PRE-EKLAMPSIA


BAB II
PEMBAHASAN
2.1         Pengertian
·      Pre eklamsia
Pre eklamsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan, yaitu berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi andotel. (Leveno, 2015)
Pre eklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. (Walyani, 2015)
Kriteria minimum : tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria ≥ 300 mh/24 jam atau dipstick ≥ + 1. (Nugroho, 2012)
Diagnosis pre eklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, oedema, hipertensi, dan proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 Kg seminggu berapa kali. Oedema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolic >15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. (Walyani, 2015)
·      Eklamsia
Pre eklamsia yang disertai dengan penyulit kejang klonik-klonik generalisata disebut eklamsia. Setelah eklamsia terjadi, risiko terhadap ibu dan janin cukup besar. Eklamsia paling sering terjadi pada trimester akhir dan menjadi semakin sering ketika mendekati cukup bulan. (Leveno, 2015)
Eklamsia adalah penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan wanita dalam nifas disertai dengan hypertensi, oedema dan proteinuria. (Nugroho, 2012)


2.2         Klasifikasi
·      Pre eklamsia
Pre- eklamsia digolonkan menjadi 2 golongan, yaitu :
a.    Pre-eklamsia ringan
1.    Kenaikan tekanan darah diastolik 15 mmHg atau >90 mmHg dengan 2 kali pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolik sampai 110mmHg.
2.    Kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau < atau mencapai 140 mmHg
3.    Protein urin positif 1, edema umum, kaki, jari tangan dan muka. Kenaikan BB > 1 Kg/mgg.
Kriteria preeklamsi ringan:
ü hipertensi dengan sistolik dan diastolik > 140/90 mmHg
ü protenuria > 300 mg/24 jam atau > 1 + dipstik
ü edema generalisata yaitu pada lengan,muka dan perut
b.    Pre-eklamsia berat
1.    Tekanan diastolik > 110 mmHg, protein urin positif 3, oliguria (urine,5gr/L)
2.    Hiperlefleksia, gangguan penglihatan, nyeri epigastrik, terdapat edema dan sianosis, nyeri kepala,gangguan kesadaran.
kriteria preeklampsi berat :
ü gangguan virus dan serebral
ü nyeri epigastrium pada kuadran pada kuadran kanan abdomen akibat tereganya kapsula glisson
ü edema paru dan sianosis
ü hemolisis mikrongipatik karena meningkatnya enzin laktat dehidrogenesa
ü trombositopenia (trombosit <100.000 mm3)
ü oligohidromnion

·      Eklamsia
Menurut saat terjadinya eklamsia kita mengenai istilah :
1.      Eklamsia antepartum ialah eklamsia yang terjadi sebelum persalinan. Ini yang paling sering terjadi
2.      Eklamsia intrapartum ialah eklamsia sewaktu persalinan.
3.      Eklamsia postpartum ialah eklamsia setelah persalinan.
(Nugroho, 2012)

2.3         Etiologi
·      Pre eklamsia
Sebab pre eklamsia belum diketahui tapi pada penderita yang meninggal karena eklamsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat (nanti akan dibicarakan pada eklamsia), tapi kelainan yang menyertai penyakit ini ialah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coagulasi intravaskuler.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai eklamsia.
Vasospasmus menyebabkan :
1.    Hypertensi
2.    Pada otak : sakit kepala, kejang.
3.    Pada placenta : solution placentae, kematian janin.
4.    Pada ginjal : oliguria, insuffisiensi.
5.    Pada hati : icterus
6.    Pada retina : amourose
(Leveno, 2015)
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologic dari kelainan tersebut sehingga kelainan sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain : peran prostasiklin dan tromboksan.
-       Peran faktor imunologis. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-eklamsia/eklamsia.
-       Peran faktor genetic/familiar. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklamsia/eklamsia pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklamsia/eklamsia. Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre eklamsia/eklamsiadan anak dan cucu hamil dengan riwayat pre eklamsia/eklamsia dan bukan pada ipar mereka. Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS).
-       Faktor predisposisi
·      Molahidatidosa
·      Diabetes mellitus
·      Kehamilan ganda
·      Hidrops fetalis
·      Obesitas
·      Umur yang lebih dari 35 tahun.
·      Eklamsia
Sebab eklamsia belum diketahui benar. Salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa eklamsia disebabkan ischaemia Rahim dan placenta (ischaemia uteroplacentae). Selama kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada mola hydatidosa, hydramnion, kehamilan ganda, mullipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu, diabetes, peredaran darah dalam dinding Rahim kurang, maka keluarlah zat-zat dari placenta atau decidua yang menyebabkan vasospasmus dan hypertensi.
(Leveno, 2015)

