikokel) tersebut. Suatu penelitian dengan pembanding menunjukkan
keberhasilan tindakan pada 66 % penderita berupa peningkatan jumlah sperma dan
kehamilan, dibandingkan dengan hanya 10 % pada kelompok yang tidak dioperasi.
5.
Memberikan suplemen vitamin
Infertilitas yang tidak diketahui
penyebabnya merupakan masalah bermakna karena meliputi 20 % penderita.
Penanggulangannya berupa pemberian beberapa macam obat, yang dari pengalaman
berhasil menaikkan jumlah dan kualitas sperma. Usaha menemukan penyebab di
tingkat kromosom dan keberhasilan manipulasi genetik tampaknya menjadi titik
harapan di masa datang
6.
Tindakan operasi pada penyumbatan di
saluran sperma
Bila sumbatan tidak begitu parah,
dengan bantuan mikroskop dapat diusahakan koreksinya. Pada operasi yang sama,
dapat juga dipastikan ada atau tidaknya produksi sperma di buah zakar.
7.
Menghentikan obat-obatan yang diduga
menyebabkan gangguan sperma.
8.
Menjalani teknik reproduksi bantuan
Dalam hal ini adalah inseminasi
intra uterin dan program bayi tabung. Tindakan inseminasi dilakukan apabila ada
masalah jumlah sperma yang sangat sedikit atau akibat masalah antobodi di mulut
rahim. Pria dengan jumlah sperma hanya 5-10 juta/cc (dari normal 20 juta) dapat
mencoba inseminasi intra uterin atau program bayi tabung.
2.4 Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk mencegah infertilitas adalah :
A.
Mengobati infeksi di organ ada
berbagai jenis infeksi diketahui menyebabkan infertilitas seperti infeksi
prostat, testis / buah zakar, maupun saluran sperma.
B.
Menghindari rokok karena rokok
mengandung zat-zat yang dapat meracuni pertumbuhan, jumlah dan kualitas sperma.
C.
Menghindari alkohol dan zat adiktif.
Alkohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormon
testosterone yang tentu akan mengganggu pertumbuhan sperma. Ganja /mariyuana
juga dikenal sebagai salah satu penyebab gangguan pertumbuhan sperma.
D. Perubahan
gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi,
tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat.
2.5 Health Education
Syamsir alam dan iwan hadibroto 2007 mengemukakan bahwa health edukasi
dapat dilaksanakan dengan berbagai hal seperti berikut
1.
Pola makan gizi seimbang
Dengan
pola makan gizi seimbang, dapat membantu kesuburan wanita pulih kembali. Missal
nya mineral mikro (Zn, tembaga, selenium) diketahui memegang peran penting
dalam mempertahankan kesehatan reproduktif
2.
Olahraga
Dengan
olahraga dapat menurunkan resiko endometriosis pada kaum wanita juga resiko
fibroid dan sindroma poli kista.
3.
Memperbaiki kualitas hubungan seks
4.
Memperbesar peluang terjadinya kehamilan
Dengan
meningkatkan hubungan seks di masa subur wanita disetiap bulannya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian Keperawatan
1.
Data Demografis
meliputi :
Umur :
sering terjadi pada masa usia subur
Pendidikan
: kurang pengetahuan
Pekerjaan
: pekerjaan berat dan sering terpapar radiasi dan bahan kimia
Alamat :
lingkungan masyarakat rokok
2.
Pengkajian Anamnesa
a.
Pengkajian Anamnesa
Pada Wanita
1)
Riwayat Kesehatan
Dahulu
·
Riwayat terpajan
benda-benda mutan yang membahayakan reproduksi dirumah.
·
Riwayat infeksi
genitorurinaria.
·
Hipertiroidisme dan
hipotiroid, hirsutisme
·
Infeksi bakteri dan
virus ex : toksoplasama
·
Tumor hipofisis
atau prolaktinoma
·
Riwayat penyakit
menular seksual.
·
Riwayat kista.
2)
Riwayat kesehatan
sekarang
·
Endometriosis dan
endometritis
·
Vaginismus (kejang
pada otot vagina)
·
Gangguan ovulasi
·
Abnormalitas tuba
falopi, ovarium, uterus, dan servik.
·
Autoimun.
3)
Riwayat Kesehatan
Keluarga
·
Meliputi riwayat
saudara/keluarga dengan aberasi genetic.
4)
Riwayat Obstetri
·
Tidak hamil dan
melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi.
·
Mengalami aborsi
berulang.
·
Sudah pernah melahirkan
tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi.
b.
Pengkajian Anamnesa
Pada Pria.
1)
Riwayat kesehatan
dahulu meliputi : riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan
reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alcohol, infeksi)
2)
Riwayat infeksi
genitorurinaria, hipertiroidisme dan hipotiroid, tumor hipofisis atau
prolactinoma.
3)
Riwayat trauma,
kecelakaan sehingga testis rusak.
4)
Konsumsi
obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis (simetidin, spironolakton, dan
nitrofurantoin)
5)
Pernah menjalani
operasi yang berefek mengganggu organ reproduksi, contoh : operasi prostat,
operasi tumor saluran kemih.
6)
Riwayat kesehatan
sekarang.
·
Disfungsi ereksi
berat.
·
Ejakulasi
retrograt.
·
Hypo/ epispadia.
·
Mikropenis.
·
Andesensus testis (
testis masih dalam perut/ dalam liat paha)
·
Gangguan
spermatogenesis ( kelainan jumlah, bentuk dan motilitas sperma)
·
Saluran sperma yang
tersumbat.
·
Abnormalitas cairan
semen.
