ASKEP ABORTUS

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Definisi
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Walyani, 2014).
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu dianggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru sofian, 2012).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar. Anak baru lahir hidup di dunia luar jika beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu. (Prawiroharjo, S, 2002)
Abortus adalah terhentinya kehamilan sebelum minggu ke 20 (di hitung dari hari pertama menstruasi terakhir). Definisi lain menyebutkan abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi dengan berat <500 gram. (Dr, Taufan Nugroho, 20012).
Abortus (keguguran) merupakan salah satu penyebab perdarahan yang terjadi pada kehamilan trimester pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan atau kehamilan terus berlanjut. Secara klinis, 10-15% kehamilan yang terdiagnosis berakhir dengan abortus (Wiknjosastro, 2006). 
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20 minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat per vagina, pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin. Pada abortus septik, perdarahan per vagina yang banyak atau sedang, demam (menggigil), kemungkinan gejala iritasi peritonium, dan kemungkinan syok. (K. Sukarni, 2013).

2.2   Etiologi
Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa sebab diantaranya :
1.    Faktor genetik
Sekitar 5 % abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16. Penyebab yang paling sering menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi pada trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik.
2.    Faktor anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15 % wanita dengan abortus spontan yang rekuren.
a.   Lesi anatomi kogenital yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus bersepta). Duktus mullerian biasanya ditemukan pada keguguran trimester kedua.
b.  Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah endometrium.
c.  Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma, danendometriosis.
3.    Faktor endokrin:
a.     Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20 % kasus.
b.  Insufisiensi fase luteal (fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak cukupnya produksi progesteron).
c.   Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikistik ovarium merupakan faktor kontribusi pada keguguran. (Kenneth J. Leveno, 2013)
4.    Faktor infeksi
Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin sering dihubungkan dengan abortus spontan berulang. Organisme-organisme yang sering diduga sebagai penyebab antara lain Chlamydia, Ureaplasma, Mycoplasma, Cytomegalovirus, Listeria monocytogenes dan Toxoplasma gondii. Infeksi aktif yang menyebabkan abortus spontan berulang masih belum dapat dibuktikan. Namun untuk lebih memastikan penyebab, dapat dilakukan pemeriksaan kultur yang bahannya diambil dari cairan pada servikal dan endometrial. (Kenneth J. Leveno, 2013 )
5.    Faktor imunologi
Terdapat antibody kardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah dibelakang ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurangnya aliran darah dari ari-ari tersebut. Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang antara lain: antibodi antinuklear, antikoagulan lupus dan antibodi cardiolipin. Adanya penanda ini meskipun gejala klinis tidak tampak dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang. Inkompatibilitas golongan darah A, B, O, dengan reaksi antigen antibodi dapat menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan histamin mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan fragilitas kapiler. (Keneth J. Leveno, 2013)
6.    Penyakit-penyakit kronis yang melemahkan
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan ibu, misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan abortus; sebaliknya pasien penyakit tersebut sering meninggal dunia tanpa melahirkan. Adanya penyakit kronis (diabetes melitus, hipertensi kronis, penyakit liver/ ginjal kronis) dapat diketahui lebih mendalam melalui anamnesa yang baik. Penting juga diketahui bagaimana perjalanan penyakitnya jika memang pernah menderita infeksi berat, seperti apakah telah diterapi dengan tepat dan adekuat.
7.    Faktor Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar menjadi predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang menyatakan bahwa defisisensi salah satu/ semua nutrien dalam makanan merupakan suatu penyebab abortus yang penting. (Kenneth. J Leveno, 2013) 
8.    Obat-obat rekreasional dan toksin lingkungan.
Peranan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang dianggap teratogenik harus dicari dari anamnesa seperti tembakau dan alkohol, yang berperan karena jika ada mungkin hal ini merupakan salah satu yang berperan. (Kenneth J Leveno, 2013)
9.    Faktor psikologis
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan keadaan mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadap terjadinya abortus ialah wanita yang belum matang secara emosional dan sangat penting dalam menyelamatkan kehamilan. Usaha-usaha dokter untuk mendapat kepercayaan pasien, dan menerangkan segala sesuatu kepadanya, sangat membantu.