2.4         Manifestasi klinis
·      Gejala - Gejala preeklampsi :
1.    Hypertensi : Gejala yang paling dulu timbul ialah hypertensi yang terjadi sekonyong-konyong, sebagai batas diambil tekanan darah 140mmHg (systolis) dan 90 mmHg (dyastolis) tapi juga kenaikan systolis 30 mmHg atau diastolis 15 mmHg diatas tekanan yang biasanya pertanda. Tekanan darah dapat mencapai 180 mmHg (systolis) dan 110 mmHg (dyastolis) tapi jarang mencapai 200 mmHg. Jika tekanan darah mencapai 200 mmHg maka sebabnya biasanya hypertensi essentialis.
2.    Oedema : timbulnya oedema didahului oleh tambah berat badan yang berlebihan. Penambahan berat ½ kg pada seorang yang hamil dianggap normal, tapi kalau mencapai 1 kg seminggu atau 3 kg dalam sebulan preeklampsi harus dicurigai. Pertambahan berat yang seperti ini disebabkan retensi air dalam jaringan dan kemudian baru oedema nampak. Oedema ini tidak hilang dengan istirahat.
3.    Proteinuria : Proteinuria sering diketemukan pada preeklampsi, ternyata karena vasospasmus pembuluh-pembuluh darah ginjal. Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dari hypertensi  dan tambah berat.
4.    Gejala - Gejala Subjektif : perlu ditekankan bahwa hypertensi, tambah berat badan, dan proteinuria yang merupakan gejala-gejala yang terpenting dari preeklampsi tidak diketahui oleh penderita. Karena itu prenatal care sangat penting untuk diagnose dan terapi preeklampsi dengan cepat. Baru pada preeklampsi yang sudah lanjut timbul gejala-gejala subjektif yang membawa pasien ke dokter; yaitu :
-       Sakit kepala yang keras karena vasospasmus atau oedema otak.
-       Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh haemorrhagia atau oedemaatau sakit karena perubahan pada lambung.
-       Gangguan penglihatan : Penglihatan menjadi kabur kadang-kadang pasien bias buta. Gangguan ini disebabkan oleh vasospasmus, oedema atau ablation retinae. Perubahan ini dapat dilihat dengan ophtalmoskop
·      Eklamsia
Eklampsi selalu didahului dengan gejala preeklampsi.
Gejala – Gejala preeklampsi yang berat:
-       Sakit kepala yang keras
-       Penglihatan kabur
-       Nyeri di ulu hati
-       Kegelisahan dan hyperrefleksi sering mendahului serangan kejang.
Menurut Eden gejala tanda-tanda yang muncul pada seorang dengan eklampsi, yaitu :
-       Coma yang lama
-       Nadi diatas 120
-       Suhu diatas 39º C
-       Tensi diatas 200 mmHg (180/110 harus diwaspadai)
-       Lebih dari 10 serangan
-       Proteinuria 10 gram sehari atau lebih
-       Tidak adanya oedema.
-       Jika disertai dengan oliguria dan anuri merupakan gejala yang buruk
Serangan eklampsi dapat di bagi menjadi 4 tingkatan :
1.    Tingkatan Invasi (Tingkat Permulaan)
-       Mata terpaku
-       Kepala dipalingkan ke satu sisi
-       Kejang-kejang halus terlihat pada muka
-       Berlangsung beberapa detik
2.    Tingkat Kontraksi (Tingkat Kejang Tonis)
-          Seluruh badan menjadi kaku
-          Terjadi episthotonus
-          Berlangsung 15 sampai 20 detik
3.    Tingkat Konvulsi (Tingkat Kejang Clonis)
-          Kejang yang kuat hingga pasien bias terlempar
-          Rahang membuka dan menutup begitu juga mata
-          Otot muka dan otot badan berkontraksi dan berelaksasi berulang
-          Lidah dapat tergigit
-          Ludah yang berbuih bercampur darah keluar dari mulut
-          Mata merah
-          Muka biru
-          Berlangsung ±1 menit disertai kejang berangsur berkurang
4.    Tingkat Coma
-          Setelah kejang clonis pasien jatuh coma
-          Berlangsung beberapa menit atau sampai berjam-jam
-          Jika pasien sadar, dia tidak akan ingat sama sekali atas apa yang terjadi (amnesi retrograd)
                
