ASKEP ABORTUS
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Walyani, 2014).
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan yang menurut para
ahli ada sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi
jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu dianggap keajaiban karena
semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup
terus (Amru sofian, 2012).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di
dunia luar. Anak baru lahir hidup di dunia luar jika beratnya telah mencapai
1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu. (Prawiroharjo, S, 2002)
Abortus adalah terhentinya kehamilan sebelum minggu ke 20 (di
hitung dari hari pertama menstruasi terakhir). Definisi lain menyebutkan
abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi dengan berat <500 gram. (Dr, Taufan Nugroho, 20012).
Abortus (keguguran) merupakan salah satu
penyebab perdarahan yang terjadi pada kehamilan trimester pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan atau
kehamilan terus berlanjut. Secara klinis, 10-15% kehamilan yang terdiagnosis
berakhir dengan abortus (Wiknjosastro, 2006).
Abortus adalah pengeluaran hasil
konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20 minggu. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat per vagina,
pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin. Pada abortus
septik, perdarahan per vagina yang banyak atau sedang, demam (menggigil), kemungkinan
gejala iritasi peritonium, dan kemungkinan syok. (K. Sukarni, 2013).
2.2 Etiologi
Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa sebab
diantaranya :
1.
Faktor
genetik
Sekitar 5 % abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering
ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16. Penyebab yang paling sering
menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas kromosom pada janin. Lebih dari
60% abortus spontan yang terjadi pada trimester pertama menunjukkan beberapa
tipe abnormalitas genetik.
2.
Faktor
anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada
10-15 % wanita dengan abortus spontan yang rekuren.
a. Lesi
anatomi kogenital yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus bersepta). Duktus
mullerian biasanya ditemukan pada keguguran trimester kedua.
b. Kelainan
kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah endometrium.
c. Kelainan yang
didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma, danendometriosis.
3.
Faktor
endokrin:
a. Faktor
endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20 % kasus.
b. Insufisiensi
fase luteal (fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak cukupnya
produksi progesteron).
c.
Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia,
diabetes dan sindrom polikistik ovarium merupakan faktor kontribusi pada keguguran. (Kenneth J. Leveno,
2013)
4.
Faktor
infeksi
Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma,
Rubella, Cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin sering dihubungkan
dengan abortus spontan berulang. Organisme-organisme yang sering diduga sebagai
penyebab antara lain Chlamydia, Ureaplasma, Mycoplasma, Cytomegalovirus,
Listeria monocytogenes dan Toxoplasma gondii. Infeksi aktif yang menyebabkan
abortus spontan berulang masih belum dapat dibuktikan. Namun untuk lebih
memastikan penyebab, dapat dilakukan pemeriksaan kultur yang bahannya diambil
dari cairan pada servikal dan endometrial. (Kenneth J. Leveno, 2013 )
5.
Faktor
imunologi
Terdapat antibody kardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah dibelakang ari-ari
sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurangnya aliran darah dari
ari-ari tersebut. Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat
menyebabkan abortus spontan yang berulang antara lain: antibodi antinuklear,
antikoagulan lupus dan antibodi cardiolipin. Adanya penanda ini meskipun gejala klinis
tidak tampak dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang. Inkompatibilitas
golongan darah A, B, O, dengan reaksi antigen antibodi dapat menyebabkan
abortus berulang, karena pelepasan histamin mengakibatkan vasodilatasi dan
peningkatan fragilitas kapiler. (Keneth J. Leveno, 2013)
6.
Penyakit-penyakit
kronis yang melemahkan
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan
keadaan ibu, misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang
menyebabkan abortus; sebaliknya pasien penyakit tersebut sering meninggal dunia
tanpa melahirkan. Adanya penyakit kronis (diabetes melitus, hipertensi kronis,
penyakit liver/ ginjal kronis) dapat diketahui lebih mendalam melalui anamnesa
yang baik. Penting juga diketahui bagaimana perjalanan penyakitnya jika memang
pernah menderita infeksi berat, seperti apakah telah diterapi dengan tepat dan
adekuat.
7.
Faktor
Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar
menjadi predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang
menyatakan bahwa defisisensi salah satu/ semua nutrien dalam makanan merupakan
suatu penyebab abortus yang penting. (Kenneth. J Leveno, 2013)
8.
Obat-obat
rekreasional dan toksin lingkungan.
Peranan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang dianggap
teratogenik harus dicari dari anamnesa seperti tembakau dan alkohol, yang
berperan karena jika ada mungkin hal ini merupakan salah satu yang berperan.
(Kenneth J Leveno, 2013)
9.