2.3  Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jarigan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus, kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, vili korialis belum menembus desidua secara dalam. Jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya pada kehamilan 8 minggu sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan dulu dari pada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya, janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2. Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya : sedikit-sedikit dan berlangsung lama, sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai gumpalan, akibat perdarahan, dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah menurun, tampak anemis dan daerah ujung (akral) dingin. (K. Sukarni, 2013)

2.4  Pathway




2.5  Manifestasi klinis
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20 minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat per vagina, pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin. Pada abortus septik, perdarahan per vagina yang banyak atau sedang, demam (menggigil), kemungkinan gejala iritasi peritonium, dan kemungkinan syok.
Klinis Abortus Spontan
a.    Abortus Imminens (threatened abortion)
Keguguran tingkat permulaan. Keguguran belum terjadi sehingga kehamilan dapat dipertahankan dengan cara : tirah baring di rumah dengan pemberian obat analgesik untuk membantu mengurangi rasa nyeri, gunakan preparat progesteron, tidak berhubungan badan, evaluasi secara berkala dengan USG untuk melihat perkembangan janin. Tanda dan gejalanya :
-          Terdapat keterlambatan datang bulan
-          Terdapat perdarahan per vaginam, disertai sakit perut atau mules
-          Pada pemerikssan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim
-          Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup
-          Dapat dirasakan kontraksi otot rahim, hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif.
b.    Abortus Insipens
Adalah proses keguguran yang sedang berlangsung sebelum kehamilan berusia 20 minggu dan konsepsi masih didalam uterus. Ditandai dengan adanya rasa sakit karena telah terjadi kontraksi rahim untuk mengeluarkan hasil konsepsi. Ostium bisa ditemukan sudah terbuka dan kehamilan tidak dapat dipertahankan. Tanda dan gejalanya :
-          Perdarahan lebih banyak
-          Perut mules atau sakit lebih hebat
-          Pada pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak,
-          Kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba.
c.    Abortus Inkompletus (keguguran bersisa)  
Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta. Gejala :
-          Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
-          Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
-          Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi
-          Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)
-          amenorea, sakit perut, mulas-mulas, perdarahan sedikit/banyak, dan biasa berupa stolsel (darah beku)
-          Sudah ada fetus atau jaringan yang keluar, tetapi jika perdarahan belum berhenti karena konsepsi belum keluar semua akan menyebabkan syok. Ini terjadi sebelum kehamilan berusia 20 minggu.
d.    Abortus Komplitus (keguguran lengkap)
Artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rahim kosong. Tanda dan gejalanya :
-          Uterus telah mengecil
-          Perdarahan sedikit
-          Canalis serviakalis telah tertutup.
e.    Missed Abortion
Adalah dimana keadaan janin yang telah mati masih berada didalam rahim sebelum berusia 20 minggu tetapi hasil konsepsi masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih. Dapat diketahui dengan USG. Tanda dan gejalanya :
-          Rahim tidak membesar
-          Malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin
-          Buah dada mengecil kembali (K. Sukarni, 2013).
f.     Abortus Hibitualis (Keguguran Berulang)     
Adalah keadaan dimana penderita mengalami abortus spontan berturut-turut 3 kali atau lebih. Abortus spontan terjadi dalam 10% kehamilan dan abortus habitualis 3,6-9,8% dari abortus spontan.
Tanda dan gejala :
-          Amenorrhea <20 minggu
-          Perdarahan pervaginam mungkin disertai keluarnyajaringan hasil konsepsi
-          Rasa mules atau kram perut di daerah symphisis
-          Sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus

2.6  Klasifikasi
Abortus dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
Menurut kejadiannya dibedakan atas 2 golongan :        
a.     Abortus Spontan
Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
b.    Abortus provokatus
Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja tanpa indikasi medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.
Abortus ini terbagi lagi menjadi:
1)      Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
2)      Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.