2.5         Patofisiologi
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan prostagladin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiprosidase lemak dan pelepasan renin uterus.   Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tromboksan dan aktivasi agregasi trombosit diposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedngkan aktivitasi / agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati.
Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan  gangguan faal hemostasis. Renin uterus yang dikeluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati dan bersama sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arterior menyempit. Lumen arterior yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah . Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhan sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospesme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldesteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskuler akan menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ – organ tubuh diantaranya otak, darah, paru – paru, hati/liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya edema selebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi endiotolosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan, sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik paru – paru LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontraksi pembuluh darah menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan diaknoa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsorsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya odema sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arterior pada ginjal akan menyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oliguri atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin, permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria.
Pada mata, akan terjadi pasmus arteriola selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia/ anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya intra uterin growth retaldation serta memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin. Hipertensi akan merangsang medula oblangata dan sistem saraf parasimpatis akan merangsang medula oblangata dan sistem saraf parasimpatis akan meningkat. Penigkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrontestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrontinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCI meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan ketidak seimbangan nutrisi kursng dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat . terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat lelah,lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intorelansi aktivitas.   Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajang informasi dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan. (Sukarni & Sudarti, 2014)


2.6    Pathway        



2.7         Komplikasi
·      Pre eklamsia
Preeklamsia , kejang meningkat kemungkinan mortalitas maternal 10 kali lipat. Penyebab kematian maternal karena eklamsia adalah kolaps sirkulasi (henti jantung, edema pulmo, dan syok) perdarahan serebral dan gagal ginjal.
-       Kejang meningkat kemungkinan kematian fatal 40 kali lipat, biasanya disebabkan oleh hipoksia, asidosis dan asolisio plasenta.
-       Kebutaan atau paralisis dapat terjadi karena lepasnya retina atau perdarahan intrakarnial.
-       Perdarahan post partum.
-       Toksin delirium.
-       Luka karena kejang, berupa laserasi bibir atau lidah dan fraktur vertebra.
-       Aspirasi pneumonia.
              Komplikasi jangka panjang.
-       40% sampai 50% pasien dengan preeklamsia berat atau eklamsia memiliki kemungkinan kejadian yang sama pada kehamilan berikutnya.
-       Hipertensi permanen, terjadi pada 30% sampai 50% pasien dengan preeklamsia berat dan eklamsia.
·      Eklamsia
-       Edema paru
Edema paru setelah eklamsia biasanya terjadi pasca partume dan biasanya disebabkan oleh edema akibat peningkatan permiabilitas kapiler paru, edema kardio gemik, atau keduannya. Pemberian cairan intra vaskular secara tidak berlebihan dan menghindari agen yang mengembangkan volume dapat membatasi komplikasi ini. Yang lebih jarang, aspirasi isilambung dapat terjadi dan menyebabkan cidera paru.
-       Kebutaan
Pada sekitar 10% wanita, beberapa derajat kebutuhan akan mengikuti kejang eklamsia. Paling sedikit terdapat 2 penyebab : (1) pelepasan retina dengan berbagai derajat dan (2) iskemia, infak, atau edema lobus oksipitalis. Baik akibat patologi serebral atau pun retina, pronosis kembalinya penglihatan yang normal baik dan biasanya sempurna dalam seminggu.