Faktor
psikologis
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan
keadaan mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadap
terjadinya abortus ialah wanita yang belum matang secara emosional dan sangat
penting dalam menyelamatkan kehamilan. Usaha-usaha dokter untuk mendapat kepercayaan
pasien, dan menerangkan segala sesuatu kepadanya, sangat membantu.
2.3 Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti
nekrosis jarigan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap
benda asing dalam uterus, kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda
asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, vili korialis belum menembus
desidua secara dalam. Jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya pada
kehamilan 8 minggu sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga menimbulkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan dulu dari pada plasenta.
Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau
benda kecil yang tidak jelas bentuknya, janin lahir mati, janin masih hidup,
mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian
atau seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin
kekurangan nutrisi dan O2. Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan
seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit.
Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi
rahim, terjadi perdarahan, disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil
konsepsi.
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya : sedikit-sedikit dan
berlangsung lama, sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai gumpalan, akibat
perdarahan, dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah menurun,
tampak anemis dan daerah ujung (akral) dingin. (K. Sukarni, 2013)
2.4 Pathway
2.5 Manifestasi
klinis
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya
kurang dari 20 minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore,
tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat per vagina, pengeluaran jaringan
plasenta dan kemungkinan kematian janin. Pada abortus septik, perdarahan per
vagina yang banyak atau sedang, demam (menggigil), kemungkinan gejala iritasi
peritonium, dan kemungkinan syok.
Klinis Abortus Spontan
a.
Abortus
Imminens (threatened abortion)
Keguguran tingkat permulaan. Keguguran belum terjadi sehingga kehamilan
dapat dipertahankan dengan cara : tirah baring di rumah dengan pemberian obat
analgesik untuk membantu mengurangi rasa nyeri, gunakan preparat progesteron,
tidak berhubungan badan, evaluasi secara berkala dengan USG untuk melihat
perkembangan janin. Tanda dan gejalanya :
-
Terdapat
keterlambatan datang bulan
-
Terdapat perdarahan per vaginam, disertai sakit perut atau mules
-
Pada pemerikssan dijumpai besarnya rahim sama
dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim
-
Hasil
periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis
masih tertutup
-
Dapat
dirasakan kontraksi otot rahim, hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif.
b.
Abortus
Insipens
Adalah proses keguguran yang sedang berlangsung sebelum kehamilan berusia
20 minggu dan konsepsi masih didalam uterus. Ditandai dengan adanya rasa sakit
karena telah terjadi kontraksi rahim untuk mengeluarkan hasil konsepsi. Ostium
bisa ditemukan sudah terbuka dan kehamilan tidak dapat dipertahankan. Tanda dan
gejalanya :
-
Perdarahan
lebih banyak
-
Perut mules atau sakit lebih hebat
-
Pada
pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak,
-
Kanalis
servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba.
c.
Abortus
Inkompletus (keguguran bersisa)
Hanya sebagian
dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau
plasenta. Gejala :
-
Perdarahan
memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
-
Perdarahan
mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
-
Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi
-
Dapat
terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)
-
amenorea,
sakit perut, mulas-mulas, perdarahan sedikit/banyak, dan biasa berupa stolsel
(darah beku)
-
Sudah
ada fetus atau jaringan yang keluar, tetapi jika perdarahan belum berhenti
karena konsepsi belum keluar semua akan menyebabkan syok. Ini terjadi sebelum
kehamilan berusia 20 minggu.
d.
Abortus
Komplitus (keguguran lengkap)
Artinya seluruh
hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rahim kosong. Tanda dan gejalanya :
-
Uterus
telah mengecil
-
Perdarahan
sedikit
-
Canalis
serviakalis telah tertutup.
e.
Missed
Abortion
Adalah dimana
keadaan janin yang telah mati masih berada didalam rahim sebelum berusia 20
minggu tetapi hasil konsepsi masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu
atau lebih. Dapat diketahui dengan USG. Tanda dan gejalanya :
-
Rahim
tidak membesar
-
Malahan
mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin
-
Buah
dada mengecil kembali (K. Sukarni, 2013).
f.
Abortus
Hibitualis (Keguguran Berulang)
Adalah keadaan dimana penderita mengalami abortus spontan berturut-turut 3
kali atau lebih. Abortus spontan terjadi dalam 10% kehamilan dan abortus habitualis 3,6-9,8% dari abortus spontan.