Menurut gambaran klinis dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
a.       Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi terjadi perdarahan per vagina, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim.
b.      Abortus Insipens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.
c.       Abortus Inkomplet
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang tertinggal.
d.      Abortus Komplet
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
e.       Missed Abortion
Abortus yang di tandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan.
f. Abortus Hibitualis (Keguguran Berulang)      
Adalah keadaan dimana penderita mengalami abortus spontan berturut-turut 3 kali atau lebih. Abortus spontan terjadi dalam 10% kehamilan dan abortus habitualis 3,6-9,8% dari abortus spontan.

2.7  Penatalaksanaan
1.      Abortus imminens : Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena cara inidapat mengurangi rangsangan mekanis dan menambah aliran darah ke rahim. Ditambahkan obat penenang bila pasien gelisah.
2.      Abortus insipens : Biasanya dilakukan tindakan kuretase bila umur kehamilan kurang dari 12 minggu yang disertai dengan pendarahan. 
3.    Abortus inkomplit : Bila disertai dengan syok akibat perdarahan maka pasien diinfus dan dianjurkan transfusi darah. Setelah syok teratasi, dilakukan kuretase, bila perlu pasien dianjurkan untuk rawat inap.
4.    Abortus komplit : Tidak memerlukan penanganan khusus, hanya apabila terdapat anemia ringan perlu diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya makan makanan yang mengandung banyak protein, vitamin dan mineral. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
5.      Missed abortion : Dilakukan kuretase, harus hati-hati karena terkadang plasenta melekat erat pada rahim.
6.      Abortus Habitualis : Transfusi leukosit/heparin. (Rustam Mochtar,2010)
2.8   Pemeriksaan penunjang
a.       Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
b.      Pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c.       Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion. (Nurarif, 2015).

2.9  Komplikasi
a.       Perdarahan (haemorrhage)
b.      Perforasi : sering terjadi di waktu dilatasi dan kuratase yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun
c.       Infeksi
d.      Syok karena perdarahan banyak dan infeksi berat atau sepsis (Nurarif, 2015).

2.10                       Discharge planning
a.       Dianjurkan melakukan pemeriksaan TORCH (cytomegalovirus, toxoplasma, rubella, dan herpes virus)
b.      Dianjurkan memakai kontrasepsi
c.       Banyak istirahat-berbaring
d.      Banyak konsumsi makanan yang bergizi dan olahraga secara teratur
e.       Sampaikan informasi pada pasangan yang bersangkutan bahwa janin mati tak membahayakan kehidupan wanita tersebut sampai 3 minggu setelah kematian janin.
f.        Pemilihan cara persaingan apakah akan persalinan ditunggu secara spontan atau segera dilahirkan dengan induksi persalinan harus dibahas dengan baik
g.      Induksi persalinan dapat dilakukan dengan misoprostal 100-200 mg 2 dd 1 selam 2 hari
h.      Bila pasien menghendaki agar persalinan berlangsung secara spontan, maka harus sering dilakukan pemeriksaan faal hemostasis dan kadar fibrinogen. (Amin Huda Nurarif, 2015)





BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian

    Anamnesa
1. Identitas pasien
Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, umur, alamat, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.
3. Riwayat kesehatan sekarang
keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
4. Riwayat kesehatan masa lalu
-       Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
-       Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
5. Riwayat obstetrik dahulu
Kaji apakah klien pernah hamil, tanyakan riwayat persalinan, kesehatan anaknya sekarang, bagaimana mereka dilahirkan, berat badan anak, apakah klien pernah keguguran, dan komplikasi berat saat hamil atau bersalin. (Jonathan Geadle, 2005) 
6. Riwayat kesehatan keluarga 
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
7. Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang amenorea (tidak menstruasi), siklus menstruasi apakah teratur atau tidak, menstruasi banyak (menoragia), kapan menstruasi terakhir, adakah sekret vagina, lama setiap periode menstruasi, bau, warna, adanya dismenorhoe (nyeri) dan pernahkah ada pendarahan pascamenopause. (Jonathan Geadle, 2005)
8. Riwayat seksual/kontrasepsi
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, adakah masalah dalam hubungan seksual, apakah saat berhubungan seksual terasa nyeri, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluhan yang menyertainya. (Jonathan Geadle, 2005)
9. Riwayat pemakaian obat                                                          
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
10. Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

3.2     Pemeriksaan Fisik
1.      Inspeksi 
-          Abdomen: untuk melihat jaringan parut, massa, distensi, striae, distribusi rambut tubuh, dan hernia.
-          Vagina: adanya benjolan, ulkus, diskolorasi, sekret, dan prolaps yang jelas.
-          Payudara: simetris, adanya benjolan, apakah kulit tampak tertarik. 
2.      Palpasi 
-          Abdomen: mencari massa dari daerah umbilikus ke bawah sampai simfisis pubis, adanya nyeri tekan, adanya benjolan tampak timbul dari panggul.
-          Payudara: adanya benjolan, nyeri tekan pada benjolan, adanya limfadenopati aksilaris dan tempat lain,apakah lengan tampak normal atau membengkak.
3.      Perkusi 
-          Abdomen: mencari massa dan pekak berpindah.
4.      Auskultasi  
-          Abdomen: bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
5.      Pemeriksaan Spekulum
Pemeriksaan ini dirancang agar dapat melakukan inspeksi serviks dan dinding dalam vagina.
Pastikan spekulum telah dihangatkan dan dilapisi pelumas. Masukkan spekulum dengan bilah tertutup dan letaknya memanjang searah dengan labia. Putar 90o dan kemudian masukkan sedikit lebih dalam. Buka belahnya perlahan dan pastikan pasien tidak merasa tak nyaman sepanjang proses tersebut. Kini seharusnya serviks bisa terlihat. Lihat adanya iregularitas, perdarahan, dan ulserasi. Tarik spekulum perlahan dan tutup sebagian. Sambil menarik spekulum semakin jauh keluar lakukan inspeksi dinding dalam vagina untuk mencari kelainan.
6.      Pemeriksaan Rektal.
Pemeriksaan rektal mungkin perlu dilakukan khususnya jika ada prolaps dinding posterior atau keganasan pada serviks  (Jonathan Geadle, 2005)

3.3     Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko syok hipovolemik b/d perdarahan
2.      Resiko infeksi b/d perdarahan dan kuretase
3.      Perubahan perfusi jaringan b/d perdarahan, saturasi O2 menurun
4.      Nyeri b/d kontraksi uterus dan curetase
5.      Cemas b/d kurang pengetahuan dengan terlepasnya konsepsi
6.      Konstipasi b/d peristaltik menurun post anastesi
            

DAFTAR PUSTAKA

Bulecchek, Gloria.s M. Dkk, 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) sixth edition. St. Louis : Mosby, Inc.
K. Sukarni. I, ZH. Margareth, 2013. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta : Nuha Mediak
Kenneth, leveno2013. Manual Williams Komplikasi Kehamilan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Moorhead, Sue. Dkk, 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) fifth edition. St. Louis : Mosby, Inc.
Nugraha, Taufan. 2012. Kapita Selecta Kedokteran. Yogyakarta : Nuha Medika
Nurarif. H. A, Kusuma. H, 2015. Aplikasi Nanda NIC-NOC jilid 1. Jogjakarta : Mediaction
Saifuddin. A. B, 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : KDT
Sholiha. M, 03-10-2015. Asuhan Keperawatan pada Abortus.
Walyani. S. Elisabeth, 2015. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan MATERNAL & NEONATAL. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Komentar