-       Gangguan setatus neurologis persisten
Sekitar 5% wanita akan mengalami kesadaran yang terganggu, termasuk koma persisten yang terjadi setelah kejang. Hal ini disebabkan oleh edema serebral yang luas, dan herniasi unkus transtentorial dapat menyebabkan kematian pada wanita tersebut.
-       Kematian
Pada beberapa wanita dengan eklamsia, kematian mendadak terjadi secara bersamaan dengan kejang atau terjadi segera sesudahnya. Hal ini disebabkan oleh perdarahan serebral massif. Hemiplegia dapat terjadi akibat perdarahan supletal. Perdarahan serebral lebih mungkin terjadi pada wanita yang berusia lebih tua dengan hipertensi kronik yang mendasarinya. Robeknya aneurisma berry atau mal formasi arteriovenosa adalah penyebab yang jarang. 
(Walyani, 2015)
2.8         Pemeriksaan diagnostik
1.      pemeriksaan kadar beta hCG: pada mola terdapat peningkatan kadar beta Hcg darah atau urin.
2.      uji sonde : sonde (penduga rahim) dimasukan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri.
3.      Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tilang-tilang tulang janin (pada kehamilan 3-4 bulan )
4.      Ultrasonografi: pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak terlihat janin
5.      Foto thoraks : pada gambaran emboli udara
6.      Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotokkosis

2.9         Penatalaksanaan
·      Pre Eklampsia
Untuk medeteksi manifestasi dini praeklampsia perlu dilakukan kunjungan prenatal yang teratur terutama pada trimester ketiga kehamilan. Pada setiap kunjungan prenatal, tekanan darah wanita tersebut harus diukur, urinnya harus dipriksa untuk menemukan adanya protein, ia juga harus diperiksa untuk menemukan adanya edema dan berat badannya ditimbang, wanita hamil harus didorong untuk datang ke perawatan prenatal sedini mungkin dimasa kehamilan. wanita tersebut harus diperiksa setiap minggu sehingga tekanan darahnya tetap terpantau. (safe motherhood, modul eklampsia).
1.      Jika tekanan darah diastolik berkisar 80-90 mmHg/naik kurang dari 15 mmHg dan tidak ditemukan roteinuria, wanita tersebut diizinkan untuk tinggal dirumah dan dianjurkan untuk beristirahat sebanyak mungkin, ia harus kembali keklinik setiap minggu.
-       Periksa tekanan darah
-       Periksa urine untuk menemukan adanya protein
-       Timbang berat badan pasien
-       Periksa untuk menemukan adanya edema
-       Singkirkan gejala-gejala preeklampsia berat
-       Pantau pertumbuhan janin,tanyakan ibu tentang gerakan bayi
-       Periksa denyut jantung janin
2.      Jika tekanan darah diastolik 90 mmHg / meningkat lebih dari 15 mmHg ,jika ada gejala praeklampsia berat,jika ditemukan adanya pertumbuhan buruk pada janin ,wanita tersebut harus massuk ke rumah sakit untuk diobservasi dan diberikan penatalaksanaan.
-       Biarkan wanita tersebut beristirahat diruang yang tenang
-       Periksa tekanan darah setiap 4 jam (setiap 2 jam bila keadaannya sangat parah )
-       Lakukan peemeriksaan protein uri dua kali sehari
-       Pantau frekuensi jantung janin 2 kali sehari
-       Timbang berat badan wanita tersebut 2 kali seminggu jika mungkin
-       Berikan sedasi (misalnya : diazepam)
-       Berikan obat antihipertensi hanya jika tekanan diastoliknya 110 mmHg /lebih dan harus sesuai dengan perintah dokter.
·      Eklampsia
Saat menangani pasien yang mengalami eklampsia, peserta didik harus ingat bahwa wanita tersebut mungkin juga menderita malaria serebral, meningitis, septikemia
Kejang eklamptik dapat dimulai sebelum, selama, setelah melahirkan. penatalaksanaan sama untuk setiap kasus ,tetapi jika pasien belum melahirkania harus dibantu melhirkan secepat mungkin. (safe motherhood, modul eklampsia)
Penatalaksanaan eklampsia meliputi enam langkah :
-       Memastikan bahwa wanita tersebut dapat bernafas.
-       Mengendalikan kejang
-       Mengendalikan tekanan darah
-       Mengendalikan keseimbangan cairan
-       Melahirkan bayi
-       Memantau dengan seksama untuk mencegah kejang lanjutan dan mengidentifikasi komplikasi.
Hal ini dapat dicapat dalam empat langkah :
-       Hadapkan tubuh wanita tersebut kesalah satu sisi ( posisi semi prone) sehingga lendir /saliva dapat keluar,karena dengan napas yag dalam ada kemungkinan terjadi.Bahaya inhalasi lendir /saliva .
-       Bersihkan mulut dan lubang hidung secara perlahan dan keluarkan secret.
-       Bersihkan oksigen dan lanjutkan selama lima menit setelah kejang.
-       Dampingi pasien untuk memastikan bahwa:
§  Jalan nafas tetap bersih
§  Cedera telah dicegah selma tahap klonik