Tanda dan gejala :
-
Amenorrhea <20 minggu
-
Perdarahan
pervaginam mungkin disertai keluarnyajaringan hasil konsepsi
-
Rasa mules atau kram perut di daerah symphisis
-
Sering
disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
2.6 Klasifikasi
Abortus dapat dibagi menjadi dua golongan,
yaitu :
Menurut kejadiannya dibedakan atas 2 golongan :
a.
Abortus
Spontan
Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa
disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis,
semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
b.
Abortus
provokatus
Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja
tanpa indikasi medis,
baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.
Abortus ini terbagi lagi menjadi:
1)
Abortus medisinalis (abortus therapeutica)
yaitu abortus karena tindakan kita sendiri,
dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
2)
Abortus
kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan
secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.
Menurut gambaran klinis dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
a.
Abortus
Iminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi terjadi perdarahan per vagina,
sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam
rahim.
b.
Abortus
Insipens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang
telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.
c.
Abortus
Inkomplet
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang
tertinggal.
d.
Abortus
Komplet
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan
kurang dari 20 minggu.
e.
Missed
Abortion
Abortus yang di tandai dengan embrio atau fetus telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih
dalam kandungan.
f. Abortus
Hibitualis (Keguguran Berulang)
Adalah keadaan dimana penderita mengalami abortus spontan berturut-turut 3
kali atau lebih. Abortus spontan terjadi dalam 10% kehamilan dan abortus
habitualis 3,6-9,8% dari abortus spontan.
2.7 Penatalaksanaan
1.
Abortus
imminens : Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena cara
inidapat mengurangi rangsangan mekanis dan menambah aliran darah ke rahim.
Ditambahkan obat penenang bila pasien gelisah.
2.
Abortus
insipens : Biasanya dilakukan tindakan kuretase bila umur kehamilan kurang dari
12 minggu yang disertai dengan pendarahan.
3.
Abortus
inkomplit : Bila disertai dengan syok akibat perdarahan maka pasien diinfus dan
dianjurkan transfusi darah. Setelah syok teratasi, dilakukan kuretase, bila
perlu pasien dianjurkan untuk rawat inap.
4.
Abortus
komplit : Tidak memerlukan penanganan khusus, hanya apabila terdapat anemia
ringan perlu diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya makan makanan yang
mengandung banyak protein, vitamin dan mineral. Jika anemia berat berikan
transfusi darah.
5.
Missed
abortion : Dilakukan kuretase, harus hati-hati karena terkadang plasenta
melekat erat pada rahim.
6. Abortus
Habitualis : Transfusi leukosit/heparin. (Rustam Mochtar,2010)
2.8 Pemeriksaan
penunjang
a.
Tes
kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah abortus
b.
Pemeriksaan
Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c.
Pemeriksaan
kadar fibrinogen darah pada missed abortion. (Nurarif, 2015).
2.9 Komplikasi
a.
Perdarahan
(haemorrhage)
b.
Perforasi
: sering terjadi di waktu dilatasi dan kuratase yang dilakukan oleh tenaga yang
tidak ahli seperti bidan dan dukun
c.
Infeksi
d.
Syok
karena perdarahan banyak dan infeksi berat atau sepsis (Nurarif, 2015).
2.10
Discharge planning
a. Dianjurkan
melakukan pemeriksaan TORCH (cytomegalovirus, toxoplasma, rubella, dan herpes
virus)
b. Dianjurkan
memakai kontrasepsi
c. Banyak
istirahat-berbaring
d. Banyak konsumsi
makanan yang bergizi dan olahraga secara teratur
e. Sampaikan
informasi pada pasangan yang bersangkutan bahwa janin mati tak membahayakan
kehidupan wanita tersebut sampai 3 minggu setelah kematian janin.
f.
Pemilihan cara persaingan apakah akan
persalinan ditunggu secara spontan atau segera dilahirkan dengan induksi
persalinan harus dibahas dengan baik
g. Induksi
persalinan dapat dilakukan dengan misoprostal 100-200 mg 2 dd 1 selam 2 hari
h. Bila pasien
menghendaki agar persalinan berlangsung secara spontan, maka harus sering
dilakukan pemeriksaan faal hemostasis dan kadar fibrinogen. (Amin Huda Nurarif,
2015)
BAB III
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian
Anamnesa
1. Identitas
pasien
Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap,
umur, alamat, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervaginam berulang.
3. Riwayat
kesehatan sekarang
keluhan sampai
saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan
pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
4. Riwayat
kesehatan masa lalu
-
Riwayat pembedahan : Kaji adanya
pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa
dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
-
Riwayat penyakit yang pernah dialami :
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung,
hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan
penyakit-penyakit lainnya.