7)
Riwayat Kesehatan
Keluarga
·
Memiliki riwayat
asaudara/keluarga dengan aberasi genetik.
3.2
Pemeriksaan Fisik
Gangguan ovulasi terjadi pada sekitar 15%
pasangan infertilitas dan menyumbang sekitar 40% infertilitas pada perempuan.
Pemeriksaan infertilitas yang dapat dilakukan diantaranya :
1.
Pada wanita
a)
Pemeriksaan ovulasi
1)
frekuensi dan keteraturan menstuasi harus
ditanyakan kepada seorang perempuan. Perempuan yang mempunyai siklus dan
frekuensi haid yang teratur setiap bulannya, kemungkinan mengalami ovulasi.
2)
Perempuan yang memiliki siklus haid teratur dan
telah mengalami infertilitas selama 1 tahun, dianjurkan untuk mengkonfirmasi
terjadinya ovulasi dengan cara mengukur kadar progesteron serum fase luteal
madya (hari ke 21-28)
3)
Pemeriksaan kadar progesteron serum perlu
dilakukan pada perempuan yang memiliki siklus haid panjang (oligomenorea).
Pemeriksaan dilakukan pada akhir siklus (hari ke 28-35) dan dapat diulang tiap
minggu sampai siklus haid berikutnya terjadi
b)
Pemeriksaan kelainan uterus
Pemeriksaan histeroskopi tidak dianjurkan
apabila tidak terdapat indikasi, karena efektifitas pembedahan sebagai terapi kelainan
uterus untuk meningkatkan angka kehamilan belum dapat ditegakkan
c)
Penilaian lendi serviks pasca senggama
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien
dengan infertilitas dibawah 3 tahun.
d)
Penilaian kelainan tuba
1)
Perempuan yang tidak memiliki riwayat penyakit
radang panggul (PID), kehamilan ektopik atau endometriosis, disarankan untuk
melakukan histerosalpingografi (HSG) untuk melihat adanya oklusi tuba.
Pemeriksaan ini tidak invasif dan lebih efisien dibandingkan laparaskopi.
2)
Pemeriksaan oklusi tuba menggunakan
sono-histerosalpingografi dapat dipertimbangkan karena merupakan alternatif
yang efektif.
3)
Tindakan laparoskopi kromotubasi untuk menilai
patensi tuba, dianjurkan untuk dilakukan pada perempuan yang diketahui memiliki
riwayat penyakit radang panggu
2.
Pada laki-laki
Pemeriksaan
fisik pada laki-laki penting untuk mengidentifikasi adanya penyakit
tertentu yang berhubungan dengan infertilitas. Penampilan umum harus
diperhatikan, meliputi tanda-tanda kekurangan rambut pada tubuh atau
ginekomastia yang menunjukkan adanya defisiensi
androgen. Tinggi badan, berat badan, IMT, dan tekanan darah harus diketahui
a)
Palpasi skrotum saat pasien berdiri diperlukan
untuk menentukan ukuran dan konsistensi testis. Apabila skrotum tidak
terpalpasi pada salah satu sisi, pemeriksaan inguinal harus dilakukan.
Orkidometer dapat digunakan untuk mengukur volume testis. Ukuran rata - rata
testis orang dewasa yang dianggap normal adalah 20 ml.
b)
Konsistensi testis dapat dibagi menjadi kenyal,
lunak, dan keras. Konsistensi normal adalah konsistensi yang kenyal. Testis
yang lunak dan kecil dapat mengindikasikan spermatogenesis yang terganggu.
c)
Palpasi epididimis diperlukan untuk melihat
adanya distensi atau indurasi. Varikokel sering ditemukan pada sisi sebelah
kiri dan berhubungan dengan atrofi testis kiri.
Adanya perbedaan ukuran testis dan sensasi seperti meraba “sekantung
ulat” pada tes valsava merupakan tanda- tanda kemungkinan adanya varikokel
d)
Pemeriksaan kemungkinan kelainan pada penis dan
prostat juga harus dilakukan. Kelainan
pada penis seperti mikropenis atau hipospadia dapat mengganggu proses transportasi sperma mencapai bagian proksimal
vagina. Pemeriksaan colok dubur dapat mengidentifikasi pembesaran prostat dan
vesikula seminalis
3.3
Diagnosa Keperawatan
1.
Ansietas berhubungan
dengan ancaman pada status kesehatan, fungsi peran, dan konsep diri.
Definisi : Perasaan tidak
nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom(sumber seingkali
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh indifidu) ; perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang mempeingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan
individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
2.
Gangguan konsep
diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fungsional.
Definisi : perkembangan persepsi negative tentang harga diri sebagai
respon terhadap situasi saat ini.
3.
Gangguan rasa
nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit.
Definisi : Merasa kurang senang, lega, dan sempurna dalam dimensi
fisik, psiko spiritual, lingkungan, dan social.
4.
Resiko
ketidakberdayaan berhubungan dengan infertilitas.
Definisi : beresiko terhadap pengalaman hidup kurang kendali terhadap
situasi, termasuk suatu persepsi bahwa tindakan seseorang tidak secara bermakna
mempengaruhi hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Djuwantono,
T., dkk (2008). Hanya 7 hari Memahami Infertilitas. Bandung : PT Refika
Aditama
Nurarif. H. A, Kusuma. H. (2015) Aplikasi NANDA NIC-NOC jilid 2. Jogjakarta
: Mediaction
Alam Syamsir, H. I. (2007). INFERTIL. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
https://www.academia,edu/8732428/ASUHAN_KEPERAWATAN_INFERTILITAS
jam 21.30, 02 Maret 2017
Komentar
Posting Komentar