Mengendalikan kejang
Ada 2 cara magnesium sulfat /diazepam.
§  Magnesium sulfat : untuk dosis pertama berikan injeksi IV magnesium sulfat 4 g (20 ml dari 20%) secara perlahan, jangan diberikan dalam bentuk lobus.
Dosis magnesium sulfat 4 g dapat diberikan setiap 4 jam, tetapi sebelumnya periksa bahwa :
-       Haluaran urine sedikitnya 100 ml / 4 jam
-       Terdapat refleksi lutut
-       Frekuensi napas seikitnya 16 x/menit
§  Diazepam diberikan dosis IV 10 mg diazepam. kemudian dosis IV 10 mg setiap 4-6 jam (maksimum 100 mg/24 jam) (safe motherhood, modul eklampsia)

Mengendalikan tekanan darah
Antihipertensi
§  Penatalaksanaan ini dapat diberikan untuk eklampsia / praeklampsia berat.
§  Penatalaksanaan harus dimulai jika tekanan darah diastolik mencapai 110 mmHg / lebih.
§  Berikan IV hydralazine 5 mg secara perlahan setiap 20 menit.
§  Pantau tekanan darah (safe motherhood,modul eklampsia)

Mengendalikan keseimbagan cairan
§  Pasang kateter urine indwelling dengan sistem drainase terbuka untuk mengukur haluaran urine. catat setiap 4 jam
§  Pasien harus mendapatkan natrium laktat / 5% dektrosa dalam air (DW) dengan kecepatan 60 ml sampai 125 ml/jam kecuali jika kehilangan cairan yang tidak biasa akibat muntah, diare, perdarahan saat melahirkan (safe motherhood, modul eklampsia)
Melahirkan bayi :
a)    Eklampsia sebelum persalinan / dalam fase laten:
§  Persalinan akan diinduksi dengan pemecahan ketuban dan pemberian oksitoksin hanya jika:
-       Serviks sudah sangat matang (pendarahan hampir penuh,dilatasi 2-3 cm)
-       Janin nrmal/ukurannya kecil
-       Ukuran pelvis terlihat normal melalui pemeriksaan dalam
§  Tidak ada kontra indikasi untuk jalan keluar kelahiran pervagina (safe motherhood, modul eklampsia)
-       Sesio secar akan dilakukan :
-       Persalinan aktif tidak brlangsung dalam 4 jam induksi
b)   Eklampsia fase aktif dalam kala satu persalinan :
§  Persalinan langsung dengan cepat (dalam garis waspada pada partograf/disebalah kiri)
§  Tidak ada kontra indikasi untuk kelahiran pervaginam.
c)    Eklampsia pada kala dua persalinan
§  Hindar pembrian ergometrine pada kala ketiga karena obat ini dapat mengakibatan peningkatan tekanan darah
§  Berikan oksitoksin 10 IU IM