5. Riwayat obstetrik dahulu
Kaji apakah
klien pernah hamil, tanyakan riwayat persalinan, kesehatan anaknya sekarang,
bagaimana mereka dilahirkan, berat badan anak, apakah klien pernah keguguran,
dan komplikasi berat saat hamil atau bersalin. (Jonathan Geadle, 2005)
6. Riwayat
kesehatan keluarga
Yang dapat
dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
7. Riwayat
kesehatan reproduksi
Kaji tentang
amenorea (tidak menstruasi), siklus menstruasi apakah teratur atau tidak, menstruasi
banyak (menoragia), kapan menstruasi terakhir, adakah sekret vagina, lama
setiap periode menstruasi, bau, warna, adanya dismenorhoe (nyeri) dan pernahkah
ada pendarahan pascamenopause. (Jonathan Geadle, 2005)
8. Riwayat
seksual/kontrasepsi
Kaji mengenai
aktivitas seksual klien, adakah masalah dalam hubungan seksual, apakah saat
berhubungan seksual terasa nyeri, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluhan
yang menyertainya. (Jonathan Geadle, 2005)
9. Riwayat
pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan
jenis obat lainnya.
10. Pola
aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai
nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur,
hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
3.2
Pemeriksaan Fisik
1.
Inspeksi
-
Abdomen: untuk melihat jaringan parut, massa, distensi, striae, distribusi
rambut tubuh, dan hernia.
-
Vagina: adanya benjolan, ulkus, diskolorasi, sekret, dan prolaps yang
jelas.
-
Payudara: simetris, adanya benjolan, apakah kulit tampak tertarik.
2. Palpasi
-
Abdomen: mencari massa dari daerah umbilikus ke bawah sampai simfisis
pubis, adanya nyeri tekan, adanya benjolan tampak timbul dari panggul.
-
Payudara: adanya benjolan, nyeri tekan pada benjolan, adanya limfadenopati
aksilaris dan tempat lain,apakah lengan tampak normal atau membengkak.
3. Perkusi
-
Abdomen: mencari massa dan pekak berpindah.
4. Auskultasi
-
Abdomen: bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung
janin.
5. Pemeriksaan Spekulum
Pemeriksaan ini dirancang agar dapat melakukan inspeksi serviks dan dinding
dalam vagina.
Pastikan spekulum telah dihangatkan dan dilapisi pelumas. Masukkan spekulum
dengan bilah tertutup dan letaknya memanjang searah dengan labia. Putar 90o
dan kemudian masukkan sedikit lebih dalam. Buka belahnya perlahan dan pastikan
pasien tidak merasa tak nyaman sepanjang proses tersebut. Kini seharusnya
serviks bisa terlihat. Lihat adanya iregularitas, perdarahan, dan ulserasi.
Tarik spekulum perlahan dan tutup sebagian. Sambil menarik spekulum semakin
jauh keluar lakukan inspeksi dinding dalam vagina untuk mencari kelainan.
6. Pemeriksaan Rektal.
Pemeriksaan rektal mungkin perlu dilakukan khususnya jika ada prolaps
dinding posterior atau keganasan pada serviks (Jonathan
Geadle, 2005)
3.3 Diagnosa
Keperawatan
1.
Resiko
syok hipovolemik b/d perdarahan
2.
Resiko
infeksi b/d perdarahan dan kuretase
3.
Perubahan
perfusi jaringan b/d perdarahan, saturasi O2 menurun
4. Nyeri b/d
kontraksi uterus dan curetase
5.
Cemas
b/d kurang pengetahuan dengan terlepasnya konsepsi
6.
Konstipasi
b/d peristaltik menurun post anastesi
DAFTAR PUSTAKA
Bulecchek, Gloria.s M. Dkk, 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) sixth edition. St. Louis
: Mosby, Inc.
K. Sukarni. I,
ZH. Margareth, 2013. Kehamilan,
Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta : Nuha Mediak
Kenneth, leveno2013. Manual Williams Komplikasi Kehamilan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Moorhead, Sue. Dkk, 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) fifth edition. St. Louis :
Mosby, Inc.
Nugraha, Taufan. 2012. Kapita Selecta Kedokteran. Yogyakarta : Nuha Medika
Nurarif. H. A, Kusuma. H, 2015. Aplikasi
Nanda NIC-NOC jilid 1. Jogjakarta : Mediaction
Saifuddin. A. B, 2010. Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : KDT
Sholiha. M, 03-10-2015. Asuhan
Keperawatan pada Abortus.
Walyani.
S. Elisabeth, 2015. Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan MATERNAL & NEONATAL. Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Komentar
Posting Komentar