Setelah melahirkan
a.       Observasi dengan seksama (safe motherhood,modul eklampsia)
Penatalaksanaan dan asuhan keperawatan :
a)    Apabila resiko preeklampsia rendah : pedoman antenatal NICE menganjurkan pengkajian tekanan darah proteinuria pada usia 16,28,34,36,38,41 minggu pada ibu pra, dengan kunjungan tambahan diminggu 25 dan 31 untuk ibu nulipara


b)   Pengukuran tekanan darah : ketika mengukur tekanan darah dalam kehamilan
c)    Pengukuran proteinuria : dipstik urin tetap menjadi metode pilihan untuk pengkajian proteinuria
d)   Apabila terjadi tanda-tanda preeklampsia bidan harus merujuk ke rs/dokter obstetrik.
e)    Dukungan psikologis
f)    Tekanan darah : terapi IV mungkin saja dibutuhkan
g)   Keseimbangan cairan : kseimbangan cairan diperlukan pemantauan tekanan vena sentral invasif
h)   Profilaksis eklampsia : magnesium sulfat mungkin digunakan dalam peripartum (patologi pda kehamilan).

2.10     Pencegahan
Pre eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan ynag berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk mencegah kejadian Pre eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan: 
§  Diet-makanan 
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari.
§  Cukup istirahat 
Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring kearah kiri sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan. 
§  Pengawasan antenatal (hamil) 
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian: 
1)    Uji kemungkinan Pre eklampsia: 
a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya 
b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri 
c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema 
d) Pemeriksaan protein dalam urin 
e) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum dan pemeriksaan retina mata. 
2)   Penilaian kondisi janin dalam rahim. 
a) Pemantauan tinggi fundus uteri 
b) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban 

2.11     Discharge Planning
1.    Segera periksakan ke dokter jika sudah mengetahui hamil, untuk mengetahui secara dini apakah ada gejala penyakit yang menyertai.
2.    Mencegah dan kenali gejala terjadinya pre-eklampsi dan eklampsi
3.    Diet makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak; kurang garam apabila berat badan bertambah atau edema; makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna (Sehat-Bergizi-Aman-Seimbang); untuk menambah jumlah protein ditambah satu butir telur setiap hari.
4.    Lakukan pemeriksaan antenatal secara rutin.
5.    Istirahat yang cukup sesuai bertambahan usia kehamilan.
6.    Bila dalam keadaan yang meragukan segeralahperiksa ke dokter.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1    Pengkajian
a.    Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35 tahun, Jenis kelamin.
b.    Riwayat Kesehatan
1.    keluhan Utama : biasanya  klirn dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit kepala
2.    Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
3.    Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM.
4.    Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
5.    Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan.
6.    Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
c.    Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.
d.    Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping.  Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan kontrasepsi
e.    Pola aktivitas sehari-hari
§  Aktivitas
Gejala : biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-.
Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
§  Sirkulasi
Gejala : biasanya terjadi penurunan oksegen.
§  Abdomen
Gejala :
-       Inspeksi : biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, apakah adanya sikatrik bekas operasi atau tidak.
-       Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema.
a)    Leopold I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba massa besar, lunak, noduler.
b)   Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin di sebelah kanan.
c)    Leopold III : biasanya teraba masa keras, terfiksir.
d)   Leopold IV : biasanya pada  bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul
-       Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
-       Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM (jika refleks +)
§  Eliminasi
Gejala : biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria
§  Makanan / cairan
Gejala : biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah-muntah.
Tanda : biasanya nyeri epigastrium,
§  Integritas ego
Gejala : perasaan takut.
Tanda : cemas
§  Neurosensori
Gejala : biasanya terjadi hipertensi
Tanda : biasanya terjadi kejang atau koma
§  Nyeri / kenyamanan
Gejala : biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan penglihatan.
Tanda : biasanya klien gelisah,
§  Pernafasan
Gejala : biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor.
Tanda : biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak.
§  Keamanan
Gejala : apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
§  Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus
f.     Pemeriksaan Fisik
a)    Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
b)   Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
c)    Pemeriksaan Fisik (Persistem)
§  Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang dari 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas,  krekes mungkin ada, adanya edema paru hiper refleksia klonus pada kaki.
§  Sistem cardiovaskuler
-       Inspeksi : apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.
-       Palpasi  :
Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD, melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan
Nadi : biasanya nadi meningkat atau menurun.
Leher : apakah ada bendungan atau tidak  pada Pemeriksaan Vena Jugularis, jika ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin
-       Auskultasi : untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan janin melemah.
§  System reproduksi
-       Dada
Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada payudara.
-       Genetalia
Inspeksi adakah pengeluaran pervagina berupa lendir bercampur darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak.
-       Abdomen
Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi edema, periksa bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus
§  Sistem integument perkemihan
-       Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat gangguan filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal menurun).
-       Oliguria
-       Proteinuria
§  Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
§  Sistem Pencernaan
Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri atas), anoreksia, mual dan muntah.
g.    Pengelompokan Data
§  Data Subyektif
-       Biasanya ibu mengeluh Panas
-       Biasanya  ibu mengeluh sakit dan nyeri kepala
-        Biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin
-       Biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya ^
-       Skala nyeri (2-4) ^
-       Biasanya ibu mengatakan kurang nafsu makan
-       Biasanya ibu sering mengeluh mual muntah
-       Biasanya ibu sering bertanya tentang penyakitnya
-       Biasanya ibu sering mengungkapkan kecemasan ^
§  Data Obyektif
-       Biasanya teraba panas ^
-       Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan ^
-       Biasanya ibu tampak kejang
-       Biasanya ibu tampak lemah, konjungtiva anemis
-       Biasanya penglihatan ibu kabur
-        Biasanya klien tampak cemas dan gelisah ^
-       Biasanya klien tampak kurus
-       Tonus otot perut tampak tegang
-       Biasanya DJJ bayi cepat >160
-       aktivitas janin menurun
h.    Pemeriksaan Penunjang
§  Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
§  USG : untuk mengetahui keadaan janin
§  NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

3.2    Diagnosa keperawatan
1.      Gangguan pertukaran gas
Definisi : kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar – kapiler.
2.      Kelebihan volume cairan
Definisi : peningkatan retensi cairan isotonik.

3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup unuk memenuhi kebutuhan metabolic

4.      Nyeri ikut
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the study of Pain) : kaitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan
5.      Perubahan perfusi jaringan perifer
6.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
7.      Konstipasi


DAFTAR PUSTAKA

.Leveno, K. J. (2015). Manual Komplikasi Kehamilan Williams. Jakarta: EGC.
Nugroho, T. (2012). Patologi Kebidanan . Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: MediAction.
Sukarni, I., & Sudarti. (2014). PATOLOGI kehamilan, persalinan, nifas dan neonatus resiko tinggi. yogyakarta : Nuha Medika.
Walyani, E. S. (2015). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal . Yogyakarta: Pustaka Baru.

 


Komentar